NovelToon NovelToon
Wanita Gemuk Istri Komandan

Wanita Gemuk Istri Komandan

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / One Night Stand / Konflik etika / Pernikahan Kilat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:29.2k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Netha Putri, wanita karir yang terbangun dalam tubuh seorang istri komandan militer, Anetha Veronica, mendapati hidupnya berantakan: dua anak kembar yang tak terurus, rumah berantakan, dan suami bernama Sean Jack Harison yang ingin menceraikannya.

Pernikahan yang dimulai tanpa cinta—karena malam yang tak terduga—kini berada di ujung tanduk. Netha tak tahu cara merawat anak-anak itu. Awalnya tak peduli, ia hanya ingin bertanggung jawab hingga perceraian terjadi.

Sean, pria dingin dan tegas, tetap menjaga jarak, namun perubahan sikap Netha perlahan menarik perhatiannya. Tanpa disadari, Sean mulai cemburu dan protektif, meski tak menunjukkan perasaannya.

Sementara Netha bersikap cuek dan menganggap Sean hanya sebagai tamu. Namun, kebersamaan yang tak direncanakan ini perlahan membentuk ikatan baru, membawa mereka ke arah hubungan yang tak pernah mereka bayangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Suasana Baru

Pagi itu, suasana rumah terasa lebih hidup. Netha menyiapkan bubur ayam di atas meja makan dengan rapi. Tiga mangkuk bubur ayam, dua dengan porsi sedang untuk El dan Al, dan satu porsi kecil untuk dirinya sendiri. Netha duduk di kursinya, menunggu kedua anak kembar itu.

“El, Al, sini makan!” panggil Netha dengan suara ramah, yang cukup berbeda dari biasanya.

Kedua anak itu berjalan mendekat dengan langkah pelan, masih canggung di sekitar wanita yang mereka panggil mama. Mereka duduk di kursi masing-masing dan menatap bubur di depan mereka. Sebelum mereka menyentuh sendok, Netha bertanya, “Kalian sudah cuci muka dan gosok gigi belum?”

El dan Al langsung menatap Netha dengan wajah polos. “Sudah,” jawab keduanya hampir bersamaan.

“Bagus. Kalau begitu ayo makan.” Netha tersenyum kecil sambil mulai menyeruput buburnya perlahan.

Namun, perhatian Al langsung tertuju pada porsi bubur Netha yang terlihat jauh lebih kecil daripada miliknya. Al berhenti makan dan menatap mangkuk bubur Netha dengan alis berkerut.

“Itu sedikit banget,” ujar Al dalam hati, sambil mendorong mangkuknya ke arah Netha. “Ambil yang ini aja. Kalau cuma segini, nggak bikin kenyang.”

Netha mengangkat alisnya, bingung dengan sikap Al. “Hah? Kenapa malah kamu kasih punyamu ke aku?” tanyanya heran.

“Biasa kan kamu makan banyak,” jawab Al polos sambil mengambil mangkuk bubur kecil milik Netha. “Kalau yang ini sih cocoknya buat aku. Kamu ambil punyaku aja.”

Netha menahan tawa kecil sambil menggelengkan kepala. “Kali ini beda. Aku sengaja makan sedikit,” jelasnya.

“Kenapa?” tanya Al dengan bingung, sedangkan El ikut mengamati percakapan itu sambil diam.

“Aku mau diet. Mulai sekarang, aku mau turunin berat badan,” ujar Netha tegas, sambil menyendok buburnya lagi.

Al terdiam sejenak sebelum kembali fokus pada makanannya. “Hmmm, aneh,” gumamnya pelan.

Netha hanya tersenyum sambil mengabaikan komentar Al. Suasana makan pagi itu cukup tenang meskipun sesekali terdengar suara sendok beradu dengan mangkuk. Setelah mereka selesai makan, Netha menatap keduanya dan berkata, “Ayo, sekarang bersihkan meja makan dan bekas makannya masing-masing.”

