Di Bawah Umur Harap Minggir!
*****
Salahkah bila seorang istri memiliki gairah? Salahkah seorang istri berharap dipuaskan oleh suaminya?
Mengapa lelaki begitu egois tidak pernah memikirkan bahwa wanita juga butuh kepuasan batin?
Lina memiliki suami yang royal, puluhan juta selalu masuk ke rekening setiap bulan. Hadiah mewah dan mahal kerap didapatkan. Namun, kepuasan batin tidak pernah Lina dapatkan dari Rudi selama pernikahan.
Suaminya hanya memikirkan pekerjaan sampai membuat istrinya kesepian. Tidak pernah suaminya tahu jika istrinya terpaksa menggunakan alat mainan demi mencapai kepuasan.
Lambat laun kecurigaan muncul, Lina penasaran kenapa suaminya jarang mau berhubungan suami istri. Ditambah lagi dengan misteri pembalut yang cepat habis. Ia pernah menemukan pembalutnya ada di dalam tas Rudi.
Sebenarnya, untuk apa Rudi membawa pembalut di dalam tasnya? Apa yang salah dengan suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momoy Dandelion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18: Tingkah Aneh Rudi
Sepanjang hari, berbagai macam wahana telah dicoba oleh rombongan Lina. Meskipun awalnya menolak, namun akhirnya Lina tetap mau mencoba menaiki wahana-wahana yang cukup ekstrem seperti roller coaster, perahu kora-kora, dan kincir putar. Bahkan ia mau ikut masuk ke dalam rumah hantu yang terus membuatnya menjerit setiap langkah.
Saat di rumah hantu yang gelap, beberapa kali Lina salah memeluk orang. Bukan Rudi yang ia peluk, melainkan Trian. Untung saja kondisinya cukup gelap, sehingga Dara dan Rudi tidak menyadarinya. Bahkan sepanjang jalan, Trian terus memegangi tangan Lina yang ketakutan.
Rasa puas dan bahagia tergambar di wajah mereka berempat. Saking senangnya, tak terasa hari sudah sore. Mereka beristirahat sejenak di tepi pantai sembari menikmati makanan yang telah mereka pesan.
"Euh! Bau apa ini?" tanya Dara sembari mengendus-endus sesuatu.
"Bau apa, sih? Sepertinya tidak ada bau apa-apa," tepis Lina yang juga ikut mengendus-endus aroma di sekitarnya. Ia tak mencium apa-apa selain aroma dari seafood yang dipesannya.
"Benar, ini ada bau seperti kotoran hewan. Sumpah! Ganggu banget!" protes Dara yang memiliki hidung sangat sensitif. Ia memang tipe orang yang tidak segan untuk mengatakan isi hatinya.
"Mungkin ada kucing buang kotoran sembarangan di sekitar sini. Atau mungkin juga bau dari lautnya, soalnya laut di sini memang sangat kotor," ujar Trian.
"Duh! Aku jadi hilang selera makan. Baunya menusuk hidung!" gerutu Dara sembari menutup hidungnya.
"Hoek! Hoek!"Dara sampai mau muntah-muntah saking terganggu baunya.
"Kamu kenapa sih? Apa jangan-jangan kamu sedang hamil, ya?" tanya Lina asal. Sejauh yang ia tahu, orang hamil memang sensitif terhadap bau dan juga gampang merasa mual.
"Kalau aku hamil, mana mungkin aku berani naik wahana ekstrem, Lina. Seharusnya aku sudah keguguran setelah turun dari Perahu Kora-Kora. Ini memang bau banget! Ganggu! Hoek!" tutur Dara.
"Sayang, aku ke toilet sebentar, ya!" pamit Rudi seraya memegangi perutnya.
"Perlu aku temani?" Trian menawarkan diri.
"Ah, tidak usah. Aku titip Lina dulu. Aku sakit perut, tidak bisa ditahan," ucap Rudi seraya berlari menuju toilet.
Lina keheranan dengan sikap suaminya. Menurutnya saat berangkat kondisi Rudi baik-baik saja. Makanan yang mereka makan juga biasa, tidak ada yang pedas.
"Kok baunya hilang? Jangan-jangan Rudi mencret di celana, ya?" celetuk Dara sembari mengendus-endus sekelilingnya.
"Hus!" Trian langsung menutup mulut istrinya. Ingin rasanya ia memasukkan Dara ke dalam karung dan menghanyutkannya ke laut. Bisa-bisanya dia segamblang itu bicara di depan istri Rudi.
Lina terkejut dengan ucapan Dara barusan. Ia tidak berpikir sampai ke sana. Ia yakin suaminya hanya sakit perut biasa. Lagipula, ia juga tidak mencium bau apapun.
"Jangan diambil hati, Lina. Dara memang mulutnya perlu ditutup lakban," ucap Trian yang merasa tidak enak hati terhadap Lina.
Lina tersenyum kikuk. Ucapan Dara memang menohok.
