Leuina harus di nomor duakan oleh ibunya. Sang ibu lebih memilih kakak kembarnya.yang berjenis.kelamin pria. Semua nilainya diakui sebagai milik saudara kembarnya itu.
Gadis itu memilih pergi dan sekolah di asrama khusus putri. Selama lima tahun ia diabaikan. Semua orang.jadi menghinanya karena ia jadi tak memiliki apa-apa.
bagaimana kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERKARA
Hari berganti. Jessy, Anneth dan Brenda, sudah menghabiskan uang yang ia dapatkan dari menggunakan Gloria. Hanya dua hari saja, ketiga gadis itu menghabiskan uang dua ribu dolar.
Kini ketiganya tengah menenteng paper bag. Mereka membeli beberapa barang di sebuah mall besar. Ketiganya tiba-tiba diapit oleh beberapa pria besar. Hingga membuat mereka kebingungan.
"Hei ... mau a ...."
"Diam, atau kau rasakan sendiri akibatnya!" ancam pria itu berbisik.
Brenda terdiam. Ia merasakan benda dingin di perutnya. Ia mengira itu senjata tajam. Gadis itu melirik dua sahabat lainnya. Baik Jessy dan Anneth, juga diam mematung. Sepertinya mereka juga di bawah ancaman pria-pria di sebelah mereka.
"Masuk!" titah salah satu pria bertubuh besar dan berkacamata hitam.
Brenda, Jessy dan Anneth tak bisa menolak. Ketiganya pun masuk mobil bersama orang-orang tadi.
"Ka-kami mau dibawa kemana?" tanya Anneth ketakutan.
"Kami membawa kalian ke markas dan bertemu dengan Tuan kami!" jawab bodyguard yang duduk di samping Anneth.
Pria itu menatap paha gadis yang duduk di sebelahnya. Putih bersih dan begitu menggiurkan. Ia pun merabanya dengan telunjuk. Anneth terkejut bukan main dan secara refleks menepis tangan itu keras-keras.
"Jauhkan tangan kotormu!" bentak gadis itu.
"Jaga bicaramu anak manis!' seru bodyguard itu memperingati sambil mencengkram dagu lancip Anneth.
Gadis itu ketakutan. Pria itu pun menggila. Ia menjilat mulut bergincu merah itu, lalu dengan kasar memagutnya.
"Hei ... jangan di sini ... kau membuatku horny!' sungut temannya yang tengah menyetir.
Pria yang memilin bibir Anneth pun melepas ciumannya, lalu menghapus bekas saliva di sana dengan ibu jarinya. Gadis itu sesak napas. Ciuman tadi begitu memabukkannya. Selama ia berpacaran, ia tak pernah menemukan pria yang mampu berciuman sebaik pria yang menculiknya.
"Lihatlah, pemandangan ini!" sahut salah satu yang berada diujung pintu, mengapit Brenda.
Pria itu meremas paha mulus gadis itu sampai meringis.
"Wah ... kalian enak sekali berjaga di belakang situ. Dapat mainan gratis dan mengairahkan!" seloroh salah satu rekannya yang duduk di depan.
Semuanya tertawa. Sedangkan Jessy, Anneth dan Brenda hanya diam mematung.
Ketiga gadis itu menutup mulutnya rapat-rapat ketika tangan-tangan besar itu menjamah area sensitif mereka. Butuh waktu tiga puluh menit mereka sampai di sebuah rumah yang cukup tersembunyi.
"Ssshh!" Jessy sudah melepaskan semua puncaknya.
"Wah ... dia gampang sekali basah!" seru salah satu bodyguard yang mempermainkan area sensitif gadis itu.
"Bawa mereka semua!" titah pria yang duduk di kursi depan sambil membuka pintu.
Kini ketiga gadis itu digiring masuk markas mereka. Jessy berjalan sedikit payah. Ia baru saja orgasme.
"Cepat jalannya!" bentak pria di belakang gadis itu dan mendorong sampai Jessy nyaris tersungkur jika saja Anneth dan Brenda yang menahan laju gadis itu.
"Boss ... ini mereka!" sahut salah satu melaporkan pada pria yang tengah duduk membelakangi mereka.
"Ah ... jadi kau sudah menangkap ketiga penipu itu?" tanya pria sambil memutar kursi hingga berbalik menghadap mereka.
Baik Jessy, Anneth dan Brenda langsung terkejut melihat pria yang duduk di kursi.
"Tuan Montero!" panggil ketiganya.
"Ada apa Tuan memanggil kami? Bukankah kita sudah selesai urusan?" tanya Anneth berani.
"Bangsat kalian!' bentak Don Montero.
"Kalian telah menipuku. Kalian menyuruh temanmu yang lain untuk merebut teman yang kau jual itu!" teriak Don.
