NovelToon NovelToon
Red-Eye Detective Agency

Red-Eye Detective Agency

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:669
Nilai: 5
Nama Author: Khairatin Khair

Di tahun 70-an, kota ini penuh dengan kejahatan yang berkembang seperti lumut di sudut-sudut gedung tua. Di tengah semua kekacauan, ada sebuah perusahaan detektif swasta kecil tapi terkenal, "Red-Eye Detective Agency," yang dipimpin oleh Bagas Pratama — seorang jenius yang jarang bicara, namun sekali bicara, pasti menampar logika orang yang mendengarnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairatin Khair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13

Hari itu, Bagas dan Siti kembali bekerja di kantor mereka, menganalisis transaksi-transaksi mencurigakan yang terhubung dengan beberapa tokoh berpengaruh di kota. Data-data yang diberikan oleh Hendra menunjukkan pola yang jelas: Bayangan bergerak melalui bisnis-bisnis besar yang tampak legal di permukaan, namun berfungsi sebagai saluran untuk aktivitas gelap di bawahnya.

“Kita perlu memastikan siapa pemilik sebenarnya dari bisnis-bisnis ini,” ujar Bagas sambil menunjuk daftar perusahaan yang tertera di dokumen.

Siti mengangguk, mengarahkan pandangannya ke beberapa perusahaan besar di sektor konstruksi, distribusi, dan media. “Lihat ini, Pak. Tiga dari perusahaan ini tampaknya beroperasi di bawah nama yang berbeda, tetapi dari catatan saham mereka, pemilik utamanya adalah seseorang bernama Raka Wirawan.”

Bagas mengingat nama itu. Raka adalah seorang pengusaha yang sering tampil di media sebagai sosok dermawan dan sukses. Namun, jika namanya terkait dengan perusahaan-perusahaan dalam jaringan ini, ada kemungkinan besar bahwa dia memiliki hubungan dekat dengan Bayangan.

“Kita perlu bicara dengan Raka,” kata Bagas akhirnya. “Mungkin dia tidak tahu, atau mungkin dia adalah salah satu otak di balik semua ini. Apa pun itu, kita harus menggali lebih dalam.”

---

Pertemuan dengan Raka Wirawan

Bagas dan Siti berhasil mengatur pertemuan dengan Raka di sebuah acara amal yang diadakan di hotel mewah. Mereka berpakaian formal untuk menghindari kecurigaan, berbaur dengan tamu-tamu lain yang hadir di acara tersebut. Setelah beberapa saat, mereka berhasil menemui Raka di sudut ruangan, tampak santai dengan segelas anggur di tangannya.

“Pak Raka, kami Bagas dan Siti dari Red-Eye Detective Agency. Kami ingin bicara sebentar jika Anda punya waktu,” sapa Bagas, suaranya rendah namun tegas.

Raka tersenyum ramah. “Oh, detektif terkenal di kota ini rupanya. Saya pernah mendengar nama Anda. Apa yang bisa saya bantu?”

Bagas langsung pada intinya. “Kami sedang menyelidiki beberapa transaksi yang melibatkan perusahaan-perusahaan Anda, dan menemukan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut terhubung dengan nama Ordo Mata Senja, atau sekarang dikenal sebagai Bayangan.”

Senyum di wajah Raka perlahan memudar. Wajahnya tetap tenang, namun sorot matanya berubah. Ia meletakkan gelas anggurnya di meja dan menghela napas panjang. “Saya tidak tahu apa yang Anda bicarakan, Detektif. Semua perusahaan saya bergerak sesuai hukum.”

Siti maju, menatap Raka dengan serius. “Pak Raka, kami sudah melihat bukti-bukti yang menunjukkan koneksi perusahaan-perusahaan ini dengan kegiatan ilegal. Kalau Anda terlibat dalam organisasi itu, kami sarankan untuk bicara sekarang.”

Raka memandang mereka dengan tatapan tajam, lalu akhirnya tersenyum kecil, kali ini tanpa kehangatan. “Kalian tidak tahu apa yang sedang kalian hadapi. Bayangan bukanlah sekadar organisasi biasa. Mereka ada di mana-mana, dan siapa pun yang mencoba mengungkap mereka akan mendapati diri mereka dalam bahaya besar.”

Bagas tidak mundur. “Kami siap mengambil risiko itu. Beri kami nama-nama orang yang terlibat dalam jaringan ini.”

Raka tertawa pelan, namun nada tawanya penuh kebencian. “Kalian bodoh jika berpikir bisa menghadapi mereka. Saya tidak akan mengatakan apa pun. Dan jika saya boleh memberi saran, tinggalkan penyelidikan ini sebelum terlambat.”

