Apa arti hidup bagi Ashkar...
Sepanjang perjalanan di kehidupan ini, tidak ada hal baik terjadi...
Seakan dunia tidak pernah menerima dirinya...
Keadilan tidak pernah datang untuk menyelamatkan...
Dan orang-orang hanya menganggap bahwa hidupnya adalah kesalahan...
Memang apa yang salah dengan hidup sebagai seorang pengangguran...
Hingga kematian datang dan iblis memberi penawaran...
"Bantu kami mengalahkan para pahlawan...."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shina Yuzuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Overprotektif
Setelah Tuan Haza pergi, kini hanya ada Rug dan Ashkar disana.
Rug sangat mengagumi sosok Haza dan Ashkar yang hanya beberapa saat menemani sebagai pendengar curhat pun tahu alasannya.
Haza memiliki karisma sebagai pemimpin, meski pun kalah soal bakat, tapi atas kerja keras yang dia lakukan, membuat setiap iblis di sekitarnya memberikan rasa hormat.
"Dulu, ketika aku masih berlatih sebagai iblis pemburu, ada satu kejadian dimana kelompok ku dihadapkan pada situasi hidup dan mati melawan belasan binatang buas. Tuan Haza berdiri di depan, melindungi kami semua agar bisa menyelamatkan diri, jika saat itu tidak ada tuan Haza, tidak ada kepastian untuk ku kembali dengan selamat." Ungkap Rug tentang kisah masa lalunya.
"Ya itu sangat keren." Ashkar hanya sekedar menghormati bagaimana Rug bercerita dengan penuh rasa bangga.
"Tidak hanya keren, tuan Haza begitu luar biasa." Lanjut Rug memberi pujian.
Sekali lagi, Ashkar harus menjadi pendengar yang baik.
Ashkar tidak mempermasalahkan kekaguman Rug terhadap Haza, hanya saja, dia bukan iblis yang begitu antusias mendengar kisah heroik tentang iblis lain, terlebih dia adalah pejantan.
Merasa sudah cukup untuk mendengar banyak cerita selama dua narasumber, Ashkar pun memiliki janji lain dan itu menjadi alasan agar untuknya pergi.
"Tuan Rug, apa bisa kita lanjutkan cerita ini besok, atau lusa, aku harus melakukan hal lain ..."
"Baiklah, padahal apa yang ingin aku ceritakan baru selesai di prolog nya saja."
Jika itu diselesaikan, sampai besok pun tidak akan tamat.
Ashkar tidak bisa mengutarakan keluhannya kepada Rug.
"Aku akan pergi." Ashkar berpamitan.
Tapi belum sempat dia melangkah, Rug kembali memanggil..."Tunggu Ash."
"Apa ada hal lain yang perlu diceritakan ?." Sedikit kesal tapi Ashkar tetap menyembunyikannya dengan tersenyum.
"Bagaimana hubungan mu dengan Ron dan Reu, apa semua baik-baik saja ?."
"Jika anda tanya seperti itu, aku hanya berpikir kalau antara kami bertiga sudah cukup akrab dan tidak ada masalah sama sekali." Balas Ashkar.
"Begitu kah ?, Dan juga, Aku dengar dari Reu, kalau kau dan Ron terluka parah saat terlibat dalam penyerangan An Jing hutan." Tanya Rug.
"Itu memang benar." Jawab Ashkar.
Berita itu memang menjadi topik pembicaraan hangat di desa Ers han dan nama Ron juga muncul pada peristiwa yang terjadi.
Sebagaimana mestinya ikatan persaudaraan antara mereka, Rug tentu tidak nyaman atas kejadian yang membuat Adiknya terluka, tapi dibalik rasa khawatir itu, dia pun menyembunyikan alasan lain.
"Apa tuan Rug khawatir dengan pekerjaan Ron ?."
"Sedikit, tapi aku pikir itu bukan sesuatu yang membuatku khawatir." Jawab Rug ragu-ragu.
"Tentu anda tahu, kalau pekerjaan sebagai penebang pohon di sana cukup berbahaya, terlebih, binatang buas tidak memiliki hari libur."
"Tapi aku tidak bisa mencampuri kehidupan Ron, dia sudah memikirkan masa depannya, jika aku terlalu banyak mengatur, ketika aku mati, dia akan merasa kehilangan." Ucap Rug beralasan.
Hanya saja, Ashkar tidak setuju atas ungkapan Rug..."Apa salahnya ?, bahkan selagi tuan Rug masih hidup, itu adalah waktu berharga dalam keluarga, karena tidak ada yang tahu kapan kematian datang."
Aku merasa sedih mengetahui prinsip kehidupan iblis yang Dia jalani.
Jika manusia lain menginginkan siapa pun untuk tidak bersedih di hari kematian mereka, itu karena dalam hidup yang sudah dia jalani penuh dengan kisah-kisah membahagiakan, sehingga tidak ingin orang lain merasa sedih.