Ketiganya saling pandang tanda tidak mengerti. Don, makin marah.
"Tapi, kami lah yang berteman dengan Gloria, tidak ada yang lain!' jelas Brenda bersungguh-sungguh.
"Kalian bohong! Ini hidungku sampai patah gara-gara dihajar oleh temannya!" teriak Don sambil memperlihatkan batang hidungnya yang diplester.
"Demi Tuhan hanya kami bertiga teman Gloria!" sumpah Jessy juga ikut berteriak.
"Temanmu itu sangat cantik dan memiliki iris abu-abu dan satunya berambut ikal!"
Ketiganya langsung mengetahui siapa gadis itu.
"Luien!"
"Siapa Luein?" tanya Don.
"Luein itu sebenarnya rival kami. Tapi, apa urusannya dia menolong Gloria?" tanya Jessy lagi.
"Gloria dan Luein saling bermusuhan." lanjutnya.
"Aku tak mau tahu. Aku ingin kalian mengembalikan uangku sekarang juga!" tekan Don pada tiga gadis itu.
"Mana bisa begitu. Soal Gloria yang diselamatkan, bukan urusan kami!" elak Jessy.
"Bangsat!" maki Don.
Pria itu mendekati Jessy dan menampar gadis itu keras-keras, hingga tubuh gadis itu terpelanting ke lantai. Anneth dan Brenda sampai ketakutan. Jessy menangis, belum pernah ia disakiti seperti ini.
Anneth dan Brenda lalu menghampiri Jessy dan memeluknya. Ketiganya menangis.
"Aaargghh!" teriak pria itu murka. "Diam kalian!"
Ketiganya pun bungkam sambil sesengukan. Sungguh, jika kelakuan mereka menjual teman mereka, Gloria begitu membuat mereka kesakitan seperti ini. Mereka pun tidak akan melakukannya.
Don yang melihat paha-paha tiga gadis yang mulus dan bersih, membuat dia on. Reaksi obat kuat masih tersisa dalam tubuh pria itu. Napasnya menderu. Pria itu memberi kode pada bodyguardnya.
Semua paham lalu membungkuk hormat, beberapa di antaranya pergi meninggalkan atasannya. Don mendekati tiga gadis itu lalu jongkok.
Satu tangannya yang besar meraba paha Anneth dan satunya menyelusup ke dalam **** ***** Brenda. Keduanya yang berpelukan tersentak, lalu menjauhkan tubuh dari jangkauan pria itu.
"Kalian akan kuampuni, asal ...."
Pria itu menghentikan ucapannya. Lalu, dengan rakus memagut bibir Jessy yang sedikit berdarah akibat tamparannya. Sedang dua tangannya masing-masing menjelajah tubuh Anneth dan Brenda.
"Puas kan aku dan dua anak buahku!' titah Don dengan suara serak.
Bagaikan kerbau dicucuk hidung. Mereka menurut. Bahkan layanan mereka sungguh membuat ketiga pria yang ada di dalam ruangan kepayahan.
Keenam manusia yang kini dalam keadaan bugil, terkulai lemas setelah mencapai puncaknya. Ketiganya begitu puas dengan layanan Anneth, Jessy dan Brenda.
"Kalian luar biasa!" puji Don dengan napas terengah-engah.
Sedang, Jessy yang berada di pelukan pria itu mulai menggeser tubuhnya menduduki pangkal Don.
"Tuan ... aku punya ide yang sangat bagus," ujarnya mengeluarkan suara seksi.
Gadis itu mulai.bergerak, lalu mendekat dan membisikkan sesuatu pada pria itu. Don sampai memejamkan matanya menikmati gairah yang diberikan Jessy.
"Bagaimana menurutmu, Tuan?" tanyanya sambil memacu tubuhnya yang berkeringat.
Don tidak menjawab, pria itu makin tak terkendali. Pria itu berteriak ketika kedutan-kedutan itu menjalar ke seluruh tubuhnya.
"More harder, bitchy!"
Sedang yang lain, melihat tontonan menggairahkan menaikan libido mereka. Kemudian semua pun kembali membuka layar dan mengarungi ombak gairah.
Sedang di tempat lain. Vic, selalu mencuri waktu dan tempat untuk mendekati Gloria dan berciuman dengan gadis itu. Pria itu mulai mengklaim jika Gloria adalah miliknya. Walau tidak ada kesepakatan hubungan antara keduanya.
Sedang Adrian juga makin memperat hubungannya Diana. Walau seberapa sering dan kuatnya gadis itu menjauh. Tetapi, pesona Adrian tak bisa ditolak oleh Diana.
Sedang Alex langsung menyatakan ketertarikannya dengan gadis yang dari awal mencuri perhatiannya.
"Luien ... mau kah kau jadi kekasih ku?"
bersambung.
nah kan ditembak ... diterima nggak ya?
next?