Matilda seorang bad girl di sekolah barunya, dia harus menelan kenyataan pahit tentang fakta perceraian kedua orang tua nya.
Sampai dia mengenal bad boy yang di kenal kejam di sekolah barunya, sialnya orang itu justru yang memberi fakta perceraian kedua orang tua nya.
Sempat berlika-liku untuk mencari tahu faktanya, sampai akhirnya Matilda mengetahui sifat asli ayahnya seperti apa.
Ya, ayah nya sendiri yang membuat hubungan orang tuanya hancur.
Seiring waktu berjalan, mereka akhirnya saling cinta dan bersatu untuk menumpas ketidakadilan yang di lakukan oleh ayah nya Matilda.
Bagaimana kisah percintaan mereka? apa ada orang ketiga di antara mereka? bisakah mereka bersama menegak keadilan? dan bagaimana caranya? ikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16.
Matilda terpaksa duduk di samping Apit, karena paksaan nya yang membuatnya sedikit mengganggu ketenangan.
Jam pelajaran kebetulan sedang kosong, murid di beri tugas oleh guru piket, karena guru yang mengajar kebetulan sedang cuti kehamilan nya.
Membuat semua murid di kelas menjadi girang tak karuan, seketika kelas itu sudah menjadi pasar. Membuat guru yang mengajar di kelas samping menegur nya.
Mendadak semua murid dikelas terdiam, tapi tidak untuk kedua orang ini yang sedang mengobrol kan sesuatu.
"Til kenapa lu kejam banget sama Sindi tadi pagi?" Tanya Apit.
"Peduli apa lu sama dia?" Jawab Matilda.
"Enggak, cuma apa ya. Kalau gue liat Sindi yang sekarang tuh kaya lagi ketakutan gitu"
"Hem — kalau lu gak tau apa-apa mendingan diem deh" Elak Matilda.
Apit menghening, kemudian dia mengalihkan pembicaraan. "Oh iya lu ada waktu luang gak?" Katanya.
"Waktu luang? Buat kapan?" Tanya Matilda.
"Minggu" Jawab Apit
"Minggu?, Sorry, full sibuk" Kata matilda.
"Usahain dikit lah, gue mau ajak lu main" Jawab Apit
"Gak, gue mau pergi sama papah gue" Kata Matilda terus mengelak.
"Yaudah gue ikut" Jawab Apit kembali
"Dih, lu maksa banget sih" Kata Matilda mulai risih.
Frisca datang di tengah-tengah obrolan nya mereka, langsung menanyakan sesuatu yang membuatnya penasaran.
"Emang lu mau bawa Matilda kemana Pit?" Kata Frisca
Apit menoleh ke arah Frisca "Jalan-jalan nonton bioskop" Jawabnya.
Tak disangka Frisca memprotes tentang paksaan nya Apit ke Matilda "Itu Matilda enggak mau diajak lu, jangan buat risih coba, kasihan Matilda" Keluhnya
"Gausah ikut campur lu" Ketus Apit
Matilda berdecak, mentukas obrolan mereka "Lu kalau ngomong ke cewek gada lembut-lembut nya sama sekali"
Matilda berdiri lalu berjalan ke luar kelas.
"Mau kemana?" Kata apit menahan
"Cari angin" Jawab Matilda ketus.
Frisca menghampiri "Gue ikut, gue yang temenin"
"NO" Langsung dijawab Apit.
Tiba-tiba Niko melempar gulungan kertas ke arah Apit, Apit terhentak, saat Apit menoleh ke Niko, dia bersiul menatap jendela dengan wajah tak berdosa.
Apit menghampiri sambil melabrak "Woy jamet lu kenapa lempar-lempar kertas ke gue!"
"Lu ga liat mereka berdua risih sama lu?" Jawab Niko lalu menoleh ke arah pintu kelas.
"Eh — kok ilang mereka"
Apit melihat pintu kelas, dia langsung menyusul kemana perginya dia gadis itu.
Alih-alih Niko membantu mereka untuk kabur dari hadapan Apit, usahanya berhasil yang membuatnya terkekeh saat melihat kedua gadis itu bersembunyi di balik pintu kelas.
"Aman" Teriak Niko yang membuat gadis itu keluar.
"Thanks" Jawab Matilda.
Acungan jempol dari Niko mengarah kepadanya, lalu mereka pergi ke atap rooftop, sialnya saat setengah perjalanan ada Regan yang tengah men-dribble bola basket.
Kebetulan itu jam olahraga nya Regan saat itu, membuat Frisca berhenti melangkah untuk menatap pemuda tinggi berparas tampan itu.
"Frisca ayolah" Keluh Matilda.
"Nanti dulu, gue mau liat cowok itu, keren banget" Jawab Frisca.
Matilda menghela nafas panjang-panjang, rasanya ingin sekali meninggalkan nya, tapi ga mungkin kalau Frisca ditinggal sendirian kaya anak hilang nantinya.
