Gadis Desa Untuk Ceo

Gadis Desa Untuk Ceo

Bab 1 Membawa paksa.

Bola mata bulat berwarna hitam terlihat berbinar, dipadukan dengan bulu mata lentik dan lebat, mempelihatkan kesan tersendiri untuk gadis manis bernama Aira. Bibir tipis dengan bawah dagu bulat, memperlihatkan kecantikan yang alami, dimana jika setiap lelaki yang melihatnya pasti akan terpesona.

Sayangnya kecantikannya itu tak pernah terekspos sama sekali, ia jarang terlihat oleh lelaki desa, karna sifatnya yang pemalu dan senang berada di dalam rumah.

Keseharian Aira yaitu membantu sang ibunda, dari memasak, mencuci pakaian. Karna ia menyadari karena sang ibunda yang sudah tua dan tak berdaya. Membuat pekerjaan rumah ia kerjakan semuanya.

"Ndo. Coba ambilkan baju di atas lemari kamar ibu. "

Wanita dengan tubuhnya yang terlihat bongkok menyuruh anak semata wayangnya, mengambilkan satu baju yang sudah sobek, untuk ia jahit. Agar terlihat rapi kembali.

Mempunyai tubuh tinggi semampai, membuat Aira mengambil baju di atas lemari yang biasa dipisahkan ibunya jika baju itu sudah terlihat sobek. Gadis manis berbulu mata lentik dengan sigapnya berjalan ke arah sang ibu, dengan langkah kakinya yang cepat. Membuat wanita paruh baya itu sangatlah kagum, Aira gadis penurut dan sigap di saat sang ibu menyuruhnya.

"Ini, bu. "

Siti Aminah, ialah ibu Aira. Mengambil baju dari tangan anaknya untuk segera ia jahit. "Terima kasih, Ndo. "

Gadis berambut panjang dengan ikal di ujungnya, tak pernah mengeluh dengan keadaan ibunya yang hanya seorang buruh cuci. Begitupun dengan sang bapak yang hanya seorang petani. Aira begitu mensyukuri nikmat Tuhan yang diberikan padanya.

Terlihat raut wajah Siti Aminah yang sudah mengkerut, membuat Aira perlahan duduk di atas teras, ia menatap sang ibu dengan begitu lekat. "Kamu ini kenapa? Lihatin ibu sampai segitunya. "

Siti Aminah kini mulai duduk di atas kursi yang biasa ia pakai, ia mulai menjahit perlahan lahan baju yang sudah sobek itu, walau pun Siti Aminah sudah tua, tapi ketajamannya dalam melihat bisa diacungi jempol. Ia wanita tua yang teliti dalam menjahit ataupun membersihkan sesuatu.

Percakapan mulai diawali oleh Siti Aminah, ia kini bertanya pada anak semata wayangnya yang duduk dengan sopan di atas lantai. " Ndo, umurmu yang delapan belas tahun ini, ibu rasa sudah cukup untuk kamu menikah. "

Perkataan sang ibunda membuat bibir mungil Aira mengkerut, perlahan ia memainkan jari tangannya dengan beradu. Membuat Aira seperti anak kecil yang baru berusia tahun. 

"Umur delapan belas tahun, bukanya belum matang menikah ya, bu. "

Entah sejak kapan Aira  bisa membalas perkataan sang ibu dengan sedikit terdengar bijak. Dimana Siti Aminah mengerutkan dahi dan Aira melanjutkan perkataannya. " Aira mencoba menjelaskan saja pada ibu, jika di umur delapan belas tahun itu, seorang wanita baru menikmati masa remajanya. Jadi, belum cukup umur untuk menikah."

Tangan yang sudah mengkerut kini perlahan mengusap rambut panjang Aira dengan perlahan, penuh pengertian. Gadis berbulu mata lentik dengan alis tebal hanya mengukir senyumnya, memperlihatkan kedua ujung bibir yang melebar. 

