Kecelakaan saat pulang dari rumah sakit membuatnya harus kehilangan suami dan anak yang baru saja di lahirkannya 3 hari yang lalu.
Tapi nasib baik masih berpihak padanya di tengah banyak cobaan yang di dapatkan Ayana.
Bertemu dengan seorang bayi yang juga korban kecelakaan membuatnya kembali bersemangat dalam menjalani hari-hari yang penuh perjuangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
04
Di sebuah rumah sakit besar di pusat kota, Meli yang merasa sangat kesakitan pada perutnya terpaksa di operasi. Karena keadaan ibunya sudah sangat pucat.
Keluarga dari kedua belah pihak datang ke rumah sakit untuk menantikan calon penerus mereka yang akan lahir. Keluarga Meli lebih antusias dari keluarga Andreas, karena bagi mereka dengan adanya anak itu maka posisi mereka sebagai besan akan aman.
Juga saham dan proyek yang ada di perusahaan mereka juga aman.
beberapa saat kemudian, keluarlah dokter dengan kabar baik yang mengatakan kalau semuanya berjalan lancar. Ibu dan bayi laki-lakinya selamat.
"Syukurlah kalau begitu, lalu di mana cucu kami Dokter?" Tanya ibu dari Meli.
"Bayinya masih di bersihkan oleh Suster dan nanti baru bisa di lihat setelah di pindahkan."
"Bukannya menurut perkiraan hari kelahirannya masih 3 minggu lagi, Dok? Apa bisa seperti itu jadwalnya berubah?" Tanya Andreas penasaran.
"Itu hanya perkiraan saja, Pak. Terkadang memang bisa tepat atau lebih cepat dari itu. Tapi kalau kasus yang terjadi pada istri anda ini, kontraksi di picu karena terlalu kerasnya hubungan intim pasangan. Saat kami memeriksa istri anda tadi, kami menemukan banyak sperma di jalan lahirnya. Jadi itu bisa memicu kontraksi cepat terjadi, syukur tadi cepat di bawa ke mari jaid penangannya bisa cepat pula," jelas si Dokter.
Andreas mengepalkan kedua tangannya yang berada di saku celana panjangnya. Marah, kesal, emosi, semua menjadi satu di rasakan oleh pria itu. Ia berjanji tidak akan memberikan ampun pada istrinya sudah berani mengabaikan keselamatan anak mereka demi kesenangan sendiri.
"Astaga, Andres. Seharusnya kamu gak sekasar itu sama Meli, lihat akibat perbuatan kamu. Anak kamu hampir celaka jadinya, untung semuanya cepat di atasi kalau gak bagaimana dengan mereka berdua?" Ibunya Andreas mengomeli anaknya setelah Dokter pergi.
"Ya ampun Jeng Nina ini bagaimana sih, namanya juga pasangan muda. Di maklumi saja kalau masih menggebu-gebu geloranya," kata ibunya Meli dengan senyuman manisnya.
"Sudah lah, Ma. Yang penting semuanya selamat." Papanya Andreas menenangkan istrinya agar tidak menyalahkan anaknya lagi.
Setelah Meli dan bayinya di pindahkan ke ruang perawatan. Mereka masuk ke dalam dan melihat bayi yang baru lahir itu. Mereka semua bersuka cita dengan kelahiran penerus mereka.
"Kita harus mengadakan pesta yang sangat meriah untuk cucu kita ini. Supaya semua orang tahu kalau dia adalah calon penerus dari perusahaan Malawana grup," ucap ibunya Meli antusias ingin memamerkan cucunya yang merupakan keturunan orang kaya.
"Iya benar itu besan, kita harus segera membuat acara penyambutan yang sangat me.."
"Gak ada penyambutan, itu akan sangat beresiko untuknya yang masih bayi."
Ayahnya Meli terdiam saat mendengar ucapan menantunya. Ia memang takut dengan menantunya sendiri, takut bukan dalam artian karena Andreas lebih kaya. Tapi karena beberapa kali ia mendapatkan peringatan dari pihak Andreas mengenai proyek yang bermasalah.
Meli yang mendengar apa yang di katakan suaminya jadi kesal sendiri. 'Kamu lihat saja apa yang bisa ku lakukan untuk menghancurkanmu,' batin Meli geram dengan suaminya.
Karena malam yang sudah semakin larut bahkan hari sudah berganti. Para orang tua pulang ke rumah masing-masing untuk istirahat. Sedangkan Andreas akan menemani Meli karena ada yang ingin di katakannya.
"Setelah keluar dari sini aku akan menceraikanmu, pergilah bersama selingkuhanmu itu. Karena aku gak suka barang murahan dan obral," ucap Andreas tajam menatap Meli.
"Apa maksud kamu? Aku gak paham," kata Meli berusaha tenang.
