Karena sebuah mimpi yang aneh, Yuki memutuskan untuk kembali ke dunia asalnya. Walaupun Dia tahu resikonya adalah tidak akan bisa kembali lagi ke dunianya yang sekarang. Namun, saat Yuki kembali. Dia menemukan kenyataan, adanya seorang wanita cantik yang jauh lebih dewasa dan matang, berada di sisi Pangeran Riana. Perasaan kecewa yang menyelimuti Yuki, membawanya pergi meninggalkan istana Pangeran Riana. Ketika perlariaannya itu, Dia bertemu dengan Para Prajurit kerajaan Argueda yang sedang menjalankan misi rahasia. Yuki akhirnya pergi ke negeri Argueda dan bertemu kembali dengan Pangeran Sera yang masih menantinya. Di Argueda, Yuki menemukan fakta bahwa mimpi buruk yang dialaminya sehingga membawanya kembali adalah nyata. Yuki tidak bisa menutup mata begitu saja. Tapi, ketika Dia ingin membantu, Pangeran Riana justru datang dan memaksa Yuki kembali padanya. Pertengkaran demi pertengkaran mewarnai hari Yuki dan Pangeran Riana. Semua di sebabkan oleh wanita yang merupakan bagian masa lalu Pangeran Riana. Wanita itu kembali, untuk menikah dengan Pangeran Riana. Ketika Yuki ingin menyerah, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Namun, sesuatu yang seharusnya menggembirakan pada akhirnya berubah menjadi petaka, ketika munculnya kabar yang menyebar dengan cepat. Seperti hantu di malam hari. Ketidakpercayaan Pangeran Riana membuat Yuki terpuruk pada kesedihan yang dalam. Sehingga pada akhirnya, kebahagian berubah menjadi duka. Ketika semua menjadi tidak terkendali. Pangeran Sera kembali muncul dan menyelamatkan Yuki. Namun rupanya satu kesedihan tidak cukup untuk Yuki. Sebuah kesedihan lain datang dan menghancurkan Yuki semakin dalam. Pengkhianatan dari orang yang sangat di percayainya. Akankah kebahagiaan menjadi akhir Yuki Atau semua hanyalah angan semu ?. Ikutilah kisah Yuki selanjutnya dalan Morning Dew Series season 3 "Water Ripple" Untuk memahami alur cerita hendaknya baca dulu Morning Dew Series 1 dan 2 di profilku ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3
Tatapannya mengeras, suaranya penuh desakan. “Apa maksudmu kau tidak tahu, Yuki? Apa itu artinya kau akan pergi begitu saja dan meninggalkan semuanya?Raymond menggigit bibirnya, jelas tidak puas dengan jawaban Yuki.
Yuki Menghela napas dalam-dalam, menatap Raymond dengan mata berkaca-kaca. Ada rasa lelah yang sulit disembunyikan. Dia tidak ingin bertengkar dengan Raymond disaat terakhir Mereka bertemu.
“Raymond… aku benar-benar tidak tahu.” Yuki berkata dengan suara lemah, penuh kesedihan. “Mungkin… mungkin kita tidak akan pernah berjumpa lagi.”
Raymond Kaget dan tidak percaya, Dia melangkah mendekat, matanya menelusuri wajah Yuki. “Tidak akan pernah berjumpa lagi? Apa maksudmu, Yuki? Kau tidak bisa hanya pergi dan menghilang begitu saja!”
Yuki Menundukkan kepala, tidak sanggup menatap Raymond. Jarinya tanpa sadar kembali memegang cincin yang melingkari jarinya, cincin dari Pangeran Riana.
“Aku tidak punya pilihan, Raymond. Aku tidak bisa menceritakan apapun padamu… terlalu berbahaya. Aku tidak bisa menyeretmu ke dalamnya. Dan kalau aku pergi… mungkin aku tidak akan bisa kembali.” Suaranya semakin pelan, penuh ketidakpastian dan rasa sakit.
Raymond berkata dengan suara pecah penuh emosi, dia menggenggam lengan Yuki dengan lembut tapi tegas.
“Tidak, Yuki. Kau tidak bisa begitu saja menghilang dari hidupku. Kau tidak bisa meninggalkanku dengan begitu banyak pertanyaan dan tanpa jawaban.” Matanya berkaca-kaca, tapi dia menahannya, tidak ingin terlihat lemah.
Yuki menatap tangan Raymond yang menggenggam lengannya. “Aku juga tidak ingin pergi, Raymond… Tapi ini ada hal yang lebih besar sedang terjadi. Dan kalau aku tidak pergi… aku takut akan kehilangan segalanya.… mereka membutuhkanku.”
Raymond Suaranya gemetar, penuh keputusasaan.
“Bagaimana denganku, Yuki? Aku… aku juga membutuhkamu. Apakah itu tidak cukup untuk membuatmu tinggal?”
