Menjalani rumah tangga bahagia adalah mimpi semua pasangan suami istri. Lantas, bagaimana jika ibu mertua dan ipar ikut campur mengatur semuanya? Mampukah Camila dan Arman menghadapi semua tekanan? Atau justru memilih pergi dan membiarkan semua orang mengecam mereka anak dan menantu durhaka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tie tik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gak Waras!
"Siska, ini sudah malam. Sebaiknya sekarang kamu pulang."
Arman terpaksa mengusir muridnya karena merasa tidak nyaman dengan kehadiran Siska di sana. Apalagi, gadis berparas manis itu bertingkah aneh di hadapannya.Tentu keadaan ini tidak disukai oleh Camila. Beberapa kali wanita asal Surabaya itu menatap sinis ke arah Siska yang mencoba mencari perhatian Arman.
"Masih jam setengah sembilan loh, Pak. Ini masih terlalu sore untuk pulang di saat malam minggu begini," elak Siska seraya menatap Arman.
"Kami mau pulang. Kamu mau di sini sendirian?" sahut Camila dengan tegas.
"Pulang, Siska. Tolong hargai saya. Kalau kamu tidak mau pulang, kamu bisa tempat pindah tempat duduk. Itu banyak yang kosong," ujar Arman sambil menunjuk beberapa bangku kosong yang ada di belakang Arman.
"Loh, kenapa begitu, Pak? Kalau pindah saya jadi sendirian, gak ada teman ngobrol dong," sanggah Siska tanpa tahu malu sedikitpun.
"Siska. Saya ini guru kamu. Baik di sekolah ataupun di luar sekolah. Saat ini saya sedang menghabiskan waktu bersama istri saya bukan nongkrong bersama siswa saya. Kamu sudah kelas dua belas dan seharusnya kamu sudah paham mengenai adab dan tata krama," tutur Arman dengan suara lirih.
"Kita pulang aja, Mas. Aku udah ngantuk." Camila mengela napas berat melihat sikap Siska.
"Ya sudah." Arman beranjak dari tempat duduknya. "Kami pulang dulu. Kalau masih mau lanjut silahkan," ucap Arman seraya menatap Siska sekilas.
Gadis berparas manis itu hanya bisa melongo melihat Arman dan Camila beranjak dari tempatnya. Siska terpaksa melepas kepergian guru favoritnya itu. Niat hati ingin dekat dengan Arman, justru Siska mendapat perilaku yang tidak menyenangkan. Ternyata Arman lebih tegas jika berada di luar sekolah.
"Kenapa pak Arman harus punya istri sih," batin Siska saat menatap kepergian guru matematikanya itu. Dia melengos saat melihat Arman memeluk pinggang Camila saat berjalan keluar dari area skywalk.
Sementara itu, Camila mencoba mengatur emosinya. Beberapa kali dia mengela napas berat agar kekesalan dalam diri segera hilang. Ini bukan waktu yang tepat untuk bertengkar dengan Arman hanya karena bocah ingusan yang tidak tahu diri itu. Camila menengadahkan kepala saat melewati samping skywalk. Ternyata Siska masih ada di atas dan sedang mengamatinya.
"Mas, kita duduk di sana dulu ya," ajak Camila sambil menunjuk bangku kosong yang ada di taman alun-alun. "Tapi beli jajan dulu," lanjut Camila.
"Kalau begitu kamu duduk aja di sana, biar aku yang beli jajan. Bagaimana?" usul Arman.
"Boleh. Aku mau telur gulung, pentol bakar sama udang rambutan," ucap Camila sebelum Arman berlalu dari sampingnya. Camila pun bergegas berjalan menuju bangku kosong tersebut.
Camila sempat melirik ke skywalk untuk memastikan keberadaan Siska dan ternyata benar, gadis berparas manis itu masih di sana. Entah apa yang diharapkan oleh gadis belia itu terhadap Arman. Satu hal yang pasti, Camila tidak akan tinggal diam setelah ini.
"Sayang. Kok bengong?" tanya Arman saat menghampiri Camila.
"Enggak kok, Mas," elak Camila seraya menoleh ke samping.
"Memangnya sedang mikirin apa sih?" tanya Arman karena penasaran.
Camila tak segera menjawab pertanyaan itu. Dia lebih memilih untuk menikmati jajanan yang sudah dibeli Arman. Mereka saling melempar senyum dan sesekali Arman menyuapkan makanannya kepada Camila. Mereka berdua terlihat romantis malam itu.
"Mas, bagaimana kalau kita beli mobil bekas?" Tiba-tiba terbesit keinginan itu di pikiran Camila.
"Mobil?" ulang Arman untuk memastikan permintaan istrinya. "Belum cukup tabunganku, Sayang," ucap Arman.
"Aku ada kok tabungan tiga puluh juta. Masa iya masih gak cukup kalau digabungin sama tabungan kamu, Mas?" ujar Camila.
