Leuina harus di nomor duakan oleh ibunya. Sang ibu lebih memilih kakak kembarnya.yang berjenis.kelamin pria. Semua nilainya diakui sebagai milik saudara kembarnya itu.
Gadis itu memilih pergi dan sekolah di asrama khusus putri. Selama lima tahun ia diabaikan. Semua orang.jadi menghinanya karena ia jadi tak memiliki apa-apa.
bagaimana kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERUBAHAN BESAR
Sosok tubuh kini tengah menaiki motor sport. Deru mesin memekak telinga tanda kesemua peserta lomba balap liar bersedia memacu motor mereka.
"Mulai!" sebuah teriakan mengawali lomba dibarengi oleh melesatnya motor-motor tersebut.
Sosok yang mengenakan hoodie bergambar tokoh Disney Donald bebek, nampak melesat meninggalkan peserta lain.
Hanya butuh waktu nyaris empat menit, sosok mungil itu sudah mencapai garis finish. Sorak sorai penonton mengelu-elukan namanya.
Tiba-tiba.
"Polisi datang! Selamatkan diri kalian!"
Tak ayal membuat semua peserta dan penonton balap liar itu membubarkan diri, termasuk sosok mungil itu. Mulutnya tak berhenti mengumpat.
Sosok mungil membelokkan motornya ke sebuah gang gelap. Melepas helm dengan motif sama dengan hoodie yang dikenakannya.
Seraut wajah cantik dengan iris mata abu-abu begitu eksotik. Netranya nyalang ketika ternyata pemberitahuan polisi itu hanya akal-akalan pihak penyelenggara belaka.
Gadis cantik itu mengendarai motornya kembali ke arena pertandingan. Matanya yang menyorot tajam mencari sosok-sosok yang ia kenali sebagai ketua penyelenggara balap liar ini.
"There he is!" gadis itu menemukan sosok yang ia cari.
Ia mendekati tubuh tinggi yang tengah sibuk menelpon dengan hati-hati. Lalu, secara mendadak gadis itu memacu motornya dan menyambar ponsel yang tengah digunakan pria tersebut.
"Hey give it back!" teriaknya.
Gadis itu memutar motornya, kini berhadapan dengan pria berambut coklat dengan tatapan tajam. Pria yang mengenali gadis yang kini berhadapan dengannya menelan saliva kasar.
"Oh ... C'mon Hon. I need it that money!" seru pria itu sedikit memohon.
"Kau melakukan ini sudah dua kali, Bro!" ujar gadis itu menggeleng. "Sekarang tidak bisa!"
"Oh ... ayolah, Eliz! Bagaimana jika kita bagi saja uang itu!" ujar pria itu kembali memohon.
"No!" tolak gadis itu.
"Aku juga butuh uang ini. Uang kuliahku sudah menunggak begitu juga uang sewa apartemen ku!" Lanjutnya.
Pria bernama Howard itu hanya bisa menghela napas berat. Sungguh, jika ia tetap bersikeras untuk mengambil uang itu. Maka tak ayal sosok gadis mungil di hadapannya akan berubah menjadi monster yang menyeramkan.
"Baiklah! Beri aku sedikit saja, aku sudah tidak membeli barang itu lama sekali!" kali ini kembali ia memohon.
Lueina Elizabeth Philips tiba-tiba menggeber gas motornya hingga terdengar suara bising knalpot memekakan telinga. Asap tampak mengepul di belakang motor gadis itu. Wajah Howard berubah pucat.
"****!" umpat pria itu. Tampaknya ia salah bicara.
"Run Howard!" seru Luein memerintah yang kini berganti panggilan menjadi Eliz.
Mau tak mau pria berambut coklat itu lari tunggang langgang. Eliz memacu motornya, sesekali ia nyaris menabrak tubuh pria itu.
Howard adalah salah satu joki event balap liar yang sering diselanggarakan oleh pihak-pihak perusahaan untuk pencucian uang.
Eliz atau Luein bertemu secara tidak sengaja disebuah cafe, di mana gadis itu bekerja sebagai pelayan.
Sudah nyaris empat tahun ia menggeluti balap liar, uang hasil kemenangannya digunakan untuk keperluan kuliah juga hidup sehari-hari.
Gadis itu seperti anak yang terbuang. Eliz hanya dua kali mendapat kiriman bulanan, selanjutnya, ia harus banting tulang guna mencukupi semua kebutuhannya.
Semenjak ia pergi dari rumah dan memutuskan untuk tinggal di asrama putri. Ia putus komunikasi dengan keluarganya.
Waktu itu ia masih dibiayai hingga lulus. Namun ketika ia masuk kuliah, hanya dua bulan saja uang itu masuk ke rekeningnya.