Yuki Terdiam sesaat, rasa sakit di hatinya semakin dalam. “Aku berharap… itu cukup. Tapi aku harus membuat keputusan yang tidak bisa kubatalkan. Aku tidak bisa membiarkanmu dalam bahaya. Aku tidak bisa menghancurkan hidupmu, Raymond.”
Hening
Yuki dan Raymond bertatapan dalam diam sesaat.
“Apa kau akan pergi bersama pria itu?”
Yuki tersentak mendengar kata-kata Raymond, matanya melebar. Dia tidak menyangka Raymond akan mengungkit kejadian di rumah kaca. Yuki mengira Raymond saat itu pingsan karena pukulan dikepalanya, dan tidak mengetahui apa yang terjadi. Dalam hati Yuki, ia tahu siapa yang dimaksud Raymond.
“Aku melihat semuanya. Ketika kita di rumah kaca, pria itu—dia mengangkatmu, menyeretmu ke lubang aneh, dan setelah itu kau menghilang. Selama delapan bulan, kau pergi tanpa jejak. Tidak ada kabar. Tidak ada penjelasan.” Mata Raymond bersinar dengan kemarahan yang terpendam, namun juga penuh rasa sakit. “Aku bertanya-tanya setiap hari, apa yang sebenarnya terjadi? Dan sekarang, kau akan pergi lagi?”
“Aku… Aku tidak ingin pergi seperti itu, Raymond. Percayalah, aku ingin tetap di sini, menjalani hidup normal seperti semua orang. Tapi ada hal yang tidak bisa aku kendalikan, hal-hal yang jauh lebih besar dariku.”
Raymond Suaranya gemetar, penuh keputusasaan. “Dan pria itu… apakah dia bagian dari hal-hal yang tidak bisa kau kendalikan? Apakah dia alasan kau harus meninggalkan semuanya, meninggalkan aku?” Mata Raymond menatap Yuki dengan penuh harapan, seolah-olah masih ada sedikit ruang untuknya.
Yuki Terdiam, merasa beban di dadanya semakin berat. Dia tidak bisa menyangkal sepenuhnya, tapi juga tidak bisa menjelaskan semuanya kepada Raymond. “Aku tidak bisa memberitahumu segalanya, Raymond. Tapi dia—Ya Dia adalah salah satu dari hal-hal yang tidak bisa Aku kendalikan” Yuki meremas cincin di jarinya, mengingat tanggung jawab yang harus ia emban.
“Dia… dia pria yang telah tidur bersamamu, bukan?”
Yuki Terdiam sesaat. Tangannya menggenggam cincin di jarinya dengan lebih erat, berusaha menahan rasa bersalah yang menyeruak. Dengan suara yang nyaris tak terdengar, ia menjawab.
“Ya.”
Raymond Terkejut, meski ia mungkin sudah menduganya. Tatapannya semakin tajam, penuh kesedihan dan amarah yang tertahan. “Apakah kau mencintainya?”
Yuki tidak langsung menjawab. Pertanyaan itu berputar di benaknya, membuat dadanya terasa sesak. Dia memikirkan Pangeran Riana—sosok yang penuh perlindungan tapi juga membawa ketakutan di hatinya. Yuki tak bisa memahami apakah yang ia rasakan adalah cinta atau hanya ketakutan pada kekuatan Pangeran Riana dan tanggung jawab yang melekat pada dirinya.
Yuki berbisik, Suaranya bergetar, seolah bertanya pada dirinya sendiri. “Aku… aku tidak tahu.”
Yuki berpaling dari Raymond, merasa hatinya terkoyak oleh kebingungan yang tak kunjung berakhir. Apakah ia mencintai Pangeran Riana? Atau apakah ikatan mereka hanya didorong oleh rasa tanggung jawab dan ketakutannya pada nasib yang menunggu jika dia tidak memilih Pangeran Riana? Pertanyaan itu terus menghantui Yuki.
Raymond berkata lagi dengan suara yang melemah, tatapannya meredup, seolah putus asa mencoba memahami. “Jadi, kau bahkan tidak tahu perasaanmu sendiri?”
Yuki hanya bisa terdiam, tak ada jawaban yang mampu ia berikan pada Raymond atau dirinya sendiri. Persimpangan di depan matanya semakin kabur.
“Tapi meskipun kau tidak yakin apakah kau mencintainya atau tidak, kau akan tetap pergi ke tempatnya… dengan mengorbankan segalanya, kan?”
Yuki merasakan dadanya sesak, tatapan Raymond penuh dengan kesedihan dan rasa terluka yang membuatnya ingin berpaling. Tapi ia tahu ini adalah kenyataan yang harus ia hadapi. Ia menghela napas panjang sebelum akhirnya berbicara.
