Sandra, gadis yang hidup sengsara di keluarga kaya Hartawan. Sejak kecil, ia diperlakukan kejam oleh orang tuanya, yang sering memukul, menyalahkannya, dan bahkan menjualnya kepada pria-pria tua demi uang agar memenuhi ambisi keuangan orang tuanya. Tanpa Sandra ketahui, ia bukan anak kandung keluarga Hartawan, melainkan hasil pertukaran bayi dengan bayi laki-laki mereka
Langit, yang dibesarkan dalam keluarga sederhana, bertemu Sandra tanpa mengetahui hubungan darah mereka. Ketika ia menyelidiki alasan perlakuan buruk keluarga Hartawan terhadap Sandra, ia menemukan kenyataan pahit tentang identitasnya. Kini, Langit harus memilih antara mengungkapkan kebenaran atau tetap bersama Sandra untuk melindunginya. Sementara Sandra, cinta pertamanya ternyata terikat oleh takdir yang rumit bersamanya.
#foreducation
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Littlesister, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemenangan Sandra
"Aku mau belajar bela diri sama kamu, aku gak bisa mengandalkan kamu terus untuk melindungi aku" pinta Sandra.
"Bela diri? Aku bisa kok selalu kamu andalkan dalam hal apapun" ucap Langit.
“Iya, tapi aku gak mau ngerepotin kamu terus” jelas Sandra.
"Aku suka kok direpotin kamu terus" canda Langit.
"Ih, kamu. Aku serius" Sandra berspekulasi karena Langit terus saja menyepelekan hal ini.
"Oke, yang pertama ini adalah hal yang penting, Sandra. Kamu harus tahu bagaimana caranya melindungi diri kalau ada yang berani mengganggu kamu lagi." Langit mulai serius.
"Tapi... aku tidak pernah belajar bela diri sebelumnya. Aku tidak yakin bisa." ragu Sandra.
"Nggak perlu langsung jago. Kita mulai dari yang dasar dulu. Ayo, coba berdiri." Langit menyemangati Sandra.
Sandra berdiri dengan perlahan, mengikuti Langit. Langit berdiri di depannya, menunjukkan posisi kuda-kuda sederhana.
"Langkah pertama, kamu harus tahu cara berdiri yang benar. Kuda-kuda ini penting supaya kamu tetap seimbang. Coba ikuti gerakan aku." suruh Langit.
“Kayaknya aku kelihatannya konyol, ya?” tanya Sandra sambil mengikuti gerakan sesuai Arah Langit.
"Nggak kok. Kamu sudah bagus untuk pemula. Sekarang, coba tambahkan gerakan pukulan sederhana." jawab Langit.
Selanjutnya, Langit menampilkan gerakan pukulan lurus dengan kedua tangan. Sandra mengikuti dengan ragu-ragu.
"Bagus! Tapi jangan ragu-ragu. Kalau kamu ragu, pukulan kamu tidak akan kena sasaran. Coba lagi, tapi kali ini lebih kuat." ucap Langit.
"Baik, aku coba lagi." Sandra mencoba untuk kesekian selamanya.
"Itu dia! Sekarang, bayangkan ada orang jahat di depan kamu. Kalau dia mau menyerang, kamu tahu harus bagaimana?" tanya Langit.
“Pukul dia?” jawab Sandra ragu.
"Ya, tapi bukan hanya memukul. Kamu juga harus tahu titik lemah lawan. Misalnya, perut, dagu, atau lutut. Itu tempat paling efektif kalau kamu mau ngelawan." Langit mulai memberikan Arah lainnya.
"Oke, aku ngerti. Tapi kalau dia lebih besar atau lebih kuat dari aku?" tanya Langit.
"Kalau itu terjadi, fokus buat kabur. Bela diri itu bukan soal menang, tapi soal selamat. Kalau ada kesempatan lari, ambil kesempatan itu." tutur Langit.
Sandra mengangguk, mulai merasa lebih percaya diri. Langit kemudian menunjukkan gerakan memblokir serangan dengan lengan.
"Terakhir, kalau ada yang mau mukul kamu, kamu harus tahu cara menangkisnya. Gunakan lengan kamu untuk blokir serangan. Kayak gini." Langit mengajarkan Sandra dengan cermat.
Langit memperagakan gerakan memblokir, lalu meminta Sandra mencobanya.
"Begini?" Sandra mencoba dengan hati-hati.
"Iya, bagus. Kalau kamu udah bisa gerakan dasar ini, kamu akan lebih siap buat melawan siapa pun yang mau ganggu kamu." jelas Langit.
Sandra tersenyum kecil, merasa ada harapan baru dalam dirinya.
"Langit, terima kasih. Aku nggak pernah nyangka kamu bakal ngajarin hal kayak gini ke aku." Sandra terlalu bersemangat saat berterima kasih, hingga ia tak sadar memeluk Langit.
"Eh, maaf" canggung Sandra
"Aku cuma mau kamu nggak takut lagi, Sandra. Aku mungkin nggak selalu ada buat lindungin kamu, tapi aku mau kamu tahu bahwa kamu bisa lindungin diri sendiri." ucap Langit, masih mencoba menetralkan detak jantungnya yang cepat karena dipeluk Sandra tadi.
Setelah satu minggu penuh Sandra mempelajari beberapa teknik bela diri dari Langit, ia nampaknya jadi sesorang yang lebih percaya diri dan tidak kenal takut.
Lapangan kampus sore hari. Damar dan teman-temannya sedang nongkrong di bangku taman, tertawa-tawa sambil membahas postingan mereka tentang Sandra. Beberapa mahasiswa di sekitar mereka mulai memperhatikan dengan tatapan penasaran. Tiba-tiba, Sandra muncul dengan langkah cepat. Wajahnya tegas, tidak ada lagi ketakutan seperti sebelumnya.