Frisca terus menghayati setiap gerakan Regan. Matilda mulai jenuh, dia memilih ikut duduk disamping Frisca, sampai akhirnya bola nyasar itu tiba-tiba menghantam wajah Matilda.
"AW"
Frisca terhentak panik, langsung memegang kedua pundak nya.
"Matilda lu gapapa" Kata Frisca.
Regan ikut menghampiri karena panik, karena dialah yang melempar bola nyasar itu karena terkena tiang keranjang, membuat bola itu berbelok arah memantul ke arahnya.
"Sorry" Kata Regan.
"Iya gapapa kok" Jawab Matilda sambil mengelus wajah nya yang sakit.
"Apa ada yang luka?" Kata Regan
"Engga ada, gue gapapa beneran" Jawab Matilda
Apit yang sedang sibuk mencari keberadaan Matilda, akhirnya dia menemukan nya, tepat di depan matanya. Regan ternyata menyentuh pundak gadis itu sambil terus meminta maaf karena merasa bersalah banget.
"Maksut nya apa ya ini" Labrak Apit melepas sentuhan tangan Regan.
"Jangan sentuh pacar gue" Sambungnya berbicara.
Regan menyipitkan kedua matanya, dia langsung mengambil bola basket untuk melanjutkan permainan basket nya.
Matilda mulai kesal dengan Apit "Maksut lu apa ya, bilang-bilang pacar?" Protesnya.
Apit melihat Matilda dengan kening mengerut seperti nenek tua "Wajah lu kenapa? kok abu?" katanya.
Sedikit meringis perih, dia tak menjawab.
Apit bangun langsung menghampiri Regan tiba-tiba, mencengkram kerah baju olahraga nya dan mendorong nya.
"APIT!!" Pekik Matilda.
"Lu apain cewek gue brengsek!!" Kata apit menatap angker wajah Regan.
Regan tak menjawab omongan nya, bersikap dingin sambil menatap nya balik.
"Jawab!"
Kesal kunjung ada jawaban, tiba-tiba Apit memukul rahang Regan keras-keras, membuat Regan jatuh terhempas, dia berdiri dan membalas dengan pukulan tak kalah hebatnya.
Apit tersenyum miring sambil menyeka darah di kedua sudut bibirnya.
Dia maju dan mendorong Regan hingga tersungkur, Matilda berlari panik ingin melarai
Apit maju menduduki tubuhnya sambil menghantam wajahnya berkali-kali.
Sialnya saat Matilda melerai wajahnya terkena pukulan dari Apit sampai membuatnya pingsan.
BUGH!!
Kedua mata Regan terbuka lebar, dia paling benci sama pria yang main kasar ke Wanita, dia tak segan-segan lagi menghajar Apit sampai babak belur.
Semua murid menciut tak ada yang berani memisahkan baku hantam yang sedang terjadi, karena mereka tau kalau Apit akan marah jika dipisahkan.
Sampai akhirnya, Pak Feri memisahkan perkelahian itu sambil melihat wajah gadis yang tak berdaya pingsan di pinggir lapangan.
"SIAPA ITU YANG PINGSAN" Teriak Pak Feri.
"Murid Baru Pak" Jawab Frisca.
"APA!!" Kata pak Feri sambil menghampiri, dia juga sedang menggeret tangan siswa yang bermasalah.
"Kenapa dia pingsan?" Tanya Pak Feri.
Murid lain ga berani jawab, hanya Frisca yang berani "Di Hajar wajahnya sama Apit pak"
"Apa di haj—?" Jawab Pak Feri menggantung kata, langsung menoleh ke arah apit, dia juga tak pikir panjang menampar pipinya tanpa segan.
"Frisca tolong panggil petugas UKS, suruh bawa Matilda ke ruangan" Perintah Pak Feri dengan nada lembut.
"Baik pak" Jawab Frisca
"UNTUK KALIAN BERDUA, IKUT BAPAK!!" Sambungnya dengan nada tinggi.
Mereka dipisahkan oleh Pak Feri, Regan ke ruangan Konseling, sedangkan Apit pergi ke ruangan Kepala Sekolah.
"Kamu duduk disini" Titah Pak Feri.
"Loh bapak mau kemana?" Kata Apit menghalang kepergian.
"Mau ngurus Regan, kamu sudah ada yang urus nantinya"
"Ya, tapi disini kan—" Apit menggantung ucapan.
"Jangan banyak protes" Tukas Pak Feri lalu pergi meninggalkan Apit sendirian.
Tak lama Pak Erik datang ke ruangan itu, kepala sekolah SMA NUSANTARA Sekaligus Ayah kandung dari Apit itu sendiri.
"Maaf, sudah buat kamu nunggu, papah habis cek keadaan siswi yang jadi korban kenakalan kamu" Sapa Pak Erik.
"Pah, Apit mau lanjut belajar" Elak Apit.
Pak Erik melihat jadwal mata pelajaran anak nya hari ini "Kamu disini sampai jam pelajaran Bu Duwi selesai, lagipula beliau sedang cuti, kamu jangan beralasan mau kabur dari papah ya"
JADE ( Who Stole My Virginity )