Bagaikan mimpi buruk yang sangat menakutkan, Cecilia tidak menyangka hidupnya sangat tragis sekali.
Lelaki yang baru tiga bulan di nikahinya, ternyata menyukai adik tirinya.
Lelaki yang baru di nikahinya itu, bersekongkol dengan adik tirinya dan Ibu tirinya, ingin merebut perusahaan Ayahnya, dan menguasai harta keluarga Cecilia.
Cecilia bertekad akan membalas semua apa yang telah dilakukan oleh ke tiga orang itu pada keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Amarah Cecilia.
Cecilia semakin menekan benda itu ke tubuh seniornya tersebut.
Wajah datarnya semakin dingin saat suara jeritan terdengar dari seniornya itu, memicu dirinya semakin gelap mata untuk membuat seniornya itu menjerit minta ampun.
"Lepaskan dia! apa kamu ingin membunuhnya?!" jerit ke dua seniornya yang tadi menarik tangannya.
Cecilia menoleh memandang ke dua seniornya itu dengan tatapan dingin, wajah datarnya semakin menakutkan.
"Bukankah tadi kalian ingin membunuhku?" tanya nya santai dengan suara datarnya.
Ke dua seniornya itu tidak bisa berkata-kata mendengar apa yang dikatakan Cecilia.
Mereka menelan ludah mereka ketakutan.
Sementara senior Cecilia yang menjadi pemimpin dua seniornya itu masih saja terus menjerit kesakitan.
Cecilia menarik benda itu dari tubuh seniornya itu, dan darah merembes keluar dari tempat Cecilia menarik benda tersebut.
Dengan kasar Cecilia mendorong tubuh seniornya itu, dan terhempas ke lantai.
Lalu melemparkan benda yang di pegangnya ke lantai, dan menimbulkan suara yang berisik.
Prangg!
Seniornya itu mengerang kesakitan, dan tangannya menekan bekas tempat benda yang di tarik Cecilia barusan.
"Brengsek kamu! kamu ingin membunuhku ya! sialan kamu! dasar perempuan gila! aku yang akan membunuhmu, brengsek!" teriak senior Cecilia yang sudah terluka itu.
Dengan cepat senior Cecilia itu bergerak, meraih benda yang di lemparkan Cecilia ke lantai tadi, lalu dengan susah payah berdiri tegak untuk mengayunkan benda itu menghantam Cecilia.
Tangan Cecilia dengan cepat meraih kursi yang ada di dekatnya, dan sekuat tenaga menghantamkannya ke tubuh seniornya itu.
Brakkk!
Tubuh tahanan senior Cecilia itu terpental ke lantai akibat hantaman kursi yang di banting kan Cecilia.
Wajah datar Cecilia menyeringai memandang tubuh yang tersungkur di lantai itu.
"Ingin membunuhku ya! memangnya kamu yang memberiku kehidupan, brengsek!"
Cecilia melemparkan kursi yang di pegangnya ke lantai.
Brak!
Semua tahanan wanita di dalam kantin itu diam di tempatnya masing-masing, mereka diam tidak berani untuk melerai apa yang terjadi di depan mata mereka.
Tubuh senior Cecilia yang baru saja di hantam Cecilia dengan kursi, tampak bergerak lagi.
"Sialan kamu! kamu pikir kamu bisa melawan ku, aku lah bosnya di sini! sialan kamu, jangan sebut namaku Birna, kalau aku tidak bisa menghancurkan hidupmu!" sahut senior Cecilia itu menyeringai dengan sinis nya, lalu mengelap bibirnya yang mengeluarkan darah.
Sepertinya dia semakin semangat ingin membunuh Cecilia.
"Oh, ya! dan kamu pikir aku takut padamu! Ayo, mari kita mati bersama, hidupku adalah milikku! kamu tidak berhak menguasai hidupku!" sahut Cecilia dingin, sudut bibirnya tersenyum miring dengan sinis nya.
Tatapan matanya yang dingin, sudah tidak perduli lagi siapa yang akan bertahan hidup setelah ini.
Cecilia meraih kursi lagi, dan melayangkan kursi itu menghantam seniornya itu.
Brakkk!
Tubuh tahanan yang bernama Birna itu kembali tersungkur ke lantai, dan Cecilia kembali membanting kan kursi itu pada tubuh Birna yang tersungkur ke lantai.
Sistem bar-bar dengan sesama tahanan, itu hal yang biasa.
Siapa yang lebih kuat dan bisa mengalahkan yang lebih kuat, itulah yang akan di segani dan di takuti.
Dan, bahkan bisa menjadi ketua para tahanan.
Nafas Cecilia tersengal-sengal setelah menghantam berkali-kali kursi itu pada tubuh tahanan bernama Birna itu.
Wanita bernama Birna yang di takuti para tahanan wanita itu, tidak bergerak lagi di lantai.
Dengan tenaga yang terkuras habis, Cecilia melemparkan kursi yang di pegangnya ke lantai.
Tangannya yang tadi terluka semakin banyak mengeluarkan darah, dan tubuhnya basah oleh keringat.
Darah di tangannya berceceran di lantai, dan sebagian terkena bajunya.
Cecilia terlihat begitu berantakan dan memprihatinkan. Tubuh mungil itu bergetar menahan rasa sakit, yang terasa menggigit sampai ke ulu hatinya.
Karena sudah ke habisan tenaga, Cecilia dengan lemah perlahan meninggalkan kantin dengan langkah terseok-seok.
Wajah datarnya yang terlihat begitu dingin tidak memperdulikan tatapan tahanan lain memandanginya meninggalkan kantin.
Cecilia kembali ke kamar sel nya.
Bersambung......