"Memang benar. Ndo. Hanya saja ibu kuatir jika nanti ibu sudah tiada, ibu tidak bisa melihat kamu menikah dan mempunyai anak. Di hari tua ibu ini, ibu ingin melihat kamu segera menikah dengan lelaki pilihan kamu sendiri. Agar di saat ibu meninggal nanti, kamu sudah ada yang menjaga, ndo. "

Aira menitikkan air mata, ia tahu jika sang ibu begitu mengkhawatirkannya. " Ibu, ini ngomong apa? "

"Aira, ibu ini ngomong apa adanya. Kamu lihat tubuh ibu yang sudah rapuh ini, ibu sudah tua dan sebentar lagi mungkin akan menjadi santapan ulat ulat tanah yang akan menggerogoti ibu. Ibumu ini hanya tinggal menunggu ajal menjemput saja!" Perkataan sang ibu begitu terlalu menyakitkan untuk Aira, membuat gadis manis berbola mata bulat itu memeluk erat tubuh wanita yang melahirkannya. 

Brukk ….

Ditengah dialog sang gadis dan juga wanita tua, membuat mereka terkejut karna suara pintu ditendang dengan keras. Membuat pintu rumah terbuka lebar.

"Siapa ya, bu. Nggak sopan sekali."

Aira mulai berdiri untuk menghampiri siapa yang menendang pintu rumahnya, tapi tangan Siti Aminah yang menahan, membuat gadis berbibir mungil itu menatap kearah sang ibu. 

"Biar ibu saja, kamu tunggu saja di dalam kamar. " Perintah Siti Aminah tak bisa ditolak oleh Aira, ia hanya bisa menurut. Membalikan badan dan pergi untuk masuk ke dalam kamar tidur.

Siti mulai berjalan dengan tubuhnya yang bongkok itu, ia menghampiri pintu depan rumah, dimana teriakan demi teriakan terdengar nyaring. 

Kedua mata wanita paruh baya itu membulat, ia terkejut dengan apa yang ia lihat, sosok lelaki yang menjadi suaminya di sered paksa masuk ke dalam rumah Siti, oleh segerombolan para lelaki berjas hitam. Seperti orang kantoran. 

Betapa menyedihkannya lelaki bernama Sodikin itu. Kedua tanganya dipegang erat seperti tahanan. Tubuh terduduk di atas lantai dengan darah terlihat bercucuran di bagaian bibir sedikit sedikit, mengenai lantai bercorak putih. 

"Bapak?"

Siti mulai menghampiri sang suami, ia menatap lekat kearah wajah Sodikin. 

Hingga dimana kata kata, " BERHENTI." Betak lelaki berjas hitam dengan kedua mata yang ditutup oleh kaca mata tebal. 

Siti yang merasa heran kini bertanya dengan nada sedikit terdengar meninggi. " Ada apa ini? Kenapa suami saya ditahan? Apa alasan kalian menahan suami saya?"

Lelaki dengan tubuhnya yang tegap mulai melepaskan kaca mata tebalnya dan manjawab!" Suami ibu mempunyai hutang pada bos kami. "

"Hutang?"

Kedua mata mulai melirik ke arah sang suami kembali, terlihat  raut wajah Sodikin  sudah basah dengan air mata.

"Hutang apa? Bukanya kita itu hidup seadanya, untuk apa bapak berhutang? "

Pertanyaan mulai dilontarkan kembali oleh Siti, wanita tua dengan tubuhnya yang bongkok itu. Lelaki berbadan kekar kini mulai mendekat ke arah Siti, kedua matanya tak lepas dari pandangan dimana ia mencari seseorang.

"Apa yang sedang kamu cari, HAH. " Suara Siti mulai meninggi, membuat lelaki berotot dengan tubuhnya yang kekar. Kini mendorong tubuh rapuh Siti. "Kemana anak ibu, cepat serahkan dia pada kami. Kami tidak ada waktu meladeni wanita peot seperti anda." Sergah sang lelaki dengan wajah memerah mengeluarkan amarah.

