Cerita cinta Aira yang berujung balas dendam, menjadi saksi bisu untuk dirinya. Kematian sang ibunda, bukanlah hal yang mudah dilalui gadis desa itu.
Ia disered paksa diperjual belikan oleh sang ayah, untuk menikah dengan seorang CEO bernama Edric. Lelaki lumpuh yang hanya mengandalkan kursi roda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 Bertemu Ellad Cedric
Sudah sampai di rumah sang CEO.
Aira ingin segera cepat keluar dari dalam mobil. Ia tak kuat menahan isi perut yang seakan tertahan di kerongkongannya. Pintu terbuka, benar saja semua keluar tanpa terkendali mengenai jas hitam lelaki berbadan kekar dihadapannya.
Gadis berbola mata bulat mengira lelaki itu akan marah padanya, tapi buktinya hanya wajah dan senyuman manis ia gambarkan di depan Aira.
"Nona, mabok. "
"Apa katanya tadi, nona? Gadis kampung seperti aku dia bilang nona. Bravo apa aku seperti putri di cerita dongeng yang diculik dan menjadi tragis pada akhinya atau bisa jadi bahagia? " gerutu hati Aira, dengan menginjakan kaki kanan pada atas keramik bercahaya yang baru saja ia lihat.
Luar biasa apa yang Aira lihat dengan kedua bola mata hitamnya, menginjak kan kaki pun bukan ke atas tanah melainkan langsung pada desain keramik elegan.
Pelayan datang beriringan menyambut kedatangan Aira, mereka memperlakukannya seperti putri dari kerjaan. Gadis berbulu mata lentik merasa terheran, ia seakan bangun dari mimpi buruknya.
"Tunggu. "
Aira sempat berhenti saat para pelayan beriringan dengan tertib mengantarkannya menuju rumah sang CEO, "Ada apa, Nona? "
Pertanyaan sang pelayan, membuat Aira menggelangkan kepala, dengan mulut terbuka lebar. Seperti yang ia lihat saat ini, itu bukan rumah orang kaya, melainkan istana.
"Ayo, Nona. Tunggu apa lagi, kita akan menghadapi tuan. "
Merapatkan bibir yang saat itu mengagah, Aira hanya menjawab "Mm."
Ceklek ....
Pintu lebar dengan ukuran yang diameter yang tak bisa terhitung oleh otak Aira, membuat gadis itu semakin terkejut, "Apakah ini istana."
Langkah kaki mulai melangkah menginjak, menuju teras rumah yang berbeda desain dari awal Aira datang, keramik desain dalam rumah lebih terlihat berkilau, membuat rumah mewah dengan atap tinggi memperlihatkan kecantikan yang luar biasa saat di pandang oleh mata secara langsung.
Biasanya Aira hanya melihat rumah mewah dalam sosial media, dan sinetron tv saja. Tapi sekarang, waw. Terkejutnya gadis kampung itu, melihat kemewahan luar biasa di depan matanya.
Sosok bertubuh tegap, dengan dada bidang yang terlihat kekar datang menghampiri Aira, dimana para pelayan di belakang Aira menundukkan wajah memberi hormat pada sang tuan rumah berambut putih itu.
"Jadi ini gadis desa yang diinginkan Edric. "
Aira menatap tajam ke arah lelaki berambut putih, yang diperkirakan berumur lima puluh satu tahu, dimana lelaki itu tetap saja terlihat perkasa dan gagah, tidak ada tanda tanda dia terlihat tua, hanya ada ciri khas yang membuat Aira menebak dengan rambut putih penuh pada kepalanya.
Lelaki tua bernama Ellad Cedric adalah seorang pengusaha turunan Amerika yang mengulati usahanya di bidang bisnis, ia sukses mejadi CEO dengan penghasilan fantastik, begitupun dengan Edric Jeffod lelaki lumpuh yang ternyata menuruni kepintaran sang ayah dari kecil hingga dewasa.
Edric berhasil menjadi seorang pengusaha ternama di Indonesia. Beberapa perusahan ia miliki sepenuhnya. Kekayaan yang ia miliki hampir tak terhitung jumlahnya.
Hanya saja dari kelumpuhanya, Edric jarang terekpos sosial media, dia hanya menutupi jati dirinya dari orang-orang. Hanya namanya saja menjadi terkenal dikalangan ternama dan dia juga di juluki sebagai CEO di usianya yang masih terbilang muda. Dua puluh delapan tahun. Usia yang membuat para lelaki remaja menghabisakan waktu bersenang senang, tapi tidak dengan Edric ia memanfaatkan kelumpuhannya dengan mengasah kemampuannya dibidang bisnis.
