Balas dendam seorang perempuan muda bernama Andini kepada mantan suaminya yang pergi karena selingkuh dengan janda muda kaya raya.
Tapi balas dendam itu tidak hanya kepada mantan suaminya, melainkan ke semua lelaki yang hanya memanfaatkan kecantikannya.
Dendam itu pun akhirnya terbalaskan setelah Andini membunuh dan memutilasi semua pria yang coba memanfaatkannya termasuk mantan suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Setelah sekitar 30 menit, Indra pun selesai makan, tetapi dia belum pulang karena ingin mengobrol dengan Andini. Disaat Andini kebagian waktu untuk istirahat, Andini pun makan ditemani oleh indra di meja makan.
"Kamu bukannya pulang Dra?"
"Sebentar lagi ah, aku masih rindu sama kekasihku."
"Giliran udah dikasih jatah saja gamau jauh."
Jawab Andini sambil menyuap sesendok makanan.
"Aku nggak kefikiran kesitu loh, aku beneran kangen Dini, nanti kalau kita sudah nikah kamu ikut aku ya tinggal di kampungku, kamu nggak usah kerja, aku nggak tega melihat kamu capek kaya begini."
"Terus kamu bakal pindah ngajarnya, memang bisa?"
"Ya kalau aku nggak ngajar juga aku bakal cari kerja yang lain, aku bakal ngelakuin apa saja buat kamu."
"Kalau mau ngelakuin apa saja, Berarti kalau kamu tinggalnya di kampung aku mau dong?"
"Hm. Tapi kan aku nggak tahu kalau di sana aku bakal kerja apa."
"Ya apa saja, kamu masih bisa jadi guru, kamu bisa bertani, atau enggak kita buka warung makan saja di sana."
"Hm. Yaudah nanti kita bicarakan lagi ya. Kamu kangen ya sama kampung halaman kamu?"
"Iya aku kangen Dra, sudah lama aku nggak pulang."
"Sabar ya sayang, setelah kita menikah, aku bakal ikut kamu deh ke sana, kita tinggal di sana ya."
"Serius?"
"Iya aku serius, aku mau ikut kamu deh."
"Tapi apa bakal diizinin sama orang tua kamu, kampung aku kan jauh Dra."
"Orang tuaku pasti nggak akan larang ko, dua kakakku juga saat ini sedang merantau dan menikah dengan orang sana, ada yang di Riau ada juga yang di kalimantan, jadi kamu gak usah khawatir ya, insyaallah mereka bakal izinin aku tinggal dan menikah dengan orang mana pun."
"Hmm begitu ya, yaudah mulai sekarang kita harus giat nabung ya Dra untuk masa depan kita."
"Iya sayang, makanya kamu nggak usah sedih lagi ya, aku jamin kamu bakalan hidup bahagia sama aku."
"Hmmm. Makasih ya Dra kamu udah tulus banget sayang sama aku."
"Aku sangat tulus mencintai kamu Andini. tetapi janji ya satu Bulan lagi aku boleh minta restu sama orang tua kamu."
"Iya aku janji sayang, sabar ya nggak akan lama ko."
"Iya aku sabar sayang."
Setelah menemani Andini istirahat dan makan, Indra pun pamit dan pulang.
Sementara Andini saat ini makin kefikiran dengan kedua orangtuanya. Andini sudah tak tahan ingin tahu tentang kabar mereka.
Andini pun akhirnya memberikan diri untuk menelfon dan meminta izin kepada Bude Rini, Andini menelfon di luar ruangan di tempat yang sepi sebelah rumah makan.
Ibunya di kampung akhirnya mengangkat telfonnya Andini.
"Assalamualaikum sayang."
"Waalaikumsalam Bu, ibu bagaimana di sana, ibu sehat kan Bu?"
"Ibu sehat ko Alhamdulillah."
"Kalau bapak bagaimana?"
"Bapak juga sehat tetapi dia lagi di ladang baru saja berangkat lagi."
"Hmm. Syukur deh kalau begitu, aku tenang mendengarnya."
"Kamu sendiri bagaimana?, sudah hampir tiga minggu loh kamu gak kabarin kita, lagi sibuk ya kamu?"
"Maafin aku ya Bu, aku baik-baik saja ko, aku kangen Bu ingin pulang."