Sodikin kini mulai meminta maaf dengan wajah memelasnya. " maafkan bapak, bu. Bapak terpaksa menyerahkan Aira kepada mereka, karna bapak tidak bisa membayar hutang bapak yang sudah mencapai puluhan juta. "

"TIDAK AKAN, PAK. " Suara meninggi itu semakin jelas terdengar membuat kedua lelaki berotot semakin murka. Mereka mencoba menahan hanya dengan mengepalkan kedua tangan.

"Sebaiknya kalian pergi dari sini, CEPAT PERGI. " Mengusir dengan berteriak itulah yang dilakukan Siti, agar mereka pergi dan tak menganggu kenyamanan Siti dan anaknya.

****** Di saat seperti ini, apa Aira akan keluar dari kamarnya?*******

...***************...

.... Salam hangat .......

Terpopuler

Comments

Meili Mekel

Meili Mekel

lanjut

2022-11-19

0

Rahma Che Geminie

Rahma Che Geminie

pnsrannn crta ny

2022-09-29

0

bobo

bobo

bguz crity

2022-09-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Membawa paksa.
2 Bab 2. Di Perjalanan menuju Rumah CEO
3 Bab 3 Bertemu Ellad Cedric
4 Bab 4 Cemburunya Dwinda Julissa kepada Aira.
5 Bab 5 Bermuka Dua.
6 Bab 6 Aira menampilkan gaya kampungnya.
7 Bab 7 cara makan Aira.
8 Bab 8 Aira kesal.
9 Bab 9 Kelakuan Dwinda.
10 Bab 10 Trauma
11 Bab 11 Satu hari lagi
12 Bab 12 Perjanjian.
13 Bab 13 Egoisnya Ellad.
14 Bab 14 Marahnya Dwinda.
15 Bab 15 Tersenyumnya Edric.
16 Bab 16 Pernikahaan
17 Bab 17 Debaran.
18 Bab 18 Berlari pada tangga darurat.
19 Bab 19 meminta tolong.
20 Bab 20 Terekspos secara nyata.
21 Bab 21 Malu
22 Bab 22 Tiket bulan madu.
23 Bab 23 Mengintip
24 Bab 24 Gagal lagi
25 Bab 25 Apesnya Dwinda
26 Bab 26 Kenapa dengan Dwinda
27 Bab 27 Kebahagiaan untuk Edric
28 Bab 28 Terbang
29 Bab 29 Kegilaan Dwinda.
30 Bab 30 Suntikan.
31 Bab 31 Para pelayan
32 Bab 32 Mengembang.
33 Bab 33 Air panas.
34 Bab 34 Pak Hasan
35 Bab 35 Mencuci otak para pelayan
36 Bab 36 Sok berkuasa.
37 Bab 37 Terpeleset lagi
38 Bab 38 Dwinda menang.
39 Bab 39 Juteknya Edric
40 Bab 40 Jutek Galak
41 Bb 41 Kehidupan Laudia sang sekertaris.
42 Bab 42 Licik
43 Bab 43 Satu pukulan.
44 Bab 44 Poto masa lalu.
45 Nan 45 Kerja sama.
46 Bab 46 Ke desa Aira
47 Bab 47 Ayah tiri Aira
48 Bab 48 Menyanjung sang ayah.
49 Bab 49 Peduli.
50 Bab 50 Pak Hasan dan Bu Aini
51 Bab 51 Senangnya Aini
