Ana, istri yang ditinggal merantau oleh suaminya. Namun, baru beberapa bulan ditinggal, Ana mendapatkan kabar jika suaminya hilang tanpa jejak.
Hingga hampir delapan belas tahun, Ana tidak sengaja bertemu kembali suaminya.
Bagaimana reaksi suaminya dan juga Ana?
Yuk, ikuti kisahnya dalam novel berjudul AKU YANG DITINGGALKAN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertandang Kerumah Ana
"Mbak, masuk lah ..." perintah Ana.
"Ja-jadi, abangmu pelakunya?" tanya Rima dengan mata berkaca-kaca.
"Maafkan aku mbak, aku juga baru tahu dari Arkan." jelas Ana.
Dan mulai lah dia bercerita bagaimana dia bisa tahu semuanya. Dan Ana juga memberitahu Rima, jika ingatan Sahil telah kembali.
Anak Firman dan Jefri hanya bisa menunduk malu. Mereka tidak berani angkat kepala, apalagi bicara. Karena sadar, akan kesalahan orang tuanya.
"Kayla, mereka disini ibu yang minta. Karena memilih untuk tidak bersama ayah mereka lagi." jelas Ana.
Rima sendiri meminta Arkan untuk mengantarnya ke balai desa. Dia ingin melihat keadaan Firman dan Jefri yang berada disana.
Sampai disana, emosi Rima pun membuncah. Dia mendekati lelaki yang masih terikat sambil berdiri dan langsung memukul dada Jefri.
Yang Jefri yang sedang tertidur langsung memekik kesakitan. Dan membuat Firman terkejut.
"Apa yang kamu lakukan?" teriak Jefri.
"Kamu masih bertanya? Hah?" Rima malah melakukan itu lebih keras.
Arkan dan suaminya malah membiarkan Rima meluapkan emosinya. Lagipula pantas untuk kedua lelaki itu mendapatkannya.
Setelah puas menghajar Jefri. Kini Rima mendekati Firman. Sontak Firman ingin lari. Namun percuma, karena tubuhnya terikat dengan erat. Sulit baginya untuk melepaskannya.
"Aku mohon, tolong maafkan aku ..." mohon Firman.
"Dan adikku pasti pernah meminta hal yang sama bukan?" balas Rima dingin.
Kemudian dia juga meluapkan emosinya pada Firman. Seakan-akan suara jeritan menambah kekuatan untuknya.
"Udah ya, udah ... Mereka sudah mendapatkan hukuman atas perbuatan mereka." bisik suami Rima mendekat. Dia pun memeluk istrinya itu, seakan mentransfer kekuatan padanya.
"Gara-gara mereka, gara-gara mereka ibuku memendam rindu yang teramat sangat pada putra semata wayangnya. Gara-gara mereka adikku meninggalkan istri serta anak-anaknya. Aku, saksi dimana ibuku selalu menangis hampir setiap malam, karena manahan rindu itu. Mereka penyebabnya ..." teriak Rima kembali hendak memukuli keduanya. Namun, di tahan oleh suaminya.
"Sudah ya, sudah ..." bisiknya menenangkan. Bahkan, ayat-ayat suci dibisikkan olehnya.
Jefri menatap Arkan dengan tatapan nyalang. Bahkan dendam sudah tumbuh di hatinya. Dan sudah ada beberapa rencana untuk membalas Arkan. Karena gara-gara Arkan, dia kehilangan keluarganya.
Sedangkan Arkan hanya membalas tatapan Arkan dengan tenang. Jauh dalam lubuk hatinya, dia merasa jika hukuman itu belum lah setimpal dengan apa yang mereka rasakan selama ini.
Kayla mengunci dirinya di kamar. Menangis, itulah yang bisa di lakukannya. Dia bahkan merasa dunia tidak adil padanya. Jika sepupu-sepupu pihak ibunya kehilangan ayah. Tapi, setidaknya mereka pernah merasakan bagaimana hangatnya sebuah keluarga. Sedangkan dia? Bahkan, dia tidak tega menyuruh ibunya untuk kembali pada ayahnya. Bukankah, ibunya sudah menolak Sahil dengan tegas?.
Di tempat lain, Sahil termenung. Bayangan Ana selalu memutar di kepalanya. Bahkan sekarang, rasa cinta yang sebelumnya membara untuk Kinan kini mulai mengikis.
"Besok kita pergi jam berapa bang?" tanya Kinan meletakan secangkir kopi di samping Sahil.
"Bang ..." ulang Kinan.
Namun, hati dan pikiran Sahil masih tertuju pada Ana. Pada perlakuan manisnya.
Ana memang selalu menyempatkan bermanja pada Sahil. Bahkan Ana pun, kerap kali menggoda Sahil dengan duduk di pangkuannya.
"Bang, besok ke rumah sakit jam berapa?" ulang Kinan menepuk pundak Sahil.
"Kenapa Ana?" tanya Sahil.
Kinan membelalakkan matanya.
"Maaf Kinan, tadi aku ..."
