NovelToon NovelToon
The Missing SOFIA

The Missing SOFIA

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:3.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: Qinan

Sofia Anderson lahir dari keluarga kaya raya namun ia di besarkan dan hidup sederhana bersama seorang pria yang menculiknya sewaktu masih kecil karena sebuah dendam masa lalu.

16 tahun kemudian sang penculik mulai menyadari kesalahannya dan ingin menyerahkan Sofia pada orang tua kandungnya. Lantas memindahkan gadis itu ke universitas milik keluarganya berharap ada keajaiban disana.

Namun tingkat sosial yang berbeda membuat Sofia mendapatkan banyak sekali bullyan dari teman-temannya, belum lagi ayah angkatnya (sang penculik) yang tiba-tiba menghembuskan napas terakhirnya sebelum mengatakan rahasia yang sebenarnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab~03

Pagi itu nampak seorang pemuda menghadiri sebuah meeting dengan wajah mengantuk, jika bukan karena paksaan sang ayah ia lebih memilih tidur pulas di rumahnya.

"Baiklah meeting kita akhiri sampai di sini dan terima kasih semua atas kerja samanya." ucap seorang pria paruh baya namun masih terlihat tampan dengan tubuh yang terjaga kekekarannya.

Pria itu adalah William Smith pemilik Smith Group yang memiliki beberapa anak usaha termasuk universitas SG.

Setelah itu semua peserta meeting segera meninggalkan ruangan tersebut satu persatu.

"Mau kemana kamu ?" ucap pria itu saat seorang pemuda juga ikutan beranjak dari duduknya.

"Kembali ke ruanganku Pa, bukankah meeting sudah selesai ?" sahut sang pemuda dengan wajah cueknya, jika bukan karena paksaan sang ayah ia takkan hadir dalam meeting mengingat semalam hampir menjelang dini hari baru pulang.

"Kamu tidak ke kampus ?" tanya sang ayah lagi.

"Nanti jika tidak sibuk." sahut pemuda itu, lagi-lagi dengan nada cuek. Lantas berlalu pergi namun baru beberapa langkah ayahnya tersebut kembali berteriak.

"Berhenti, jika masih ingin menggunakan nama Smith di belakang namamu." tegas sang ayah dan mau tak mau membuat pemuda yang bernama Ariel itu menghentikan langkahnya.

"Pergilah ke kampus dan Papa tidak mau tahu semester depan kamu harus lulus dan melanjutkan magistermu !!" perintah sang ayah dengan tegas mengingat putranya itu harusnya sudah lulus dari satu tahun yang lalu.

"Aku sudah mampu memimpin salah satu anak perusahaan milik papa jadi ku rasa ijazah tidak begitu penting, Pa." tukas Ariel kemudian namun....

Brakk...

Tiba-tiba terdengar suara gebrakan meja dengan kasar hingga membuat beberapa karyawan yang belum sepenuhnya pergi dari ruangan tersebut langsung berjingkat kaget dan mereka segera berlalu dari sana karena biasanya perdebatan ayah dan anak itu tidak akan berlangsung sebentar.

"Tidak penting kamu bilang? kamu pikir Papa menjadikan perusahaan hingga seperti saat ini tidak menggunakan ilmu hah ?" tegas William dengan menatap tajam putranya tersebut, baginya pendidikan adalah nomor satu.

Meski putranya itu sangat berbakat dalam berbisnis seperti dirinya namun dalam hal pelajaran di kampus putranya sangatlah pemalas.

"Terserah Papalah, bukankah hidupku milik papa." timpal Ariel lantas segera berlalu pergi dari sana, toh jika ia melawan pun tak ada gunanya karena ayahnya itu akan tetap mengatur hidupnya.

"Kau !!" William benar-benar nampak geram karena putranya itu selalu saja melawan perkataannya.

"Berhenti !!" teriaknya kemudian.

"Bukankah Papa menyuruhku ke kampus ?" timpal Ariel seraya menatap ayahnya itu sejenak.

Sejak remaja Ariel memang sudah di persiapkan oleh sang ayah sebagai pewarisnya dan sejak saat itu ia merasa kebebasannya di renggut paksa, di saat teman-temannya yang lain bisa leluasa bermain namun tidak dengan dirinya. Karena ia harus belajar bisnis di perusahaan ayahnya itu hingga waktu untuk bermain pun hampir tidak ada.

Ariel merasa di paksa untuk cepat menjadi dewasa dari teman-teman seusianya hingga menjadikannya memiliki sifat yang keras kepala sebagai bentuk perlawanan atas ketidakadilan terhadap dirinya.

"Hai bro, tumben ke kampus." ucap George saat melihat sahabatnya itu baru datang.

"Aku sangat mengantuk jangan ganggu aku dulu." ucap Ariel seraya melemparkan tasnya ke atas meja lantas pria itu segera merebahkan dirinya di sofa.

Saat ini mereka sedang berada di salah satu ruangan yang ada di universitas SG yang biasa mereka gunakan sebagai markas untuk berkumpul.

Ariel yang notabennya putra pemilik universitas tersebut tentu saja dengan mudah mendapatkan ruangan di sana.

Biasanya mereka akan bermain maupun bersantai di sana sebelum atau sesudah jam kuliah dan hanya beberapa orang saja yang memiliki akses untuk masuk.

