Aku Yang Ditinggalkan

"Sepertinya dia mengigau. Kasihan sekali." ujar Rita menatap Rima yang masih dipeluk oleh Nara.

"Kamu kenapa lama sekali baliknya?" Rima malah bertanya.

Tanpa menjawab, Rita memperlihatkan sekantong cemilan di tangannya. Kemudian duduk di samping Rima dan bercerita tantang apa yang dia lakukan tadi.

"Apa itu gak keterlaluan? Maksudku, kenapa harus semua orang tahu kelakuannya?" ujar Rima masih sedikit tidak tega.

"Tidak, dan aku sendiri malah merasa jika ini masih belum cukup mbak." balas Rita.

"Terus bagaimana dengan Nara? Bagaimana jika suatu saat dia merindukan ibunya?" tanya Rima.

"Bahkan menurut aku, dia tidak akan bertanya tentang wanita itu. Mungkin saja dia akan memendam dendam pada ibunya. Umur yang segini, sudah cukup mengingat perbuatan ibunya mbak. Dan kita harus membuat mentalnya kembali sehat." ujar Rita.

Baru saja memasuki gang rumahnya. Sahil langsung di panggil oleh bapak-bapak yang nongkrong di pos ronda. Otomatis, Akmal yang membawa kendaraan sepeda motor langsung menghentikannya.

"Kamu udah tahu keadaan Kinan? Kami semua kebingungan mencari mu." ujar seorang lelaki yang berumur sepantaran Sahil.

"Memangnya dia kenapa?" tanya Sahil penasaran.

"Tuh kan, apa aku bilang. Dia mah gak tahu." celetuk yang lainnya.

"Tadinya dia mencoba bunuh diri. Mungkin karena vidionya yang memukul anak viral." terang lelaki pertama.

"Tadi ada yang bilang jika kamu malah mambawa lari Nara. Mungkin saja karena itu." ujar lainnya.

Sahil pamit undur diri. Dia gak mau mendengar lagi praduga orang-orang itu. Dia langsung menuju rumahnya. Disana masih terlihat darah yang sudah mengering.

"Jadi bagaimana? Apa kita harus kerumah sakit?" tanya Akmal.

"Dia bukan lagi istriku. Jadi, aku gak mau kesana." ucap Sahil mengambil pel untuk membersikan bekas darah itu.

Akmal pun membantu sebisanya. Dan setelah itu baru mereka ke kamar dan mengambil barang-barang yang diperlukan.

Baru saja Sahil siap berkemas. Dua orang wanita menemuinya.

Dan kembali mengabarkan jika Kinan berada di rumah sakit. Dan lebih parahnya, dia mengamuk saat sadar dan terus memanggil nama Sahil.

"Disana, tinggal pak RT dan istrinya. Jadi, kami disuruh mengabarkan pada bang Sahil. Jika bang Sahil udah pulang." ungkapnya.

Sahil mengangguk, beruntung mereka tidak melihat tas-tas yang berada di dalam.

"Jadi bagaimana?" tanya Akmal.

"Kita pulang aja dulu. Nanti biar aku kesana sendirian." ujar Sahil dan Akmal setuju.

Di rumah sakit Kinan disuntik obat penenang oleh suster. Itu pun, karena Kinan sulit dikendalikan. Mereka juga takut, jika Kinan kembali melakukan hal bodoh itu.

Pak RT dan istrinya terlihat lega. Apalagi setelah warga mengabarkan jika mereka sudah bertemu dengan Sahil.

Beberapa jam kemudian Sahil tiba ke sana. Dia juga membawakan berkas-berkas untuk keperluan di rumah sakit. Karena saat dalam perjalanan pulang tadi. Dia kembali di panggil oleh Ibu-ibu untuk membawa berkas tersebut.

"Kebetulan Sahil udah tiba. Jadi, kami berdua izin pamit ya." ujar pak RT menepuk bahu Sahil.

"Oya, apapun yang terjadi. Tolong jangan dulu memarahi dia. Kasihan dia sampai depresi begitu." lanjut istrinya.

"Pak, bu ... Sebenarnya saya udah menalaknya. Jadi, saya tidak ada kewajiban disini." terang Sahil.

Dia gak mau menutupi apapun. Karena lambat laun, semua orang pun akan mengetahuinya.