"Baiklah, aku mengerti. Besok kita pergi jam berapa?" tanya Kinan menahan perih.
Bisakah, dia berharap jika ingatan Sahil tidak pernah kembali? Karena dengan begitu, rasa cinta yang terpancar dimata Sahil, hanya tertuju padanya. Bukan seperti ini, bahkan dia hanya menemukan setitik rasa cinta. Bukan, lebih tepatnya rasa kasihan.
Mungkin saja, Sahil mau mempertahannya hanya karena Nara. Bukan lagi rasa cinta yang menggebu-gebu seperti kemarin.
"Biar aku pergi dulu, untuk ambil nomor antri. Nanti siangnya aku jemput kamu." balas Sahil.
"Kenapa kita gak pergi sama-sama aja, seperti sebelumnya?" tanya Kinan.
"A-aku hanya tidak ingin Nara kecapean ..." balas Sahil.
"Baiklah ..." lirih Kinan.
Padahal, setelah mengambil nomor antri. Sahil ingin ke rumah Ana. Karena rasa rindu sudah tidak bisa di tahannya lagi.
Besoknya, polisi baru datang ke kampung Ana. Mereka di telpon oleh RT. Dan melaporkan jika kedua lelaki yang sudah babak belur itu adalah pemerkosa.
Polisi pun tidak bisa melakukan apapun. Mengingat Firman dan Jefri di amuk masa. Dan tidak bisa menyalahkan RT, karena beliau pun pasti takut pada warga sendiri.
Dibawah serokan dan tatapan penuh intimidasi dari warga. Firman dan Jefri dibawa ke mobil polisi. Tak lupa, tangan mereka di borgol.
Firman terus saja mencari-cari istri dan anaknya di kerumunan warga. Namun, tidak satupun dari mereka yang datang menjenguknya.
Walaupun pedih, dia mencoba menerima kenyataannya. Menyesal, namun semua percuma. Bahkan saat melakukan perbuatan kotor, tidak ada penyesalan dihatinya.
Jefri pun sama, dia berharap istrinya hadir dan memeluknya. Akan tetapi sampai mobil yang membawanya keluar dari kampung, saat istri juga tidak terlihat sama sekali.
"Kamu tunggu Arkan, akan aku pastikan jika nanti aku keluar. Kamu tidak akan pernah bisa merasakan yang namanya bahagia." umpat Jefri.
Sahil sudah mendaftar Nara untuk kontrol di rumah sakit. Kebetulan, dokter masuk ruang poli di siang hari. Jadi, dia akan menghabiskan waktu bersama Ana. Karena menurutnya, Ana masih lah istrinya. Karena belum ada talak yang jatuh dari mulutnya.
Suami tidak memenuhi nafkah lahir maupun batin selama 3 bulan lamanya dan karena perbuatan tersebut istrinya tidak ridho serta mengajukan gugatan cerai, maka sudah jatuh talak. (sumber google)
*Jika salah, mohon direvisi*
Mungkin selama Ana belum mengetahui jika Sahil belum menikah dengan wanita lain. Ana ridho. Bahkan dia tidak memasalahkan hal itu, karena baginya yang penting Sahil selamat, dimana pun dia berada.
Namun, semua itu berubah kala mengetahui jika Sahil sudah menikah. Dia bahkan tetap menyalahkan Sahil, walaupun dia lupa ingatan.
Karena baginya Sahil tetap salah, sebab telah menduakannya.
Begitu sampai di rumah Ana. Lagi-lagi Sahil dibuat kagum, karena rumah yang pernah ia tinggali masih sama, seperti saat dia tinggalkan dulu. Hanya, ada beberapa penambahan.
"Secinta inikah, kamu padaku? Sampai rumah kita pun, tidak banyak berubah." gumam Sahil.
Tanpa di ketahui, sepeninggalannya, kehidupan Ana dalam kesusahan. Baginya yang penting anak-anak cukup dalam makanan dan juga dalam mereka mencari ilmu.
Lagian mencari uang, bukan hal yang mudah bagi Ana. Makanya, dia memilih menyekolahkan anak-anaknya dan memastikan kebutuhan sang anak tercukupi terlebih dahulu.
Dengan langkah tegap, Sahil pun memasuki halaman rumah Ana. Dan dia langsung memberi salam ketika sampai di pintu depan.
"Kebetulan sekali ayah ada disini. Mari kita kekantor polisi, dan membuat laporan atas percobaan pembunuhan oleh uwak." ajak Arkan, karena kebetulan dia lah yang membuka pintu.
Pupus sudah harapan Sahil, niat hati ingin menghabiskan waktu bersama Ana. Ternyata, Arkan malah punya rencana.
Mau menolak, rasanya sungkan. Lagipula dia juga tidak mempunyai keberanian.
Namun, senyumnya kembali terbit saat melihat Ana dan Kayla juga keluar secara bersamaan. Walaupun anak gadisnya, tetap enggan memandang kearahnya.
ana yg tersakiti,Kinan yg menikmati
dan si Jefri dan firman perlu di ruqyah 😁😁