Assalamu'alaikum. Wr. Wb.
Ini novel ketigaku.
Novel ini kelanjutan "Ternyata Ada Cinta"
Baca dulu "Ternyata Ada Cinta" biar nyambung...
Setelah kepergian Fariz, dunia terasa gelap gulita. Cahaya yang selama ini selalu menyinari hari serta hati Zafira padam dalam sekejap mata. Meninggalkan kegelapan serta kesunyian yang teramat menyiksa. Ternyata kehilangan seorang sahabat sekaligus suami seperti Fariz jauh lebih menyakitkan dari apapun.
Perjuangan Cinta Zafira untuk menemukan Fariz dan membawa kembali pria itu ke pelukannya tidaklah main-main. Setiap hari Zafira berjuang keras kesana kemari mencari keberadaan Fariz sampai mengorbankan keselamatannya sendiri. Namun perjuangannya tidak menemukan titik terang yang membuatnya ingin menyerah.
Hingga di titik lelah perjuangan Zafira mencari Fariz, penyakit lama Zafira kembali kambuh. Akankah Fariz sempat menyelamatkan Zafira atau justru gadis itu meregang nyawa membawa pergi cintanya yang belum terucap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara RD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 - Ditinggal Tanpa Kata
Hai semua, makasih msh di sini...
Jgn lupa :
Like, Komen, Subscribe, Bintang 5, biar aku semangat menyelesaikan novel ini sampai END...
***
"Fariz, Fariz! Tunggu akuu!" panggil Zafira mengejar mobil Fariz.
Dari dalam pekarangan rumah keluar jalan raya membutuhkan beberapa puluh meter. Dan sejauh itu pula Zafira mengejar Fariz hingga kini dia telah berada di pinggir jalan raya. Dia terus mengejar dan meneriakkan nama Fariz. Nafasnya sudah terlihat terengah-engah mengejar sang suami yang telah melajukan kendaraan dengan kencang.
"Fariz! Jangan pergi!" teriak Zafira tanpa memperhatikan jalanan yang dijadikannya tempat berlari.
"Bruughhkk"
Terdengar suara hempasan.
Sepatu heels Zafira tertanam ke dalam lubang kecil di pinggiran aspal. Dan Zafira tidak bisa menahan keseimbangan tubuh sehingga dia pun jatuh dan terduduk di aspal.
"Aawww," ringisnya memegangi kaki kiri.
Gadis itu seketika merasakan sakit disertai ngilu di bagian mata kaki. Tidak hanya kaki, pinggulnya pun sama sakitnya terhempas di aspal. Ditariknya nafas berulang kali dan menghembuskannya menahan rasa sakit.
"Fariz, mengapa kamu menghindariku? Apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi? Apa secepat itu kamu melupakanku? Hiks, Hiks, Hiks..," Zafira mulai menangis.
Kaki Zafira memang terasa sakit namun hatinya terasa jauh lebih sakit dan terluka. Saat hatinya sedang menanggung rindu yang teramat besar pada Fariz, tetapi sang suami justru pergi menghindari bahkan meninggalkannya tanpa kata.
Hatinya benar-benar hancur. Begitu besarkah rasa benci di hati Fariz pada dirinya? Atau mungkin Fariz telah memutuskan untuk berhenti mencintainya? Tangisnya semakin pecah. Deraian air mata telah membanjiri wajahnya yang pucat karena menahan sakit di kaki serta hatinya. Dia tidak mempedulikan orang-orang yang lewat di jalanan, melihat atau bahkan menertawakannya dari dalam mobil atau dari atas sepeda motor.
Dia tertunduk menangis sambil mengusap kaki yang terasa semakin berdenyut. Tampaknya kakinya terkilir. Dia terus menangis menumpahkan segala rasa sakit di hati tanpa mempedulikan tatapan heran dari sekelilingnya. Dia masih terduduk dan tertunduk meratapi nasib percintaannya. Baru saja dia merasakan cinta yang sesungguhnya tetapi cobaan berat harus dia lalui. Sesak rasa dalam dadanya saat ini. Rasanya ingin berteriak sekeras mungkin untuk meluapkan segala sakit namun dia masih sadar jika dirinya tidak sedang berada di hutan.
Lima menit berlalu, setelah merasa puas menangisi nasibnya, dia pun berusaha bangun dari duduk. Tetapi kakinya terasa sakit saat mencoba berdiri dan menginjak di tanah.
Sambil menahan sakit, tertatih dia berjalan kembali ke halaman rumah Wilda menuju mobilnya. Rupanya Wilda telah bersandar di mobil putih milik Zafira menyambut kedatangannya dengan senyuman sinis sambil melipat kedua tangan di dada.
"Sebuah tontonan yang menakjubkan. Ada apa dengan pernikahan kalian? Apakah sudah di ambang kehancuran? Kasihan sekali kamu. Kamu tidak sadar, Fariz tidak ingin bertemu denganmu. Kamu lihat tadi? Dia bahkan meninggalkanmu tanpa menyapamu. Itu artinya dia sudah jijik denganmu dan ingin berpisah denganmu. Apa kamu tidak berniat melepaskannya? Aku bisa melihat kalau cintanya padamu sudah mulai pudar." Wilda tersenyum mengejek.