"Astaghfirullah ... Jangan membesar-besarkan masalah Sahil. Sebaiknya kamu cari tahu dulu, kenapa Kinan sampai memukul Nara. Mungkin karena dia stres. Dan salah satu penyebab stresnya ibu, biasanya dipicu oleh suaminya." bela bu RT.

"Mungkin karena Kinan terlalu cemburu. Padahal, aku udah bercerai dengan istri pertama." jelas Sahil.

Bu RT menutup mulut tidak percaya. Ternyata Rita apa yang Rita katakan adalah kebenaran. Jika Kinan adalah seorang pelakor.

Sahil pun menyuruh RT untuk menghubungi keluarga Kinan aja. Karena abangnya berada diluar kota. Jadi, pak RT menelpon sepupu Kinan yang paling dekat.

Tak lupa, Pak RT juga menceritakan sebagian garis besar kenapa Kinan sampai berada di rumah sakit.

Ana dan Arkan memilih menyembunyikan kejadian Sahil yang sempat mengacau di warungnya pada Kayla. Karena baik Ana ataupun Arkan, tidak mau jika Kayla semakin membenci Sahil.

Saat Arkan makan malam bersama keluarganya sebuah pesan masuk ke ponselnya. Begitu juga dengan Kayla.

Keduanya terkejut melihat video yang Rita kirim. Bahkan, Arkan membatalkan acara makannya, diikuti oleh Kayla yang juga mencuci tangan.

Ana pun tidak kalah terkejut melihat isi video dari ponsel Kayla. Matanya langsung berkaca-kaca menatap kasihan kepada Nara.

"Ternyata dibalik bahagianya dia punya ayah. Anak ini memiliki seorang ibu monster." celetuk Kayla.

Jujur Kayla merasa kasihan pada Nara. Namun, hati kecilnya menepis jika Nara adalah orang yang paling disayang oleh ayahnya. Dan itu berhasil menyulut kembali egonya.

Arkan langsung menelpon Rita menanyakan tentang video itu. Dan dengan senang hati Rita menjelaskannya. Bahkan dia melebih-lebihi ceritanya, berharap jika Arkan dan Kayla memiliki sedikit rasa iba pada adik satu ayahnya itu.

"Bagaimana bu? Apakah kita menjenguknya?" tanya Arkan.

"Jika kalian mau menjenguk, ibu tidak melarang. Tapi yang pasti ibu tidak akan kesana. Apalagi, ayah kalian juga ada disana." ujar Ana. Dia memilih untuk menjauh. Karena gak mau Kinan mengunduh yang tidak-tidak nantinya.

Arkan memang belum tahu tentang Kinan. Karena Rita lupa memberitahunya. Sebab dia lagi fokus pada cerita Nara.

"Kamu mau ikut?" tanya Arkan pada Kayla.

Karena Arkan yang mengajak, Kayla tidak berani menolak. Apalagi, dia sendiri memang sedikit penasaran untuk melihat keadaan Nara.

Akhirnya, Kayla dan Arkan memilih kesana sekarang juga. Dan Ana memilih menjaga counter. Apalagi, mereka hanya pergi barang sebentar aja.

Di perjalanan, tak lupa Arkan membelikan ayam krispi. Karena saat kecil dulu, ayam adalah makanan favoritnya dengan Kayla. Mungkin, Nara juga menyukainya. Begitulah, yang Arkan pikirkan.

Sampai disana, Raksa yang kebetulan ada di teras. Langsung menyambut sepupunya. Tak lupa, menepuk pelan bahu Arkan serta mencubit pipi Kayla dengan gemas.

"Masuk lah, mungkin kalian juga akan merasa kasihan dengannya." ujar Arkan.

Nara, gadis itu sedang memakan cemilan di ruang tengah saat kedua kakaknya tiba. Dia memang sedikit tahu jika kedua orang didepannya adalah kakak satu ayah dengannya. Namun, rasa takut akibat provokasi dari Kinan tertanam di hatinya.

Karena kata ibunya, tidak ada saudara tiri yang baik. Dan jika pun, mereka baik pasti ada niat yang tersembunyi. Contohnya, ingin merebut sosok ayah dari Nara sendiri.

Melihat mereka. Nara langsung memeluk ayah, yang berada di sampingnya.

Dan Kayla memutar mata malas melihat sikap gadis itu. Tidak ada senyum di bibirnya, yang berbanding terbalik dengan Arkan yang langsung memberikan senyum termanisnya.