El dan Al memandang Netha, agak kaget. “Sendiri?” tanya El dengan datar.

“Ya, dong. Masa semuanya aku yang bersihin?” sahut Netha sambil berjalan ke dapur. Ia mengambil sebuah kursi kecil dan meletakkannya di dekat wastafel. “Ini buat kalian. Kalau wastafelnya ketinggian, pakai ini supaya bisa sampai.”

El dan Al saling berpandangan sejenak. Namun, entah kenapa, mereka akhirnya menurut. Mungkin karena sikap Netha yang terdengar serius tapi tidak galak. Keduanya berdiri, membawa mangkuk masing-masing, dan mulai mencuci di wastafel kecil itu. Netha memperhatikan mereka dari kejauhan dengan senyum samar.

“Harus mulai mandiri,” gumamnya dalam hati. “Kalau aku benar-benar pergi nanti, mereka nggak boleh manja. Karena nanti akan tinggal bersama papa nya.”

Setelah meja makan bersih, Netha kembali memberi instruksi. “Sekarang, bersihkan kamar kalian. Kalau bisa, rumah ini sekalian, ya. Sapu, pel, dan kalau perlu, taman depan juga.”

El dan Al menatapnya dengan mata melebar. “Semua?” tanya Al dengan nada protes.

“Iya, semua. Masa cuma aku yang kerja?” jawab Netha sambil menyilangkan tangan di dada. “Kalian harus belajar bekerja sama, biar rumah ini bersih. Hitung-hitung olahraga pagi, kan?”

Keduanya diam, tidak bisa membantah. Akhirnya, El dan Al mulai bergerak. Mereka membagi tugas dengan cepat. El membersihkan ruang tamu, sementara Al menyapu dan mengepel bagian kamar mereka. Setelah itu, keduanya bergantian merapikan taman depan rumah.

Netha memperhatikan mereka sambil ikut membersihkan dapur dan membersihkan kulkas dan di dalamnya, sesekali memberikan arahan kecil. Sekeras apapun keduanya bekerja, Netha tetap merasa harus mendidik mereka menjadi anak-anak yang mandiri. Ia tahu, mungkin waktunya tidak akan lama di sini.

Setelah hampir dua jam bekerja, El dan Al akhirnya duduk di sofa dengan wajah lelah. Nafas mereka terengah-engah, namun ada kepuasan kecil di wajah mereka. Netha yang melihatnya hanya tersenyum kecil.

“Capek, ya?” tanya Netha sambil membawa dua gelas air dingin.

El dan Al langsung mengambil gelas itu dan meminumnya dengan cepat. “Capek banget,” keluh Al sambil menyandarkan punggungnya di sofa.

“Bagus. Capek itu tanda kalian kerja keras. Kalau setiap hari seperti ini, rumah akan selalu bersih,” kata Netha sambil tertawa kecil.

El memutar matanya, sementara Al hanya cemberut. Namun, tidak ada kata protes yang keluar dari mulut mereka.

“Sekarang mandi. Habis mandi, kita pergi,” ujar Netha sambil berdiri.

“Pergi ke mana?” tanya El, yang akhirnya membuka suara.

“Supermarket. Aku mau belanja kebutuhan rumah. Kalian ikut, nggak?”

Keduanya saling berpandangan, lalu mengangguk. “Ikut,” jawab mereka serempak.

Namun, sebelum mereka beranjak, Netha tiba-tiba berkata sambil tersenyum jahil, “Atau… kalian mau aku yang mandiin?”

El dan Al langsung menoleh dengan wajah kaget. Wajah mereka memerah hingga ke telinga, membuat Netha tak bisa menahan tawanya. “Nggak mau!” seru Al sambil buru-buru berdiri.

“Kami bisa sendiri,” sambung El cepat, lalu menarik tangan adiknya menuju kamar.