Padahal dalam hati Meli sudah ketakutan kalau Andreas mengetahui apa yang selama ini di lakukannya.
"Anak akan ku ambil, aku yang akan mengurusnya." Tanpa memperdulikan Meli, Andreas kembali berucap yang lebih seperti pemberitahuan.
"Gak bisa gitu dong, Ndre. Aku yang melahirkan anak itu, kenapa kamu yang akan membawanya? Aku gak akan biarkan hal itu terjadi," marah Meli.
"Bukan kah kesenanganmu lebih utama dari pada anak di kandunganmu? Demi nafsu kalian anakku hampir menjadi korban."
Meli tersentak kaget mendengar ucapan Andreas.
"Jangan coba-coba membawa anakku pergi, atau kalian akan tahu akibatnya." Kalimat yang berupa nada ancaman itu membuat Meli semakin marah dan bertekat melakukan apa yang sudah di niatinya tadi.
Malam semakin larut dan pagi akan segera datang. Meli yang sudah bangun dari tidurnya karena ia memang tidak bisa tidur dengan nyenyak akibat menahan amarah kepada Andreas.
Melihat ada ponsel miliknya tergeletak di meja, ia segera meraih benda itu. Karena tadi malam saat ia merasakan sakit pada perutnya, ponsel itu ada di dalam kantong celana pendek yang di gunakannya.
Meli yang takut meninggalkan ponselnya selalu membawa benda itu kemanapun ia pergi. Ketika turun ingin mengambil sesuatu di dapur, wanita itu membawa ponselnya di dalam saku. Dan kini benda pipih itu ada di dekatnya.
Dengan cepat Meli membuka ponselnya dan mengirim pesan pada selingkuhannya. Pesan Meli segera mendapatkan balasan dari seberang dan itu membuat Meli senang. Keduanya segera menyusun rencana untuk pergi bersama.
Pagi menyapa dan suasana di luar terlihat terang. Andreas yang sudah bangun dari tidurnya segera ke kamar mandi.
"Tetaplah di sini selagi aku mencari sarapan," ucap Andreas setelah keluar dari kamar mandi, yang hanya di angguki oleh Meli yang sedang memangku anaknya.
Bayi yang baru lahir itu tidak minum ASI seperti bayi baru lahir lainnya. Melainkan susu formula yang di sediakan pihak rumah sakit karena Meli beralasan kalau ASI nya tidak keluar.
"Jaga di sini, jangan sampai lengah," ucap Andreas pada Asistennya yang sudah tiba.
Pria bertubuh tinggi tegap itu berjalan ke arah kantin rumah sakit. Bukan tak bisa ia meminta sang Asisten membelikan makanan. Andreas hanya ingin menghilangkan penat sejenak saja.
Setelah kepergian Andreas, datanglah seorang pria lain yang tiba-tiba menumpahkan minumannya ke pakaian Asisten Andreas.
"Ya ampun, maaf ya Mas. Saya gak sengaja," ucap pria yang ternyata selingkuhan Meli.
"Gimana sih kamu ini? Kalau jalan jangan melamun jadi gak menyusahkan orang lain," marahnya pada selingkuhan Meli.
"Maaf, Tuan."
"Tetap di sini jangan kemana-mana, saya akan kembali secepatnya." Asisten Andreas pergi meninggalkan pria selingkuhan Meli itu begitu saja.
Senyum kemenangan terbit di bibir pria itu, dengan cepat ia masuk ke dalam ruangan Meli. Mereka segera bersiap dan langsung pergi secepatnya membawa bayi yang baru lahir itu.
Meli duduk di kursi roda dengan menutupi tubuh bayinya dengan selimut agar tidak ada yang tahu. Meli juga memakai masker dan kacamata hitam, secepatnya mereka pergi dari rumah sakit itu sebelum ketahuan.
Asisten Andreas yang memang tidak tahu apa-apa tentang rumah tangga bosnya tentu saja tak mengenali selingkuhan Meli. Karena Andreas memang memiliki orang tersendiri dalam menangani setiap masalahnya.
Sedangkan sang Asisten hanya membantu di kantor dan pastinya hanya tahu urusan kantor. Kecuali Sekretaris Andreas yang mengetahui semua tentang pria itu, namun saat ini sedang cuti menikah.
Terjadilah kehebohan di rumah sakit atas hilangnya Meli dan bayinya. Bermula ketika orang tua mereka datang untuk gantian menjaga Meli dan bayinya.
Kedua orang tua mereka kaget saat tak mendapati Meli dan bayinya di ruangan tersebut. Andreas yang mengetahui hal tersebut sangat marah. Namun ia tak bisa marah pada sang Asisten, karena memang pemuda itu tak tahu apapun.
Andreas melakukan pencarian untuk mengambil anaknya. Segala macam di lakukan pria itu demi sang buah hati yang tidak di relakannya di bawa lari Meli bersama selingkuhannya.