> "Dulu, namanya ditakuti di sudut-sudut pasar. Tapi siapa sangka, pria yang dikenal keras dan tak kenal ampun itu kini berdiri di barisan para santri. Semua karena satu nama — Aisyah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syahru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11: Menemukan Jalan
Bab 11: Menemukan Jalan
"Dan jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat-Ku kepadamu."
(QS. Ibrahim: 7)
---
Refleksi Diri
Pagi itu, Fahri terbangun lebih awal dari biasanya. Udara pagi yang sejuk dan harum mengisi paru-parunya, memberi semangat untuk memulai hari. Meskipun ia masih merasa sedikit rindu pada kehidupan sebelumnya, di mana ia mengenal dunia yang keras dan penuh godaan, ia menyadari bahwa perjalanannya kini berbeda. Ia ada di sini untuk mencari kedamaian dan kebenaran yang selama ini ia hindari.
Setelah sholat subuh, Fahri duduk sejenak di atas sajadahnya. Doa-doa yang telah ia baca terasa lebih dalam, seolah-olah ia sedang berbicara langsung dengan Tuhan. Perasaan yang dulu sering ia abaikan kini mengalir deras dalam hatinya. “Ya Allah, aku memohon petunjuk-Mu. Aku ingin menjadi hamba-Mu yang lebih baik,” doa Fahri dengan penuh ketulusan.
---
Pendidikan Agama yang Menyentuh Hati
Hari itu, Fahri mendapat kesempatan untuk mengajar di sebuah majelis taklim yang diadakan di desa tersebut. Meskipun awalnya ia merasa gugup, ia tahu ini adalah kesempatan untuk berbagi ilmu yang telah ia pelajari di pesantren.
Pengajian dimulai dengan tafsir surat Al-Fatihah. Fahri merasa hati ini semakin tenang saat menjelaskan makna ayat tersebut kepada warga desa. Mereka mendengarkan dengan penuh perhatian, dan Fahri bisa merasakan betapa besar pengaruh dakwah ini bagi mereka.
Setiap kali Fahri menjelaskan suatu ayat atau hadits, ia merasa semakin dekat dengan kebenaran. Keikhlasan yang dulu ia cari di dunia kini ia temukan dalam ibadah dan dakwah. Ia merasa bahwa hidupnya mulai berjalan sesuai dengan kehendak-Nya.
---
Pertemuan dengan Sang Kakek Bijaksana
Sore harinya, Fahri kembali bertemu dengan Kakek Ahmad, orang tua bijaksana yang sudah lama tinggal di desa itu. Kakek tersebut selalu memberikan nasihat yang mendalam dan penuh hikmah, yang membuat Fahri merasa tercerahkan.
“Fahri, hidup ini penuh dengan ujian, dan ujian terbesar adalah belajar menerima takdir,” kata Kakek Ahmad sambil memandang jauh ke horizon. “Saat kamu menerima takdirmu, itulah saat kamu akan menemukan kedamaian sejati.”
Fahri mendengarkan dengan seksama. Setiap kata kakek itu menggetarkan hatinya. Ia tahu bahwa ia harus bisa menerima kenyataan bahwa Aisyah, wanita yang dulu sangat ia cintai, telah memilih jalan hidup yang berbeda. Meskipun hati ini terasa berat, ia sadar bahwa hidup tidak selalu berjalan sesuai dengan keinginan kita.
---
Satu Langkah ke Depan
Di malam hari, setelah mengajar dan berbincang dengan Kakek Ahmad, Fahri berjalan sendirian di pinggir sungai. Suara gemericik air yang mengalir membawa ketenangan dalam hatinya. Ia memandang langit yang penuh bintang, merenung tentang hidupnya yang sudah banyak berubah.
"Aisyah... mungkin aku harus benar-benar melepaskanmu. Aku tahu itu sulit, tapi aku harus melangkah ke depan," ujar Fahri dalam hati. Meskipun kata-kata itu sulit untuk diucapkan, ia tahu bahwa untuk mendapatkan kebahagiaan sejati, ia harus ikhlas.
Seiring langkah kaki Fahri yang ringan di sepanjang sungai, ia merasa seperti beban berat di dadanya mulai terangkat. Ia merasa, walaupun Aisyah bukan miliknya, ia tetap bisa menjadi lebih baik, lebih kuat, dan lebih dekat dengan Tuhan.
---
Mengikuti Petunjuk-Nya
Keesokan harinya, setelah sholat dhuha, Fahri melanjutkan pelajarannya. Ia lebih mendalami tafsir Al-Qur'an dan berbagai kitab hadis, semakin menguatkan tekadnya untuk berdakwah dan mengubah dirinya menjadi pribadi yang lebih baik. Seperti yang diajarkan oleh Kakek Ahmad, bahwa kebahagiaan sejati bukan hanya didapatkan dari apa yang kita inginkan, tetapi bagaimana kita bersyukur dan berbuat baik kepada sesama.
Fahri merasakan perubahan besar dalam dirinya. Ia semakin merasa damai dalam menjalani hidup, meskipun ada banyak hal yang belum ia mengerti sepenuhnya. Ia tahu bahwa Tuhan selalu menyertai orang yang ikhlas dalam berusaha dan bertawakal.
---
Berbagi Kebahagiaan dengan Orang Lain
Pagi itu, setelah memberikan pengajian singkat kepada anak-anak di desa, Fahri kembali merasa sangat bersyukur. Meskipun hidupnya masih jauh dari sempurna, ia merasa memiliki tujuan yang jelas. Ia ingin terus berbagi ilmu dan kebahagiaan dengan orang lain.
"Ya Allah, beri aku kekuatan untuk terus berbagi dan membantu sesama. Semoga aku selalu bisa menjadi cahaya bagi orang lain," doa Fahri dalam hatinya.
Tiba-tiba, seorang anak kecil mendekati Fahri dan memberinya sepotong kue yang dibuat oleh ibunya. “Terima kasih, Fahri,” kata anak itu dengan senyum ceria.
Fahri tersenyum kembali, merasa hatinya penuh dengan kebahagiaan. Walaupun hidup ini penuh dengan ujian, ia merasa bahwa ia telah menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya—bukan dari apa yang ia inginkan, tetapi dari apa yang ia berikan.
---
Setelah sekian lama berjuang dengan perasaan dan keraguannya, Fahri kini menyadari bahwa hidup ini bukan tentang mencari apa yang hilang, melainkan tentang memberi makna pada setiap langkah yang ia ambil. Ia merasa lebih dekat dengan Tuhan, dan lebih siap untuk menjalani hidup yang lebih bermakna. Dengan tekad baru, ia melangkah menuju masa depan dengan penuh harapan, berharap bahwa setiap langkahnya akan membawa kedamaian bagi dirinya dan orang lain.
---
