Cerita ini mengisahkan tentang perjuangan pemuda berusia 15 tahun yang mempunyai bakat bermain pedang dan ilmu bela diri yang cukup tinggi dalam menyelamatkan desanya dari penindasan oknum tak bertanggung jawab. Setelah berhasil mendapatkan kebebasan untuk desanya, satu persatu fakta keluarganya terkuak. Dia juga menyadari bahwa Alavarez yang merupakan kepala keluarganya telah di sekap oleh oknum bernama Fikron untuk di jadikan tahanannya. Tidak ada yang tau dimana Fikron mengurung Alarez, bahkan Mijay dan Altan yang menyamar sebagai anak buah Fikron saja masih belum bisa menemukan keberadaan Alvarez. Zafer pemuda 15 tahun itu memutuskan untuk memulai misi penyelamatan Alvarez, dan bersiasat menghabisi rekan-rekan Fikron yang berada di Abu Dhabi dan Oman.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Tiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
C02 : LULUS
...𖣁 ࣪࣪ἨΛⱣⱣὙ ᖇ𝚬Λ𝐃𝐥ṆԌ 𖣁...
Siang itu Zafer dan ketiga temannya yaitu Athaar, Naashir, dan Umar baru saja pulang sekolah. Hari ini mereka berempat lulus dengan nilai yang cukup baik, dan akan melanjutkan sekolah ke tingkat SMA. Langkah ke empat sahabat ini terhenti ketika melihat beberapa preman suruhan Desmon datang ke desa mereka. Alasan mereka ke desa Jabbur hanya untuk mengambil paksa uang penghasilan para warga. Salah satu warga menolak memberikan uang tersebut di karenakan putri mereka sedang sakit, dan uang itu nantinya akan di gunakan untuk membeli obat putri mereka. Mereka kesal dan dengan jahatnya menarik putri mereka dan membawanya keluar.
"Kalian harus membayar pajak karena sudah tinggal di tanah tuan Fikron. Dan jika ada yang membantahnya, maka kalian siap menerim hukuman seperti orang tua itu, " ucap salah satu preman sambil menunjuk ke arah bapak tua yang sedang memohon agar mereka membebaskan putrinya. Mereka tertawa sambil mengelilingi gadis yang sedang sakit tersebut. Gadis itu nampak ketakutan dan sangat lemah. Zafer yang melihatnya ingin sekali menghajar para preman tersebut. "Tidak Zafer. Ingat kata mamah mu, " tegur Umar mengingatkan Zafer pada janjinya terhadap Selin. Zafer hanya bisa memendam amarah dengan meremas sebuah tiang jalanan. Terlihat para preman itu seperti mulai melucuti gadis tersebut di depan umum. Para warga di sana hanya bisa menunduk dan menangis menyaksikan kejadian tersebut di depan mata mereka. Zafer dan teman-temannya juga ikut menunduk dan memejamkan mata mereka. Setelah melucuti gadis tersebut, ketua dari para preman itu mendorong gadis itu hingga ke tanah dan mulai melakukan adegan tak senonoh. Setelah puas, gadis itu kembali di gilir oleh seluruh para preman tersebut. Gadis yang malang. Sialnya dia malah meninggal dunia karena tidak tahan dengan perbuatan yang di lakukan kepadanya. Singkat cerita, para preman itu pergi. Beberapa warga termaksud ayah dari gadis tersebut.
Ayah dari gadis itu tidak kuasa menahan air mata ketika melihat putrinya meninggal dunia di tangan para preman tersebut. Ayah itu terus memukuli dirinya sendiri karena tidak bisa menolong putrinya. Para warga di sana juga begitu menyesal dengan diri mereka sendiri karena tidak bisa menolong gadis tersebut. Jika mereka melawan, maka mereka akan di hukum oleh Desmon putra penguasa kota Dubai dengan cara di bakar hidup-hidup. Zafer dan teman-temannya pergi dari persembunyian mereka. Nampak pada besi tiang jalan tersebut, cap tangan Zafer berbekas di tiang tersebut karena remasan Zafer yang begitu kuat.
...· . . · 𐙚· . . ·𐙚 · . . · 𐙚· . . ·𐙚 · . . · 𐙚· . . ·𐙚 · . . ·...
"Kau baru pulang nak, "
"Ma. Apa yang terjadi? Kenapa para preman itu datang lagi? Bukankah kemarin mereka sudah datang, "
"Untuk apa kau mengurusi mereka. Masuk kamar mu. Ganti bajumu. Setelah itu kita makan siang, "
"Mahh. Kenapa kau terus melarang ku berkelahi? Aku ingin sekali memberi pelajaran pada mereka, "
"Zafer. Jika kau terus membahas ini mamah tidak mau bicara dengan mu lagi, "
Zafer tidak melanjutkan perkataannya dan menurut apa kata mama nya. Setelah berganti pakaian, Zafer keluar dari kamarnya dan duduk di meja makan bersama mamanya.
"Bagaimana hasil raport mu?"
"Bagus mah. Aku lulus dengan nilai yang cukup baik, "
"Kamu mau sekolah di mana setelah ini?"