Netha masih tertawa kecil melihat reaksi kedua anak itu. “Ya udah, buruan mandi. Aku tunggu di sini.”

El dan Al segera masuk ke kamar mereka dan menutup pintu dengan cepat. Dari balik pintu, Netha bisa mendengar suara kecil mereka yang saling mengomel. “Kenapa wanita itu jadi kayak gitu, sih?” gumam El.

“Entahlah. Dia aneh hari ini,” sahut Al.

Netha hanya menggelengkan kepala sambil berjalan ke kamarnya yang terletak tepat di sebelah kamar anak-anak. Ia masuk ke dalam, membuka lemari, dan memilih pakaian yang lebih nyaman untuk pergi ke supermarket. Dalam waktu singkat, ia sudah bersiap dengan pakaian sederhana namun rapi.

Netha duduk di sofa ruang tamu sambil memainkan ponselnya. Di layar ponsel, ia membuka aplikasi catatan, mengecek daftar barang-barang yang akan ia beli di supermarket nanti.

Gorden baru

Taplak meja

Peralatan masak

Persediaan dapur

Sabun mandi, sampo, dan perlengkapan mandi lainnya

Sambil menatap daftar itu, Netha menghela napas panjang. “Banyak banget yang harus dibeli,” gumamnya. Namun, ia merasa puas. Setidaknya, hidup barunya ini sudah mulai memiliki tujuan.

Dari kamar sebelah, suara langkah kaki terdengar. El dan Al akhirnya keluar dari kamar mereka, kini sudah bersih dan berpakaian rapi. Wajah keduanya masih agak malu, terutama setelah digoda tadi pagi.

“Kalian udah siap?” tanya Netha sambil berdiri.

Keduanya mengangguk, meskipun masih terlihat canggung.

“Ya udah, ayo kita berangkat,” ujar Netha sambil tersenyum tipis.

Mereka bertiga akhirnya berjalan keluar rumah. Di benak Netha, ia tahu bahwa perjalanannya masih panjang. Namun, untuk saat ini, ia ingin menikmati momen kecil seperti ini. Setidaknya, itulah harapan Netha.

 

To Be Continued…

1
nadira ST
kalah sama anak SD sean, gak berani sama cewek
sahabat pena
Luar biasa
Uthie
lanjut 💪🤗
Putra Satria
/Smirk//Smirk//Smirk//Smirk/up lagi/Kiss/banyak banyak ya/Whimper/
Uthie
sukkkkaaa 👍
Wiecipa Wicipha
bagus ceritanya......semangat updatenya thor.../Rose//Rose/
Wiecipa Wicipha
suka ceritanya,.../Rose//Heart//Good/
Ida Rohani
😍hye hye😍hore up banyak banyak 😍ya thor /Heart//Kiss//Kiss//Pray//Pray//Pray//Rose/
Narti Narti
terimakasih thor 🙏🏻🙏🏻🙏🏻 luar biasa
Uthie
Hahahaa.. komandan sekali pun akan kalah dengan pawangnya
Moh Rifti
/Rose//Rose//Heart//Heart/
Moh Rifti
lanjutt/Kiss//Kiss/
Uthie
harusnya begitu Sean... cuma masalah nya Netha nya mau gak tetap bersama? 😁
Ida Rohani
next lagi dong thor /Whimper//Pray//Pray//Pray//Pray/
rahmiwahyuni
mental mu di jaga pak komandan panas2 bukan panas hari tapi panas hati
Sulati Cus
siapkan mentalmu komandan banyak kumbang di mall😂
Ida Rohani
next next next next next next next next next next next terus thor /Casual/
Ida Rohani
🙄hmn🤔siap siap di buat🤗melongo😲ama fans nya istrinya pak bojo😅🤣😂di bikin panas/Awkward//Angry/😠/Joyful//Joyful//Determined//Angry//Determined/😍😘
Uthie
nice 👍🤗
Moh Rifti
/Determined//Determined//Kiss//Kiss/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!