Eliz atau Luein sama sekali tidak mengetahui jika saudara kembarnya Louis telah mengakhiri hidupnya sendiri.
Eliz mengendarai motor trail ke apartemennya. Usai memarkirkan motornya dengan benar di basemen. Gadis itu menggunakan lift untuk naik ke unitnya.
Setelah mengunci pintu, gadis itu melepas hoodie lalu membaringkan tubuhnya ke ranjang kecil.
Sebuah helaan napas panjang terdengar dari mulut gadis itu. Ia baru saja menyelesaikan hutangnya.
Membayar uang semester dan sewa apartemen hingga tiga bulan mendatang. Sedikit lega karena hadiah uang yang ia menangkan cukup banyak dan ada sisanya.
Eliz melepas rambut hitam kecoklatan yang tadi ia gulung. Tampak rambut itu tergerai indah sepinggang.
Gadis itu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang hanya ada shower saja. Sungguh gadis itu ingin berendam di air hangat. Tapi, jika ia pindah ke apartemen yang menyediakan bathub di toiletnya, pasti harganya mahal. Dan Eliz harus berhemat untuk itu.
Hanya butuh waktu lima belas menit ia sudah merasa segar. Gadis itu keluar dari kamar mandi hanya mengenakan bathrope pink-nya.
Setelah memakai pakaian dalam lengkap. Eliz mengambil lingeri warna hijau pupus. Nampak lekuk tubuhnya yang seksi. Kulit putih tanpa cacat. Sempurna dipadu dengan wajah cantik jelita.
Gadis itu merebahkan badannya yang penat. Seraut wajah tiba-tiba melintas.
"Mama!" Panggilnya dengan suara parau.
Gadis itu merindukan ibunya. Tanpa sadar, Eliz tertidur sambil menangis.
Sedang di tempat lain. Sosok wanita cantik terbangun sambil memanggil nama putrinya.
"Luein!"
Deon ikut terbangun ketika sang istri berteriak.
"Ada apa, Wina? Kau mimpi buruk?" Tanyanya dengan suara mengantuk.
Terdengar napas Ludwina yang terengah-engah. Wanita itu mengelus dadanya.
"Wina!" Panggil Deon mensejajarkan tubuh dengan istrinya.
"Aku tidak apa-apa, Sayang. Kau tidurlah lagi!" ujar Ludwina menenangkan suaminya.
"Sayang?" Wina memandang wajah suaminya.
Sebuah kecupan Ludwina berikan pada bibir suaminya.
"Tidak apa-apa. Tidurlah kembali," ujar Wina usai melepas ciumannya.
Deon mengelus wajah cantik sang istri. Pria itu menatap netra biru yang sama dengannya.
Semenjak Ludwina berlutut dan memohon ampun akibat kesalahannya. Pria itu jatuh cinta.
Unik memang. Tapi, Deon mengingat betapa hatinya hancur ketika mendapati sang istri berlutut meminta maaf.
"Maafkan aku. Aku mohon!" ujar Wina kala itu sambil menangis tersedu.
"Apa yang kau lakukan!" seru Deon sambil ikut berlutut.
Tangan pria itu menahan bahu sang istri yang hendak bersujud padanya. Deon merasa jantungnya berdetak begitu cepat. Bahkan ia terpesona melihat netra basah Ludwina.
Pria itu meyakini jika ia jatuh cinta untuk pertama kalinya. Semenjak kejadian itu, wajah Ludwina tak lepas dari ingatannya.
Bahkan bibir yang tiba-tiba ia kulum waktu itu, kini menjadi candunya.
Deon ******* bibir Wina dengan rakus.
Mereka saling berciuman sangat lama, hingga keduanya berhenti saat kehabisan pasokan udara.
Kening mereka menyatu. Jantung keduanya juga berdetak dengan kencang. Rona wajah Ludwina begitu mempesona Deon.
"Oh ... Sayangku. Jangan khawatir. Kita akan menemukan Luein segera!' ujar Deon mesra.
Ludwina mengangguk. Sudah nyaris dua minggu mereka mencari keberadaan putri mereka.
Namun keberadaan Lueina Elizabeth Philips seperti ditelan bumi. Bahkan asrama tempatnya dulu sekolah tidak mengetahui kemana gadis itu berada.
Hal ini membuat Deon menutut asrama tersebut. Karena sepengetahuannya. Semestinya asrama pendidikan mengurus langsung kemanapun peserta didik mereka mendaftar untuk melanjutkan perkuliahan.
Setelah diselidiki, ternyata ada penggantian kepengurusan selama masa kelulusan Lueina waktu itu. Hingga data para peserta didik tidak terback-up oleh pihak asrama.
Deon mengerahkan semua usaha untuk menemukan putrinya. Hingga menyewa detektif swasta untuk menemukannya.
Bersambung
Ketemu nggak yaa?