"Gadis yang polos, " ucap sembari tertawa sinis, itulah yang kini dilakukan Ellad. Di hadapan Aira.
Sedangkan Aira berusaha tak terpancing dengan wajah jutek sang pemilik rumah bergelar CEO itu, ia tak mau membuat suatu pedebatan karena melihat wajah Ellad yang menyebalkan.
Lelaki berambut putih dengan jas berwarna biru dongker itu mendekat ke arah Gadis yang menginjakkan kaki di rumahnya, " siapa nama kamu?"
Gadis berbulu mata letik, memperlihatkan kesopanan dengan menundukkan pandangan dan menjulurkan tangan kanan untuk memperkenalkan diri. Walau Aira gadis kampung, ia selalu di didik Siti agar selalu sopan dan menghargai orang yang lebih tua darinya.
Ellad, hanya menatap sekilas pada tangan Aira yang terlihat berdebu, ia enggan bersalaman dengan gadis kampung. Tak mendapakan respon baik, pada akhirnya Aira memposisikan kembali tangannya agar berdiri tegap dan menunduk pandangan. " Nama saya Aira. Tuan."
Lelaki tua itu mengusap jenggotnya yang kasar, melihat dari ujung kaki hingga ke ujung kepala, melihat penampilan norak Aira.
Ellad berjalan memutar tubuhnya, melihat setiap inci tubuh gadis bebola mata hitam itu.
"Kenapa? Anda melihat saya sampai sebegitunya. " Aira dengan lancangnya bicara di depan Ellad, membuat pelayan berusaha menasehatinya dengan memberikan kode menempelkan telunjuk tangan pada bibir.
"Sebagai seorang ayah, saya selalu mengutamakan kebersihan, takut jika kamu punya penyakit kulit yang menular, seperti, panu, kurap, dan kutu air. Makanya saya pastikan kamu ini bersih. "
Perkataan Ellad membuat Aira muak, sampai sedetai itu. " umur kamu berapa tahun? "
Aira yang menjadi korban penjualan oleh bapaknya, kini menjawab dengan nada cetus. " delapan belas tahu, 0m."
"Tadi kamu manggil saya apa? " Ellad lelaki bule itu tercengang kaget dikala dirinya dipanggil Om dengan anak berumur delapan belas tahu itu.
"Om!" jawab Aira, sekilas matanya melihat ka arah Ellad. Terlihat bibir tebal lelaki bule dengan gigi rapinya mengatakan sesuatu yang tak dipahami Aira.
"Call me dad okay, because soon you will be my son-in-law."
"Maaf om, saya tak mengerti bahasa anda. Karena saya hanya lulusan sederajat jadi berbahas indonesia yang baik saja. "
Kedua mata Ellad membulat melihat kepolosan gadis manis di depannya, ia begitu sopan menjawab perkataan lelaki berambut putih itu.
"Oke, kalau begitu."
Saat Ellad mulai menjelaskan apa yang ia katakan barusan, suara panggilan dari sang istri terdengar nyaring." Papih. "
"Iya mom."
Wanita dengan body seperti gitar sepanyol itu, datang menghampiri Ellad, rambut panjang terurai rapi bersih dan wangi, membuat Aira yang melihatnya kagum. Wanita itu berjalan seperti model, ia mencium pipi lelaki berambut putih di hadapanya.
Terlihat sekali dia tidak seperti ibu ibu pada umumnya, wanita yang mencium pipi Ellad mesra, terlihat tubuhnya begitu masih muda dan segar bugar.
"Papih, momi cariin. "
Kedua matanya yang indah dengan bola mata coklat, kini menatap ke arah Aira dimana gadis berbulu mata lentik menundukkan pandangan.
"Papih, siapa dia? " Terdengar suara manja lita dari bibir tipis wanita pemilik bola mata coklat, membuat Ellad membalas. " Dia itu Aira, gadis yang akan menikah dengan Edric. Apa kamu lupa sayang, Edrickan meminta pada Papih mencari sosok gadis desa yang mau dengannya. "
"Ups, aku lupa sayang."
Terlihat Aira menyipitkan matanya, ia masih tak mengerti apa yang akan dilakukan lelaki bernama Ellad itu kepada dirinya.
crrita carlos ma welly terus