Melihat Raka tak mau bekerja sama, Bagas dan Siti sadar bahwa mereka takkan mendapatkan banyak dari percakapan ini. Mereka berpamitan, meninggalkan Raka yang masih berdiri dengan senyum dingin.

---

Ancaman yang Semakin Dekat

Ketika mereka kembali ke mobil, Siti tampak cemas. “Pak, Raka jelas tahu banyak, tapi dia tidak akan bicara. Dan sekarang dia pasti sudah memperingatkan kelompok Bayangan tentang kita.”

Bagas mengangguk, tatapannya serius. “Aku tahu. Dan kita harus bersiap menghadapi apa pun yang mereka rencanakan.”

Namun, sebelum mereka sempat menyalakan mesin, sebuah mobil hitam berhenti di depan mereka. Tiga pria keluar dari mobil itu dan berjalan ke arah mereka, wajah mereka penuh ancaman. Siti merasakan ketegangan yang semakin meningkat, menyadari bahwa mereka mungkin sudah terperangkap.

“Pak Bagas, sepertinya mereka tak mau membiarkan kita pergi begitu saja,” bisik Siti, suaranya terdengar gentar.

Bagas mengangguk, mengamati gerakan para pria itu. “Tetap tenang, Siti. Kita harus mencari cara untuk keluar dari sini.”

Tanpa menunggu lebih lama, para pria itu segera mendekati mobil mereka. Salah satu dari mereka mengetuk jendela mobil Bagas, menyuruhnya untuk keluar. Bagas mempertimbangkan pilihan yang mereka miliki, lalu membuka jendela sedikit.

“Ada apa?” tanya Bagas dengan tenang.

Pria itu menyeringai, lalu berkata, “Bayangan mengirim pesan. Kami tidak suka ada orang yang mencoba ikut campur dalam urusan kami.”

Bagas menatap pria itu tanpa ekspresi. “Pesan diterima. Tapi kami akan tetap melanjutkan penyelidikan ini, apa pun risikonya.”

Sebelum pria itu bisa bereaksi, Bagas segera menyalakan mesin dan melajukan mobilnya dengan cepat. Pria-pria tersebut berusaha mengejar, namun Bagas dengan lihai membelokkan mobil ke jalan lain, meninggalkan mereka dalam debu.

Siti menahan napas, merasa lega sekaligus takut. “Pak, mereka tidak main-main. Kalau kita terus maju, mereka mungkin akan mengambil langkah lebih ekstrem.”

Bagas mengangguk, namun di balik ketenangannya, ia tahu ancaman Bayangan kini semakin nyata. “Aku tahu, Siti. Tapi kita sudah terlalu dalam. Ini adalah kesempatan kita untuk mengungkap kebenaran.”

---

Sebuah Bukti Baru

Setelah meninggalkan tempat itu, Bagas dan Siti memutuskan untuk kembali ke kantor dan menyusun langkah berikutnya. Saat mereka tiba di kantor, Bagas segera memeriksa dokumen-dokumen lain yang mereka temukan sebelumnya, berharap menemukan petunjuk baru.

Siti, yang tengah memeriksa catatan-catatan mereka, menemukan sebuah surat tua yang tampaknya milik Ordo Mata Senja. Surat itu berisi instruksi-instruksi rahasia, namun di sudut bawahnya ada sebuah nama yang membuat mereka terkejut: Hasan Setiawan — pejabat yang sebelumnya mereka temui.

“Pak Bagas, ini nama Hasan! Dia jelas terlibat lebih dalam dari yang ia katakan pada kita,” ujar Siti dengan nada penuh semangat.

Bagas membaca surat itu dengan teliti. “Benar. Hasan mungkin tahu lebih banyak tentang struktur organisasi Bayangan. Ini bisa jadi peluang kita untuk memaksa dia bicara.”

Mereka memutuskan untuk mengunjungi Hasan sekali lagi, kali ini dengan bukti yang lebih kuat di tangan mereka. Bagas yakin, jika Hasan benar-benar terlibat dalam Ordo Mata Senja, dia pasti akan panik saat melihat surat ini. Dan mungkin, dalam kepanikan itulah mereka bisa mendapatkan lebih banyak informasi.

---

1
Delita bae
hadir . mangat ya😇
Delita bae
saya mampir 👋jika berkenan mampir juga🙏
Luzor
Keren sekali thor, jarang sekali ada cerita tentang detektif, ditengah gempuran fantasy Timur dan System-system.

Semangat.
خيراة.: terima kasihh banyakk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!