Yuki berkata pelan, hampir seperti bisikan, tapi penuh dengan beban keputusan yang sudah ia ambil.
“Ya.”
Raymond menatap Yuki semakin intens, namun ada keputusasaan di matanya. Dia mendekat sedikit, seolah berusaha menggapai Yuki meskipun jarak emosional di antara mereka terasa semakin lebar.
“Dan aku? Apa aku termasuk dalam hal-hal yang harus kau korbankan?”
Yuki terdiam, merasa tertikam oleh pertanyaan itu. Dia ingin menjawab, ingin memberitahu Raymond bahwa ia peduli, bahwa meninggalkan dunia ini sangat sulit dengan mengabaikan dunia asalnya.
Yuki menggengam tangannya sendiri, suaranya serak penuh kesedihan.
“Aku tidak ingin mengorbankanmu, Raymond… tapi jika aku tetap di sini, aku akan menempatkanmu dalam bahaya. Dunia yang akan kutinggalkan tidak akan membiarkanku berada disini begitu saja.”
Raymond berbisik dengan suara bergetar, penuh keteguhan dan rasa takut akan kehilangan. “Bisakah aku ikut denganmu, Yuki?”
Yuki terkejut mendengar permintaan itu. Hatinya bergejolak. Raymond yang selama ini ia pikir tidak akan terlibat lebih jauh, kini menempatkan dirinya di ujung bahaya. Tapi ia tahu jawabannya. Jawaban yang harus ia berikan demi keselamatan Raymond.
Yuki menggelengkan kepala tegas, namun dengan nada lembut, seperti meredakan sesuatu yang tak bisa dihindari berkata “Tidak. Kau punya mimpi-mimpimu, Raymond. Dan di sana bukan tempat yang bersahabat untuk kita.”
Raymond menatap Yuki tajam, hatinya terasa berat. Dia tahu ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi, tapi dia tidak peduli. Bagi Raymond, yang paling penting adalah tetap berada di sisi Yuki.
Raymond Penuh ketegangan, berusaha menahan rasa sakit di hatinya. “Persetan dengan mimpi-mimpiku! Aku tidak akan jadi bebanmu, Yuki! Aku bisa menjaga diriku sendiri, aku bisa melindungimu.”
Yuki tersenyum pahit, menghargai tekad Raymond, tapi ini bukan tentang siapa yang kuat atau siapa yang bisa menjaga siapa. Dunia yang menunggu Yuki adalah tempat penuh bahaya, dan ia tidak bisa menyeret Raymond ke dalamnya.
“Bukan itu masalahnya, Raymond. Di sana… tempat yang berbahaya. Lebih dari yang bisa kau bayangkan. Aku sudah sering kehilangan orang-orang yang aku sayangi… Aku tidak akan menempatkanmu dalam bahaya yang sama.”
Raymond merasakan hati Yuki yang terluka, tapi ketakutan terbesar Yuki jauh lebih besar dari dirinya. Dia tahu bahwa Yuki berbicara dari pengalaman, tapi itu tidak menghentikan rasa putus asanya. Ia ingin tetap di sisi Yuki, apapun resikonya.
“Tapi… aku tidak bisa hanya melihatmu pergi tanpa melakukan apa-apa.”
Yuki menatap dalam ke arah Raymond, penuh kasih, tapi juga dengan kepastian yang tak bisa diruntuhkan.
“Raymond… inilah satu-satunya cara aku bisa melindungimu.”
Raymond terdiam, menyadari bahwa apapun yang ia katakan, keputusan Yuki sudah bulat. Namun rasa sakit di hatinya semakin dalam, karena ia tahu, ia harus merelakan Yuki pergi.
“Jadi… hanya karena menurutmu Aku lemah, Kau tidak bisa membawaku?”
Yuki menutup matanya, menahan air mata yang mulai menggenang. Ia tahu bahwa apa yang Raymond katakan adalah kebenaran yang pahit. Tapi di dalam hatinya, ia tahu ini adalah satu-satunya jalan.
“Ada seseorang yang harus Aku selamatkan saat ini, dan Kau tidak bisa ikut” kata Yuki lagi dengan tegas.
Yuki adalah seorang Ciel. Jika ada yang jatuh cinta secara dalam pada seorang Ciel. Dia akan mencintai Ciel tersebut seumur hidupnya. Yuki yakin Raymond adalah salah satu dari pria bodoh yang mencintainya. Hal itu membuat Yuki semakin merasa bersalah padanya.
Karenanya, Yuki menahan perasaan. Tidak ingin bertengkar dengan Raymond dan kembali memperbaiki hubungan pertemanan saat Dia pulang dulu. Yuki tahu, keadaan seperti ini akan datang pada waktunya dan Yuki hanya ingin memberi kenangan yang baik untuk Raymond.