"Yaudah pulang ke sini, ajak suami kamu."
Andini tiba-tiba terkejut dan bingung harus bagaimana, karena yang sebenarnya mereka sudah bercerai beberapa minggu yang lalu.
"Hmmm. Nanti saja deh ya Bu bulan depan, aku atur lagi deh nanti waktunya."
"Yaudah terserah kamu, yang penting kamu di sana baik-baik saja, itu juga sudah cukup buat ibu tenang di sini."
"Hmmm iya Bu aku baik-baik saja kok di sini."
"Suami kamu apa kabar?, dia sehat kan?"
Andini sedikit terdiam beberapa saat, tapi dia akhirnya menjawab dengan alasan yang ada di kepalanya.
"Em, dia baik-baik saja kok Bu sehat, tetapi agak sedikit sibuk saja dia akhir-akhir ini makanya aku bingung ingin ajak pulang kampung juga."
"Ohh yaudah nggak usah terburu-buru, nanti nunggu kalian punya waktu luang saja ya, jangan sampai suami kamu terganggu kasihan."
Andini sempat meneteskan air matanya, karena bagaimanapun dia nggak tega harus berbohong kepada ibunya sendiri.
"Iya Bu, ibu nanti aku kirimin uang ya buat keperluan ibu sama bapak sehari-hari."
"Ah nggak usah repot-repot Nak, buat kamu saja mending tabung, atau enggak buat nambahin ongkos kalau pulang ke sini."
"Aku ada rezeki lebih ibu, aku kan sudah lama juga nggak ngasih ibu sama bapak."
"Yaudah deh terserah, tetapi suami kamu harus tahu biar gak salah paham ya."
"Iya ini juga dia yang suruh ko."
"Yaudah."
"Ibu lagi ngapain?"
"Ah ibu lagi begini saja nonton TV, di sini hujan terus tiap hari jadi percuma nggak bisa ke mana-mana."
"Hmm sama Bu di sini juga sering hujan, Bu kalau aku nanti tinggal di rumah lagi boleh gak kira-kira?"
"Ko begitu?, kan suami kamu kerja di sana sayang"
Jawab ibunya yang sedikit heran.
"Ya kali saja mas Sandy nanti mau kalau aku tinggal di sana, aku kangen suasana di sana. di sini walaupun apa saja ada tetapi gak senyaman di sana Bu, aku ingin balik lagi kaya dulu."
"Hmmm kamu ini ya, ibu nggak akan ngelarang kamu tinggal di mana saja, malah ibu senang kalau kamu ada di sini lagi, ibu tuh kehilangan sekali nak, kamu kan anak satu-satunya."
"Maafin aku ya Bu, aku jadi ninggalin ibu sama bapak."
"Nggak apa-apa sayang, kan kamu udah besar sudah ada jodohnya, asalkan kamu baik-baik saja, ibu akan selalu senang ko walaupun kamu jauh juga."
"Makasih ya Bu, aku selalu tenang kalau sudah ngobrol sama ibu, aku sayaaaaaang banget sama ibu.. Aku kangen."
"Iya sayang makanya sering-sering kabarin ya jangan ngilang, ibu suka khawatir tahu."
"Iya aku bakal sering deh ngabarin ibu. Sekali lagi maafin aku yaa Bu."
"Iya nggak papa, udah ah gausah minta maaf segala."
"Hmm. Yaudah Bu nanti aku kabarin dan telepon lagi, ibu sehat terus ya di sana."
"Yaudah sayang, kamu juga ya sehat terus, jaga kesehatan."
"Iya Bu, sekarang aku langsung kirimin ya uangnya,"
"Iya sayang yaudah."
"Yaudah aku matiin ya telfonnya. Dah ibu sayang. Assalamualaikum."
"Iya sayang waalaikumsalam."
Sambil mentransfer uang kepada ibunya, Andini meneteskan air matanya kembali, karena keadaan yang sebenarnya sangat terbalik.
Andini terpaksa berbohong kepada ibunya karena dia nggak tega melihat orang tuanya sedih di sana. Terus juga tekadnya yang masih konsisten ingin balas dendam kepada Sandy masih ada di di dalam dirinya. Dia tetap ingin Sandy menderita seperti yang dia rasakan saat ini.