"Apa nanti malam kamu ikut taruhan lagi, bro ?" tanya George penasaran, mengingat sahabatnya itu suka sekali mengikuti balap liar.

"Lihat nanti malam saja." sahut Ariel dengan mata masih terpejam.

Tak berapa lama nampak seorang pemuda lagi masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Hai bro." sapa pemuda itu pada kedua sahabatnya.

"Ngomong-ngomong apa aku sedang bermimpi ?" imbuh pemuda itu lagi yang di ketahui bernama Daniel seraya menatap ke arah Ariel, karena sudah lama sekali sahabatnya itu tidak datang ke kampus

Akhir-akhir ini Ariel memang jarang sekali berkumpul bersama mereka mengingat jabatan direktur yang baru saja di embannya.

"Papa menyuruhku untuk cepat menyelesaikan kuliah bukankah itu sangat menyebalkan." ucap Ariel yang kini nampak bangun lantas bersandar di sandaran sofa.

"Bukankah itu bagus ?" timpal Daniel seraya menghempaskan bobot tubuhnya di atas sofa.

"Tentu saja tapi itu tetap tak pernah berhasil." sahut Ariel mengingat ia harusnya sudah lulus setahun yang lalu.

"Bagaimana bisa berhasil jika kamu datang kesini hanya untuk bermain dan mengganggu yang lain saja." cibir Daniel kemudian.

Sepertinya dari ke ketiga pemuda itu hanya Daniel yang paling rajin dan tak seperti Ariel dan George yang kuliah hanya sebagai ajang permainan.

"Kau benar-benar seperti papaku." gerutu Ariel dengan kesal.

"Oh ya Ar, apa kamu masih ingat dengan seorang gadis yang pakaiannya terkena cipratan lumpur waktu itu ?" tiba-tiba George mengalihkan pembicaraan.

"Hm." Ariel hanya menanggapinya dengan berdehem kecil, saat mengingat gadis yang sok galak agar demi bisa memalaknya. Dimana-mana semua gadis sama saja, matre pikirnya.

"Kamu tahu, apa yang dia berikan padaku ?" ucap George lagi dan sepertinya Ariel tak begitu tertarik karena pria itu justru fokus bermain game di ponselnya, namun tidak dengan Daniel pemuda itu nampak penasaran.

"Dia menitipkan ini untukmu." George langsung mengeluarkan dua lembar uang dan beberapa koin lantas memberikannya pada Ariel.

Ariel yang tak mengerti pun langsung menatap sahabatnya itu. "Katanya itu sisa uang untuk biaya mencuci pakaiannya." terang George yang langsung membuat Ariel nampak sinis.

"Oh my God, apa gadis itu sedang cari perkara ?" Daniel langsung menimpali.

"Oh ya aku penasaran kenapa gadis itu bisa masuk ke area kampus kita? ku rasa dia bukan mahasiswa baru karena penampilannya sangat kampungan sekali atau jangan-jangan dia pelayan baru di sini ?" ujar George kemudian.

"Jadi kamu bertemu dengan gadis itu di kampus kita ini ?" Daniel yang penasaran kembali menimpali.

Namun Ariel sepertinya tak begitu peduli dengan topik pembicaraan mereka, hidupnya saja sudah memusingkan jadi ia tak ingin menanggapi hal yang tidak terlalu penting baginya.

"Tentu saja, penampilannya benar-benar kampungan. Sepertinya dia memang pelayan baru di sini." sahut George menegaskan.

"Apa dia gadis berambut pirang, memakai celana jeans, kaos putih dan tas punggung ?" tebak Daniel kemudian.

"Ya itu dia, apa kau juga bertemu dengannya tadi pagi ?" George langsung membenarkan ucapan Daniel dan itu sedikit mengalihkan perhatian Ariel dari ponselnya lantas pria itu menatap ke arah sahabat tersebut.

"Hm, dia mahasiswa baru jalur khusus." sahut Daniel dan sontak membuat George maupun Ariel nampak terkejut.

"Sepertinya kita akan mempunyai mainan baru, Ar." George langsung menepuk punggung Ariel dengan suka cita.

Seperti biasa mereka yang sudah senior di kampus tersebut selalu mengerjai mahasiswa baru terutama mahasiswa jalur beasiswa yang menurut mereka tidak layak masuk ke universitasnya yang seharusnya hanya boleh di huni oleh para anak konglomerat.

1
palupi
terimakasih 💐🙏
palupi
Luar biasa
buku besar
meteor garden
Mak Suli Cee
Aril gercep sat set g kaya bapaknya,liat aja kamu James sebentar lagi bakal menyesal
Mak Suli Cee
sumpah aku nangis di part ini🤣🤣🤣
Astin Khalana
Buruk
Lilis Ernawati
sangat baguuuss
Lilis Ernawati
/Cry//Cry//Cry//Cry//Cry/
Sugiarti Arti
Luar biasa
tutut wahyuningsih
Bagus ceritanya 👍❤️
Chita Hasan
Luar biasa 💖
Paulina Makmaker
Luar biasa
Seven8
good job baby Lilly /Drool/
Supriyany Acup
Luar biasa
Paulina Makmaker
Lumayan
Atik
⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐
Hani Ekawati
😭😭😭😭😭😭😭
Hani Ekawati
Nyesel kan Lo james 🤧
Hani Ekawati
Banyak mengandung bawang 😭😭😭
Hani Ekawati
Aku juga jd ikutan sedih 😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!