Zafira terdiam. Rasa sakit di hati serta di kaki masih begitu terasa. Ditambah perkataan Wilda kian menyakiti bahkan meluluhlantahkan hatinya.
"Heh, buka matamu. Jangan menabur luka di hidup orang. Untuk apa mempertahankan pernikahan jika suamimu tidak bahagia di dalamnya. Aku bisa melihat, dia tidak ingin melihatmu lagi. Itu artinya dia tidak bahagia hidup bersamamu! Maka itu lepaskan dia! Berikan dia untukku!" perintah Wilda dengan menarik sebelah bibir.
"Sampai kapan pun aku tidak akan pernah melepaskan suamiku! Apalagi menyerahkannya pada gadis busuk hati sepertimu! Seharusnya kamu yang belajar melepaskan cintamu yang tidak pernah berbalas. Memalukan sekali. Dari dulu mengejar pria yang sama sekali tidak peduli dengan cintamu! Apa urat malumu sudah hilang? Apalagi Fariz sekarang sudah menjadi suamiku. Seharusnya kamu sadar kalau kamu itu adalah pelakor!" Zafira menyerang dengan kalimat yang tak kalah menyakitkan.
Wilda melangkah cepat mendekati Zafira dengan sorot mata penuh amarah. Darahnya mendidih mendengar dirinya disebut pelakor oleh gadis yang selama ini dibenci dan menjadi musuh bebuyutannya.
"Plaaakk"
Satu tamparan cukup membuat Zafira terhenyak dan langsung meraba pipinya yang terasa perih memanas mendapat tamparan yang sangat keras dari tangan Wilda.
Zafira refleks mengangkat tangan ingin membalas tamparan tersebut tetapi kakinya terasa sangat sakit saat ingin bergerak yang membuatnya tidak mampu menyeimbangkan tubuh sehingga dia terhuyung ke samping dan mencoba berpegangan pada body mobil.
"Tampar! Ayo tampar lagi!," Zafira mengarahkan wajahnya ke arah Wilda sambil tetap berpegangan di body mobil.
"Kamu boleh menamparku sepuasmu! Tapi ingat! Aku tidak akan pernah melepaskan Fariz untukmu atau untuk wanita mana pun! Tidak akan pernah! Kalau kamu berniat memiliki Fariz, itu hanya mimpimu dan tidak akan pernah menjadi nyata! Dan sebaiknya kamu jauhi Fariz sebelum aku bertindak tegas padamu!" sentak Zafira membuang muka lalu masuk ke dalam mobil.
Wilda hanya bisa menggertakkan gigi saat mobil Zafira meninggalkan halaman rumah. Jauh di dalam hati, dia masih ingin merebut Fariz dari hidup Zafira. Tetapi bagaimana caranya? Fariz tidak pernah mencintainya. Hanya Zafira yang ada di hati pria itu. Dari dulu hingga sekarang. Tetapi sekarang Wilda merasa memiliki peluang besar untuk mendekati pria itu kembali. Apalagi dia tahu kalau pernikahan Fariz dan Zafira tengah bermasalah.
Di dalam mobil, Zafira menangis kembali. Sesekali tangannya menghapus air mata. Dia merasa takut kalau Fariz akan melupakan dan berhenti mencintainya. Bukan waktu yang sedikit dihabiskan oleh pria itu untuk menunggu serta mengharapkan cintanya. Tetapi kejadian yang dilihat Fariz di kamar, menjadi titik terakhir kesabaran Fariz untuk mengejar cinta Zafira. Sehingga kini dia benar-benar akan melepaskannya.
Sakit di kakinya saat mengendarai mobil seakan tidak dirasa karena terlalu sakit memikirkan pertemuannya dengan Fariz yang diacuhkan.
"Aaahhh..," Zafira menelungkupkan kepala di setir bertepatan dengan berhentinya kendaraan di lampu merah.
"Selamat Fariz. Kamu berhasil membuatku seperti gadis gila karena kehilanganmu. Tapi kamu akan menyesal jika batas lelahku sudah habis..," ucapnya lirih di sela-sela isakannya dengan kepala tertunduk di atas setir.
Sementara itu Fariz yang masih mengemudikan kendaraannya, memutar arah dan kembali ke rumah Wilda. Saat mobilnya sudah terparkir, dia bertemu dengan wanita yang tadi bertemu Zafira sedang menyapu daun kering di depan teras.
"Maaf bu, saya ke sini mau memberikan barang Wilda yang ketinggalan di mobil saya kemarin. Tolong berikan ini padanya" ujar Fariz memberikan paper bag tersebut pada asisten rumah tangga Wilda.
Wanita itu tertegun memandangi Fariz dari rambut hingga kaki. Tampan sekali, fikirnya.
"Belum satu jam saya sudah bertemu dengan dua orang tamu. Tadi gadis yang sangat cantik dan sekarang datang lagi pria yang sangat tampan" bisik hatinya tersenyum kecil.
Tiba-tiba terlintas di fikirannya bayangan wajah cantik Zafira, wanita itu pun segera menanyakan sesuatu kepada Fariz.
"Maaf mas, apakah mas bernama Fariz?," matanya memperhatikan muka Fariz penuh keingin-tahuan.
...*****...