52 Bab 52 Nasib Aini
53 Bab 53 Teriakan Hasan
54 Bab 54 Perpisahan.
55 Bab 55Menerima
56 Bab 56 Balas dendam.
57 Bab 57 Di ruang UGD
58 Bab 58 Berubah Ellad
59 Bab 59 Yang dilakukan Ellad
60 Bab 60 belum puas.
61 Bab 61 Memakai baju pelayan
62 Bab 62 Sebuah kepercayaan
63 Bab 63 Berlian
64 Bab 64
65 Bab 65 Otopsi
66 Bab 66 Bertemu Pak Sodikin
67 Bab 67 Di penjara
68 Bab 68 Melihat rumah ibu
69 Bab 69 Kemarahan para warga
70 Bab 70 Merasa senang
71 Bab 71 Perkiraan Edric
72 Ban 72
73 Bab 73 Depresinya Dwinda.
74 Bab 74 Kepulangan Ellad
75 Bab 75 Masa lalu Dwinda
76 Bab 76 Masa lalu Dwinda 2
77 Bab 77 Masa lalu Dwinda 3
78 Bab 78 Masa lalu Dwinda 4
79 Bab 79 Masa lalu Dwinda 5
80 Bab 80 Masa lalu Dwinda 5
81 Bab 81 kepemakaman.
82 Bab 82 Masa lalu Dwinda 7
83 Bab 83 Masa Lalu Dwinda 8
84 Bab 84 Masa lalu Dwinda 9
85 Bab 85 Masa lalu Dwinda 10
86 Bab 86 Masa lalu Dwinda 11
87 Bba 87 Masa lalu Dwinda 12
88 Bab 88 Akhir masa lalu
89 Bab 89 Mengejar
90 Bab 90 Mengantar ke rumah sakit
91 Bab 91 Pulangnya Edric dan Aira. Ke rumah
92 Bab 92 Kebusukan terbongkar.
93 Bab 93 Pintu gerbang
94 Bab 94 Dibawa paksa.
95 Bab 96 Penderitaan.
96 Bab 95 Aira tak menyangka.
97 Bab 97 Kebahagian keluarga Ellad yang sesungguhnya.
98 Bab 98
99 Bab 99 Pertama kalinya
100 Bab 100 menjenguk ke rumah sakit jiwa
101 Bab 101 Tak percaya.
102 Bab 102
103 Bab 103 Perjalanan menuju bandara.
104 Bab 104
105 Bab 105 Kelakuan Edric
106 Bab 106
107 Bab 107 Kata Maaf
108 Bab 108 sampai
109 Bab 109 Seorang dokter, bernama Lilia
110 Bab 110 Kecurigaan
111 Bab 111 Menanyakan Lilia kepada ayah mertua.
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114 Pesan dari dosen.
115 Bab 115 video call
116 Bah 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bba 119
120 Bab 120 Kedatangan sahabat.
121 Bab 121
122 Bab 122 Sebuah kado.
123 Bab 123
124 Bab 124 Menelepon.
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128 Welly dan Carlos
129 Bab 129 kekonyolan Lucky
130 Bab 130 Kemarahan Aira.
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134 Mengejutkan
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 142
142 Bab 141 Di rumah Edric
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
Episodes