Arman terkejut setelah tahu jika sang istri diam-diam memiliki tabungan sebanyak itu. "Kok bisa punya tabungan sebanyak itu?" tanya Arman tanpa mengalihkan pandangan dari wajah Camila.
"Ya bisa lah. Itu dulu uang sisa uang pesangon dari bank sama uang yang kamu kasih setiap bulan. Belum lagi kadang di transfer ayah. Gimana? Beli mobil gak? Gak perlu deh mobil mewah," Jelas Camila dengan diiringi senyum tipis.
"Nanti deh aku pikirkan dulu. Sabar ya," jawab Arman seraya mengusap bahu Camila beberapa kali.
Pembicaraan itu terus berlanjut hingga mereka beralih membahas masalah lain. Topik pembicaraan tak ada habisnya hingga mereka tidak sadar jika waktu semakin larut. Camila semakin menggeser tubuhnya hingga tidak ada jarak di antara mereka. Lantas, dia menyandarkan kepala di bahu Arman.
"Mas, tapi ya, kalau kita beli mobil terus mbak Sinta iri bagaimana?" Camila teringat kakak ipar yang super duper menyebalkan itu.
"Ya biarkan saja. Memang mau bagaimana lagi? Paling nanti mas Yudi pinjam," jawab Arman tanpa berpikir panjang.
"Boleh gak ya sama ibu kalau kita beli mobil? Soalnya aku takut ibu melarang kita," gumam Camila.
"Nanti aku bicara dulu sama ibu. Pelan-pelan saja. Oke?" Arman menatap Camila penuh arti sambil membelai rambutnya dengan gerakan lembut.
Kemesraan sepasang suami istri itu tidak luput dari pengamatan Siska. Gadis belia itu meradang karena melihat kemesraan Arman dan Camila. Napasnya memburu karena tak bisa menguasai emosi. Siska beranjak dari tempatnya. Dia tidak mau lagi melihat Arman dan Camila.
"Apa perlu aku mengatakan perasaanku kepada pak Arman? Aku sangat tersiksa menyimpan perasaan ini sendiri. Tiga tahun ini aku terobsesi dengan pak Arman tapi sepertinya dia tidak tertarik kepadaku," gumam Siska saat berjalan melewati satu persatu undakan anak tangga.
Entah apa yang ada dalam pikiran Siska saat ini karena pada akhirnya dia nekat menghampiri Arman yang sedang berjalan menuju tempat parkir bersama Camila. Siska semakin mempercepat langkahnya hingga dia sampai di samping motor Arman. Napas gadis berparas manis itu tak beraturan saat berdiri di hadapan Arman.
"Loh kok belum pulang?" tanya Arman sambil melihat arloji di pergelangan tangannya. "Ini sudah jam sepuluh malam loh," lanjut Arman seraya menatap Siska heran.
"Saya sengaja menunggu pak Arman," ucap Siska sambil menatap mata Arman. "Saya ingin menyampaikan sesuatu." Siska mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Ada apa, Sis?" Arman mengernyitkan keningnya.
"Saya ... Saya ... Itu, saya ...." Siska terlihat gugup dan tidak berani melanjutkan ucapannya. Lantas, dia menghela napas berat sebelum melanjutkan ucapannya, "saya suka dengan Bapak. Saya suka dengan Bapak sejak pertama kali saya masuk ke SMA." Akhirnya Siska mengutarakan perasaan yang dia pendam selama ini.
Camila tercengang setelah melihat keberanian Siska. Dia menggeleng beberapa kali karena tidak menyangka jika pernyataan itu keluar dari seorang gadis belia. "Gak waras!" gumam Camila tanpa mengalihkan pandangan dari Siska.
"Siska. Kamu sudah tahu 'kan jika saya ini sudah menikah dan tentunya sangat tidak pantas untuk disukai sebagai seorang pria dewasa. Jadi, mohon maaf, saya tidak bisa menerima perasaan itu. Sebaiknya buang jauh-jauh ketertarikanmu kepada saya. Belajar yang rajin dan fokus sekolah. Kamu nanti pasti mendapatkan pria yang lebih baik dari saya. Silahkan kamu pulang atau kalau kamu tidak berani pulang, mari saya antar bersama istri saya." Arman benar-benar tidak menyangka jika muridnya nekad melakukan hal segila ini.
...🌹TBC🌹...
...Btw, Skywalk itu tempat nongkrong di alun-alun kota Mojokerto ya....
Arman mana tau,,berangkat pagi pulang sore
terimakasih
Anak sekarang benar2 bikin tepok jidat
Lagi musim orang sakit..
Fokus sama usahanya biar makin lancar..
Goprutnya ntar sampai hafal sama Mila 😀😀
Camila harus lebih tegas lagi
Yg g boleh itu jadi pengadu domba
Fokus saja sama keluarga dan usaha biar sukses