"Zafer ikut apa kata mamah, "
"Mamah dengar SMA Imperal Dubai adalah sekolah terbaik di kota ini. Kamu mau sekolah di sana?"
"Mah. Sekolah itu termaksud sekolah mahal, "
"Tapi kualitas pendidikannya bagus nak. Lagian Naashir, Athaar, dan Umar juga mamah dengar akan di kirim ke sekolah itu, "
"Mamah. Bagaimana dengan uang SPP nya?"
"Soal itu gak usah di pikirin nak. Yang terpenting itu pendidikan kamu, oke?"
"Baik mah, " jawab Zafer tersenyum. Inilah yang di suka Zafer dari mamahnya. Selain kebaikan dan kasih sayang. Selin lebih mengutamakan pendidikan Zafer ketimbang dirinya sendiri. "Mah. Nanti sore Zafer mau pergi main sama Umar dan teman-teman lainnya, " Selin mengangguk memperbolehkan dirinya pergi bermain dengan kawan-kawannya.
Sore harinya di tanah lapang, nampak puluhan anak-anak bermain di sana. Ada yang bermain bola, ada yang bermain badminton, dan berbagai mainan tradisional di desa mereka. Tiba-tiba salah satu anak bersama beberapa temannya datang dan membubarkan mereka.
"Pergi tinggalkan lapangan ini. Karena aku ingin bermain di sini, " mendengar itu tentu membuat anak-anak yang bermain di sana kebingungan terutama Zafer dan kawan-kawannya.
"Hai kawan. Tanah lapang ini cukup luas. Apakah masih kurang untuk dirimu bermain?" Tegur Athaar.
"Lagipula, tanah lapangan ini juga umum. Siapa saja boleh bermain di sini, " sambung Athaar.
"Hei. Apa kau tidak tau aku siapa?"
"Tau. Kau anak kepala desa ini bukan? Lalu apa masalahnya? Kau ingin mengadu pada ayahmu begitu?"
"Begini. Ku tantang kalian bermain umpan lari. Yang menang boleh bermain di sini dan yang kalah harus pergi bermain di tempat lain, "
"Athaar. Lebih baik kita mengalah saja. Jangan membuang-buang waktu dengan melawan anak itu. Lebih baik kita pergi ke pinggir pantai dan bermain di sana saja, " bisik Zafer. Athaar menurut dan mereka menolak ajakan anak kepala desa lalu pergi.
"Kenapa kalian menolak? Apakah kalian takut?"
"Tentu mereka takut. Apalagi Zafer. Dia kan tidak punya ayah. Kalau kalah dia tidak bisa mengadu pada ayahnya. Apalagi terhadap ibunya yang sibuk berjualan roti, " ucap kawan anak kepala desa tersebut mengejek Zafer. Mendengar itu tentu membuat Zafer kesal dan menatap tajam ke arah mereka semua. Zafer kesal dan langsung menghampirinya. Ia juga mencengkram kerah baju anak itu.
"Jangan pernah menyebut ayahku apalagi ibuku, " gerutu Zafer. Di saat yang bersamaan, Umar melihat Selin ibu Zafer datang ke lapangan. "Zafer. Mama mu, " tegur Umar. Mendengar itu mendadak Zafer melepaskan kerah baju anak itu, dan berpura-pura seperti menjalin pertemanan dengan anak itu.
"Zafer. Kau masih ingin bermain?"
"Iya mah,, "
"Hai nak. Ada apa dengan mu. Kenapa wajah mu seperti ketakutan?" Tegur Selin pada anak yang tadi Zafer gertak. Zafer menginjak kuat kaki anak itu mengancam untuk tidak memberitahukan apa yang terjadi sebenarnya.
"Ah. Ti-tidak bibi. Aku kalah permainan dengan Zafer. Dan sekarang aku takut untuk melakukan permainan selanjutnya, "
"Hei kawan. Untuk apa kau takut? Jadilah pria sejati. Satu ronde permainan lagi bagaimana?"
"Ti-tidak Zafer. Kau hebat. Aku tidak mau melawan mu lagi, " anak itu kemudian mengajak teman-temannya untuk pergi meninggalkan lapangan tersebut.
"Mamah kenapa kemari?"
"Mau menjemput mu. Malam ini kita akan ke kota untuk membeli peralatan sekolah mu, "
"Mah. Pendaftarannya akan di buka seminggu lagi. Kenapa terburu-buru, "
"Yang ingin melanjutkan sekolah bukan cuma dirimu nak. Ada ribuan calon siswa baru juga yang akan membeli semua peralatan sekolah. Jika kamu membelinya nanti pas sudah waktunya. Sudah tidak ada lagi yang tersisa, "
"Yang di katakan mamah mu benar Zafer. Aku saja sudah beli peralatan sekolah baru, " sahut Umar. Sebenarnya Zafer hanya beralasan. Dia tidak mau menggunakan barang-barang baru untuk sekolahnya. Dia tidak mau uang ibunya habis hanya untuk membelikan keperluan dirinya. Zafer sekarang tidak tau harus beralasan apalagi, dan menuruti permintaan ibunya.