Updated 158 Episodes

1
Bab 1 Membawa paksa.
2
Bab 2. Di Perjalanan menuju Rumah CEO
3
Bab 3 Bertemu Ellad Cedric
4
Bab 4 Cemburunya Dwinda Julissa kepada Aira.
5
Bab 5 Bermuka Dua.
6
Bab 6 Aira menampilkan gaya kampungnya.
7
Bab 7 cara makan Aira.
8
Bab 8 Aira kesal.
9
Bab 9 Kelakuan Dwinda.
10
Bab 10 Trauma
11
Bab 11 Satu hari lagi
12
Bab 12 Perjanjian.
13
Bab 13 Egoisnya Ellad.
14
Bab 14 Marahnya Dwinda.
15
Bab 15 Tersenyumnya Edric.
16
Bab 16 Pernikahaan
17
Bab 17 Debaran.
18
Bab 18 Berlari pada tangga darurat.
19
Bab 19 meminta tolong.
20
Bab 20 Terekspos secara nyata.
21
Bab 21 Malu
22
Bab 22 Tiket bulan madu.
23
Bab 23 Mengintip
24
Bab 24 Gagal lagi
25
Bab 25 Apesnya Dwinda
26
Bab 26 Kenapa dengan Dwinda
27
Bab 27 Kebahagiaan untuk Edric
28
Bab 28 Terbang
29
Bab 29 Kegilaan Dwinda.
30
Bab 30 Suntikan.
31
Bab 31 Para pelayan
32
Bab 32 Mengembang.
33
Bab 33 Air panas.
34
Bab 34 Pak Hasan
35
Bab 35 Mencuci otak para pelayan
36
Bab 36 Sok berkuasa.
37
Bab 37 Terpeleset lagi
38
Bab 38 Dwinda menang.
39
Bab 39 Juteknya Edric
40
Bab 40 Jutek Galak
41
Bb 41 Kehidupan Laudia sang sekertaris.
42
Bab 42 Licik
43
Bab 43 Satu pukulan.
44
Bab 44 Poto masa lalu.
45
Nan 45 Kerja sama.
46
Bab 46 Ke desa Aira
47
Bab 47 Ayah tiri Aira
48
Bab 48 Menyanjung sang ayah.
49
Bab 49 Peduli.
50
Bab 50 Pak Hasan dan Bu Aini
51
Bab 51 Senangnya Aini
52
Bab 52 Nasib Aini
53
Bab 53 Teriakan Hasan
54
Bab 54 Perpisahan.
55
Bab 55Menerima
56
Bab 56 Balas dendam.
57
Bab 57 Di ruang UGD
58
Bab 58 Berubah Ellad
59
Bab 59 Yang dilakukan Ellad
60
Bab 60 belum puas.
61
Bab 61 Memakai baju pelayan
62
Bab 62 Sebuah kepercayaan
63
Bab 63 Berlian
64
Bab 64
65
Bab 65 Otopsi
66
Bab 66 Bertemu Pak Sodikin
67
Bab 67 Di penjara
68
Bab 68 Melihat rumah ibu
69
Bab 69 Kemarahan para warga
70
Bab 70 Merasa senang
71
Bab 71 Perkiraan Edric
72
Ban 72
73
Bab 73 Depresinya Dwinda.
74
Bab 74 Kepulangan Ellad
75
Bab 75 Masa lalu Dwinda
76
Bab 76 Masa lalu Dwinda 2
77
Bab 77 Masa lalu Dwinda 3
78
Bab 78 Masa lalu Dwinda 4
79
Bab 79 Masa lalu Dwinda 5
80
Bab 80 Masa lalu Dwinda 5
81
Bab 81 kepemakaman.
82
Bab 82 Masa lalu Dwinda 7
83
Bab 83 Masa Lalu Dwinda 8
84
Bab 84 Masa lalu Dwinda 9
85
Bab 85 Masa lalu Dwinda 10
86
Bab 86 Masa lalu Dwinda 11
87
Bba 87 Masa lalu Dwinda 12
88
Bab 88 Akhir masa lalu
89
Bab 89 Mengejar
90
Bab 90 Mengantar ke rumah sakit
91
Bab 91 Pulangnya Edric dan Aira. Ke rumah
92
Bab 92 Kebusukan terbongkar.
93
Bab 93 Pintu gerbang
94
Bab 94 Dibawa paksa.
95
Bab 96 Penderitaan.
96
Bab 95 Aira tak menyangka.
97
Bab 97 Kebahagian keluarga Ellad yang sesungguhnya.
98
Bab 98
99
Bab 99 Pertama kalinya
100
Bab 100 menjenguk ke rumah sakit jiwa
101
Bab 101 Tak percaya.
102
Bab 102
103
Bab 103 Perjalanan menuju bandara.
104
Bab 104
105
Bab 105 Kelakuan Edric
106
Bab 106
107
Bab 107 Kata Maaf
108
Bab 108 sampai
109
Bab 109 Seorang dokter, bernama Lilia
110
Bab 110 Kecurigaan
111
Bab 111 Menanyakan Lilia kepada ayah mertua.
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114 Pesan dari dosen.
115
Bab 115 video call
116
Bah 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bba 119
120
Bab 120 Kedatangan sahabat.
121
Bab 121
122
Bab 122 Sebuah kado.
123
Bab 123
124
Bab 124 Menelepon.
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128 Welly dan Carlos
129
Bab 129 kekonyolan Lucky
130
Bab 130 Kemarahan Aira.
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134 Mengejutkan
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 142
142
Bab 141 Di rumah Edric
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!