"Lina, maaf, ya. Aku hanya asal tebak. Soalnya tadi waktu ada Rudi bau banget. Tapi pas Rudi pergi baunya hilang," kata Dara.
Tampak raut muka Lina agak kesal. Sejujurnya ia malu suaminya dikatakan seperti itu. Mau kenyataannya demikian, ia harap tidak ada yang berbicara jelek tentang suaminya.
"Mungkin Rudi hanya kentut. Sudahlah, kamu heboh banget perkara bau. Harusnya bersyukur bisa mencium bau artinya hidungmu masih normal!" Trian menjitak pelan kepala Dara. Wanita itu benar-benar merepotkannya.
"Iya, iya ... Aku minta maaf, Lina. Kalau kata-kataku keterlaluan," ucap Dara menyesal.
"Iya, tidak apa-apa, kok. Mungkin juga kamu benar," kata Lina yang masih terlihat kikuk.
Ia jadi bertanya-tanya sebenarnya apa yang terjadi terhadap suaminya? Apa memang Rudi sudah tidak bisa menahan sampai keluar di celana? Lina jadi bingung sendiri.
"Ayo lanjutkan makannya! Sayang sudah kita pesan kalau tidak dimakan," ajak Trian.
Ketiganya kembali menyantap makanan yang mereka pesan. Mereka makan sembari menikmati semilir angin pantai yang sejuk meskipun diiringi aroma amis dari arah laut. Meskipun pantainya agak kotor, tak menyurutkan beberapa orang untuk bermain air dan pasir di sana.
Lima belas menit berlalu. Makanan mereka juga hampir habis. Tapi, Rudi belum juga kembali dari toilet. Lina tampak cemas dan berkali-kali menoleh ke arah toilet. Ia berharap suaminya segera kembali.
"Apa perlu aku susul Rudi? Dia lama sekali belum kembali," kata Trian menawarkan diri.
"Iya. Kenapa Rudi lama sekali? Aku kan masih mau lanjut ke wahana Taman Dinosaurus," keluh Dara.
Trian memberikan tatapan tajam ke arah Dara supaya istrinya itu diam dan tidak bicara sembarangan.
"Tunggu sebentar, aku coba telepon dulu," kata Lina seraya mengambil ponsel dan menghubungi Rudi.
"Halo, Sayang, kamu dimana?" tanya Lina setelah ponsel tersambung.
"Maaf, Sayang. Tiba-tiba aku ada panggilan kerja penting. Sepertinya aku tidak bisa kembali secepatnya. Kamu bareng Trian dan Dara dulu, ya!" sahut Rudi dari sebrang telepon.
Lina terdiam. Suaminya semakin aneh. Sudah lama di toilet, tiba-tiba pergi begitu saja meninggalkan dia.
"Apa kata Rudi, Lin?" tanya Trian. Ia sudah bersiap untuk menyusul Rudi jika memang lelaki itu tersesat atau kesulitan di toilet.
"Rudi ada kerjaan mendadak. Dia bilang tidak bisa balik ke sini lagi," kata Lina.
Trian ikut bingung dan heran. "Terus, kita bagaimana? Apa kita pulang saja sekarang?" tanyanya.
"Aduh, jangan pulang dulu! Aku masih mau main di Taman Dinosaurus!" rengek Dara.
"Dara, kapan-kapan kan bisa. Kasihan Lina sendirian, suaminya ada kerjaan mendadak." Trian mencoba menasihati Dara.
"Sebentar saja, please ...." Dara tetap merajuk.
"Ya sudah, tidak apa-apa. Kalau aku tidak mengganggu, aku ikut kalian," kata Lina.
Dara langsung memeluk Lina karena senang. "Mana ada yang mengganggu? Kita ke sini kan untuk bersenang-senang bersama!" ucapnya.
"Iya, ikut saja, Lina. Setelah ini kuta pulang bersama," ajak Trian.
Akhirnya, mereka bertiga melanjutkan acara jalan-jalan tanpa Rudi. Dara tampak kegirangan menggandeng tangan Lina berjalan menuju wahana yang diinginkannya.
Melihat kelakuan Dara yang seperti itu, Lina jadi berpikir jika Dara punya kepribadian ganda. Terkadang bisa bersikap dan bertingkah dewasa, terkadang bisa bertingkah seperti anak-anak. Wajar saja jika Trian mengatakan seperti mengasuh anak kecil.
Sepanjang jalan, tatapan Trian hanya terfokus pada Lina. Ia suka memandangi wajah manis yang tersenyum itu. Ia kembali mengingat kejadian di rumah hantu sebelumnya. Mereka bergandengan tangan. Trian bahkan memeluk Lina.
Ada rasa rindu akan kebersamaan mereka. Sesaat Trian ingin mengulang masa mudanya kala mereka masih berpacaran. Namun, ia menyadari jika kini Lina telah menjadi istri orang.