Namun, ketika kematian Ashkar datang, dia yang hidup bukan sebagai siapa-siapa dan tidak pula sebagai orang terkenal, maka tidak akan ada orang asing mau menangis untuk kematiannya. Bagi Ashkar itu sangatlah menyakitkan.
Kesedihan itu sendiri adalah bukti bahwa dirinya telah mendapat peran penting dalam hidup mereka, meskipun waktu akan menghapus kesedihan di masa depan, tapi ada sedikit kebahagiaan jika dirinya bisa menjadi kenangan.
Tidak lama berselang, sapaan dari sosok lain pun datang.
"Ashkar kenapa kau masih disini, bukankah kita bertemu di tempat lain."
Ashkar pun menoleh ke arah suara yang terdengar ramah dan berjalan mendekat ke tempatnya sekarang...."Ah Reu..."
Sejenak Reu berhenti, dia baru menyadari bahwa ada sosok iblis lain sedang berbicara dengan Ashkar... "Kakak Rug."
Karena cahaya api unggun yang memantulkan bayangan pohon di sekitar Ashkar, wujud Rug dengan kulit kuning kecoklatan seakan menjadi kamuflase sempurna dalam persembunyian.
Rug mendengar ucapan Reu tampak bingung, namun dibalik kebingungan tersebut ada kejutan lain setelah memahami makna 'Bertemu' dan 'Di tempat lain'.
"Ash, kau memang memberitahu ku, kalau kalian sudah cukup akrab, tapi aku tidak mendengar kalau keakraban kalian berdua sampai berniat pergi keluar malam-malam begini, berduaan pula."
Tangan Rug mencengkram kepala Ashkar, senyum yang biasanya ramah untuk berbicara, kini lebih seperti mengancam dan ada pula niat lain tersembunyi dibaliknya.
"Tidak, ini bukan seperti yang Tuan Rug pikiran, kami berdua memiliki alasan untuk keluar malam." Ashkar khawatir jika Rug salah paham atas kondisi mereka.
"Jangan berpikir kalau aku tidak tahu, semua iblis jantan sang*ean selalu banyak alasan ini dan itu. Di otak mereka hanya ingin berkembang biak, meski pun dalam semak-semak ..." Rug mulai bicara hal yang memang menjadi fakta dalam kehidupan para iblis.
Kau juga termasuk dalam hitungan...
Lanjut Rug memberi komentar... "Tapi Reu masih terlalu muda untuk kau ajak berkembang biak. Dia bahkan belum cukup umur sebagai Iblis betina...."
Aku tidak berpikir sampai sejauh itu, setidaknya untuk sekarang, dan juga kau terlalu banyak mengatakan 'berkembang biak'. Itu terdengar seperti aku sama dengan iblis sang*ean disana.
"Kakak tunggu dulu, kami tidak berpikir melakukan hal itu." Reu coba menghentikan perkataan Rug yang semakin rumit.
"Lalu apa alasannya kalian pergi berdua." Mata Rug menatap tajam.
Ashkar yang tergolong sebagai iblis dengan tubuh kuat pun tidak bisa menahan guncangan tangan Rug.
"Ash, meminta ku untuk mengajarkan tentang ilmu sihir."
"Apa itu benar ?." Pertanyaan Rug mengintimidasi.
Ashkar pun mengangguk cepat..."Tuan Rug tidak salah mendengarnya."
"Lalu kemana kalian akan pergi."
"Sungai." Begitu santai Reu menjawabnya.
"Mencurigakan, bisa saja kau terbawa suasana ketika melihat tubuh Reu yang basah dan mulai membayangkan hal lain, setelah itu kau mungkin...." Rug memikirkan hal yang jelas tidak sederhana.
Mendengar kalimat selanjutnya, Ashkar tidak tahu lagi harus menjawab apa.
Ah... Dia terlalu berlebihan.
"Aku tidak sampai berpikiran seperti itu dan juga kami hanya berlatih. Benarkan Reu." Balas Ashkar untuk menyelamatkan diri.
Menoleh ke arah Reu, dia sejenak terdiam dan sedikit bingung.
Ashkar khawatir dengan sikap Reu ketika akan menjawab.
"Benarkah ?, Aku pikir selagi kita di sungai, aku juga berniat untuk mandi."
"Kau berada di waktu yang salah untuk mandi, nona Reu." Pasrah Ashkar memberi tanggapan.
Mata Rug semakin menyakitkan bagi Ashkar dan dia tidak berani membalas.
"Jika kau hanya ingin berlatih, sebaiknya datang ke rumah ku saja." Ucap Rug tegas.
Ashkar pasrah saja...."Kalau itu bisa memperbaiki kesalahpahaman ini. Aku tidak keberatan."
"Bagus... Reu, sekarang kita ke rumah." Rug menyeret Ashkar agar tidak pergi.
"Baiklah." Reu pun mengikuti dari belakang.
Aku tidak tahu kalau dia sangat overprotektif dengan adik perempuannya.
oiya kapan2 mampir di ceritaku ya..."Psikiater,psikopat dan Pengkhianatan" makasih...