Di saat membutuhkan uang tambahan, Roro yang bekerja sebagai perawat mendapat tawaran pekerjaan untuk mengasuh anak yang menderita kanker darah.
Tidak disangka anak itu adalah anak direktur rumah sakit tempat Roro bekerja.
"Ternyata pak direktur adalah duda!" seru Roro.
Direktur sekaligus dokter bedah itu tidak pernah dikabarkan sudah menikah, lantas bagaimana sudah menjadi seorang duda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semakin Dekat
Keesokan paginya, Chila bangun duluan karena merasa ingin buang air kecil. Namun, gadis kecil itu terkejut ketika melihat Roro dan Armon yang mengapit tubuhnya di tengah.
Ternyata semalam setelah merenung sendirian, Armon ingin mengecek nyamuk di dalam tenda sebelum dia masuk ke dalam rumah.
Tapi, pada saat itu Chila mengigau yang membuat Armon berbaring di samping putrinya.
Karena lelah dan mengantuk akhirnya Armon tertidur di dalam tenda.
"Jadi, semalaman aku tidur dengan suster dan daddy?" gumam Chila dalam hatinya.
"Apa ini bagian dari konsep kemping?"
Anak itu ingin membangunkan keduanya tapi Chila sudah tidak tahan untuk buang air kecil. Pada akhirnya Chila keluar dari tenda untuk masuk ke dalam rumah.
Kini tersisa Roro dan Armon yang masih tertidur di dalam tenda.
Udaranya semakin dingin membuat alam bawah sadar Roro mencari selimut untuk menutupi tubuhnya.
"Nona Chila, ayo berbagi selimut," gumam Roro tanpa membuka matanya. Tangannya terus meraba tapi justru mendapati sebuah bantal yang keras.
"Apa ini?"
Roro akhirnya mendekat dan mencoba terus meraba bantal yang keras tapi hangat itu.
Refleks gadis itu memeluk bantalan itu sesuka hatinya.
"Hangat dan wangi," gumam Roro seraya melingkarkan tangan dan kakinya.
Tentu saja hal itu langsung membuat Armon terbangun.
"Astaga," Armon merasa terkejut karena tertidur dalam tenda dan dipeluk Roro bagaikan guling seperti itu.
Pelan-pelan Armon menjauhkan tangan Roro tapi gadis itu justru memeluknya dengan erat.
"Suster Roro..." panggil Armon supaya gadis itu bangun.
Namun, Roro justru semakin menjadi-jadi.
"Ya ampun ternyata guling hangat ini bisa berbicara," gumam Roro setengah sadar.
"Pintar lagi, bagaimana tahu namaku?"
Seketika Roro mencoba membuka matanya dan hal yang pertama kali dilihatnya adalah wajah Armon yang sangat dekat sekali dengan wajahnya.
Roro buru-buru melepaskan lelaki itu dan menahan teriakannya, pasti sekarang dia sedang bau mulut karena belum sikat gigi.
Gadis itu menutup mulut dengan kedua tangannya lalu berdiri dan membungkuk seolah minta maaf.
Lagi-lagi tindakan impulsif Roro itu membuat Armon menggelengkan kepalanya.
Roro keluar dari tenda dan berlari masuk ke dalam, dia harus membersihkan diri dan meminta maaf pada Armon dengan cara yang benar.
"Bodoh, bodoh, bodoh," Roro merutuki dirinya sendiri.
Walaupun begitu, dia harus tetap bekerja dengan profesional.
Setelah mandi dan segar kembali, Roro mencari Chila untuk melakukan pekerjaannya.
"Apa suster tidur dengan nyenyak semalam?" tanya Chila.
"Ya, hidupku sudah terbiasa dengan mode survival jadi tidur di manapun pasti sangat pulas," jawab Roro. Dia masih memikirkan kejadian tadi pagi.
"Survival?" Chila tertawa mendengarnya. "Pasti hidup seperti itu sangat menyenangkan!"
"Menyenangkan apanya? Saya hidup sambil dikejar hutang jadi harus berlari kesana kemari, sembunyi dengan jantung berdebar karena takut dipukul," jelas Roro lebih detail.
"Tapi, bukankah hal itu menantang?" tanya Chila yang merasa hidup Roro menguji adrenalin.
"Menantang saking menantangnya sampai bisa menjadi juara benteng Takesi," jawab Roro tanpa beban.
Chila selalu tertawa mendengar jawaban dari suster barunya itu, ternyata semakin mengenal Roro, dia semakin menyukainya.
Anak itu lebih suka cara Roro yang ceplas-ceplos dan tidak jaga image, walaupun suster itu suka ceroboh.
"Ayo, kita sarapan! Pasti daddy sudah menunggu kita!" ajak Chila kemudian.
"Sebentar, Nona..." Roro memegang dadanya karena harus memastikan penyakit komplikasi dudanya tidak kambuh.