"Lihat aja tuh, sekarang si penjaga kantin jadi selebriti kampus. Semua orang ngomongin dia. Kasihan banget si Langit" ledek Damar.
Sandra berhenti di depan mereka, menatap tajam ke arah Damar. Suaranya dingin dan tegas.
"Damar! Gue mau ngomong sama lo." seru Sandra.
"Oh, Mbak penjaga kantin! Akhirnya lo punya nyali buat datang ke sini. Mau apa? Minta gue hapus postingan itu?" Damar menoleh dengan ekspresi terkejut, lalu menyeringai sinis.
"Bukan itu masalahnya. Gue mau tahu, kenapa lo nggak menepati janji? Lo bilang lo nggak bakal sebar fakta itu kalau gue nurutin syarat lo!" jelas Sandra.
"Janji? Lo masih percaya sama janji gue? Gue cuma bilang itu biar lo tenang aja. Lo pikir gue beneran bakal diem? Ini lebih seru, Anisa. Semua orang sekarang tahu siapa lo sebenarnya." cibir Damar.
"Lo pikir gue bakal diem terus-terusan, Damar? Gue udah cukup bersabar sama kelakuan lo." terang Sandra.
Damar berdiri, mencoba menunjukkan dominasinya. Namun, Sandra tidak mundur, bahkan melangkah lebih dekat.
"Jadi lo mau apa? Mau nangis lagi? Mau minta tolong ke Langit? Sayangnya, kali ini nggak ada yang bisa nolong lo." tantang Langit.
"Lo salah, Damar. Gue nggak butuh siapa pun buat nolong gue." tegas Sandra.
Tiba-tiba, Sandra mengarahkan pukulan lurus ke wajah Damar. Pukulan itu telak mengenai pipinya, membuat Damar terhuyung ke belakang dengan ekspresi terkejut. Kerumunan mahasiswa yang melihat kejadian itu mulai berteriak kaget.
"Hei! Lo nggak bisa seenaknya, cewek!" teriak Dimas.
Dimas, teman Damar maju mencoba menyerang Sandra, tapi Sandra dengan sigap menangkis pukulannya seperti yang diajarkan Langit. Dia melayangkan tendangan ke lutut teman Damar, membuatnya jatuh terduduk.
"Kalian pikir gue akan diam terus? Gue udah cukup sabar sama kalian!" bentak Sandra.
Teman Damar lainnya maju, mencoba memegang Sandra dari belakang. Namun, Sandra dengan cekatan memutar tubuhnya dan menggunakan sikutnya untuk memukul dada pria itu. Pria itu mundur sambil mengaduh, sementara Damar bangkit dengan wajah merah.
"Lo bakal nyesel, Anisa!" serang Damar.
Sandra menghindar dengan mudah dan memberikan tendangan ke perut Damar, membuatnya terjatuh di hadapan kerumunan. Mahasiswa di sekitar mulai bersorak melihat Arman dan teman-temannya dipermalukan.
"Wah, gila! Dia bisa ngelawan Damar dan gengnya!" kagum seorang Mahasiswa.
"Damar tumbang! Ini pertama kalinya gue lihat dia kalah, sama perempuan pula!" sahut Mahasiswa lainnya
Sandra berdiri dengan napas sedikit terengah, menatap Damar yang terbaring lemah di tanah. Wajahnya penuh dengan rasa malu di hadapan semua orang.
"Dengerin gue baik-baik, Damar. Gue bukan cewek lemah yang bisa lo permainkan. Kalau lo coba ganggu gue lagi, gue nggak akan segan-segan buat ngulangin ini di depan semua orang!" tegas Sandra.
Damar hanya bisa menunduk, tidak bisa menjawab. Teman-temannya membantunya berdiri, tapi mereka juga tidak berani melawan lagi. Sandra menatap kerumunan, lalu pergi dengan langkah tegas. Suasana penuh dengan sorakan dan tepuk tangan.
Setelah kejadian itu, Sandra duduk di taman kampus dengan napas yang masih sedikit tersengal. Langit mendatanginya dengan wajah terkejut setelah mendengar kabar bahwa Sandra baru saja mengalahkan Damae dan gengnya.
"Sandra, aku dengar kamu habis ngelawan Damar. Kamu nggak apa-apa?" Langit mengkhawatirkan keadaan Sandra.
"Aku nggak apa-apa. Ternyata latihan kamu selama ini nggak sia-sia." bangga Sandra.
"Tapi kenapa kamu nggak bilang ke aku kalau kamu mau ngelawan dia? Kamu tahu aku bakal bantu kamu." tanya Langit menawarkan diri.
"Aku nggak mau terus-terusan bergantung sama kamu, Langit. Aku harus belajar buat melindungi diri sendiri. Dan aku tahu, ini cara aku buat ngakhirin semua permainan dia." tolak Sandra.
"Kamu lebih kuat dari yang aku pikir, Sandra. Tapi kalau ada apa-apa, aku selalu ada buat kamu. Jangan lupa itu." bangga Langit.
Sandra tersenyum tipis, merasa lega bahwa untuk pertama kalinya ia bisa melawan balik dan membuktikan bahwa dirinya tidak lagi lemah.
Kemenangan Sandra melawan Damar di hadapan banyak orang menjadi titik balik dalam hidupnya. Ia tidak hanya membela harga dirinya, tetapi juga menunjukkan kepada semua orang bahwa ia tidak bisa diremehkan. Setelah kejadian itu, Damar dan teman-temannya tidak pernah mengganggu Sandra lagi.