🏆NOVEL PLATINUM🏆
Xiao Shuxiang, seorang remaja yang tinggal di sebuah Desa terpencil dekat pegunungan Lima Jari. Saat ia dan beberapa temannya pulang berburu, Desa tempat tinggalnya habis terbakar dan kedua orang tuanya ikut meninggal dalam peristiwa tersebut.
Semenjak kedua orang tuanya meninggal, ia diasuh oleh seorang Tetua dari Sekte Naga Hitam. Ia juga dianggap sebagai anak angkatnya dan menjadi bagian dari Sekte Naga Hitam. Hanya saja sangat disayangkan ternyata Xiao Shuxiang tidak memiliki bakat yang bagus untuk menjadi kultivator.
Namun lewat sebuah peristiwa naas, ia berhasil menemukan rahasia kalung giok pemberian ayahnya. Dari sana pula, ia mendapatkan teknik kultivasi yang mengguncang dunia. Anehnya, giok tersebut ternyata memiliki hubungan yang erat dengan Naga pelindung Sekte tempat dimana Xiao Shuxiang berada.
Lalu siapakah jati diri Xiao Shuxiang yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Lim's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belum Sesuai Harapan
Saat di dalam perpustakaan tadi, Xiao Shuxiang baru sebatas memahami teknik beladiri pukulan Halilintar yang kini berada di tangannya, sekarang sudah waktunya bagi dirinya untuk mengembangkan pemahamannya lebih jauh dengan mempraktekkannya secara langsung.
Kekuatan petir dan giok peninggalan ayahnya memunculkan cahaya kehitaman yang telah membungkus tubuh serta pikirannya. Kini Xiao Shuxiang seperti orang baru yang memiliki tingkat pemahaman hingga di luar nalar orang lain. Kitab rusak di tangannya dapat ia sempurnakan dengan melihat bagian-bagian tersembunyi serta menghubungkan satu dan yang lainnya dengan cepat.
Hanya sekali pandang, ia bisa memahaminya dengan disertai beberapa pertimbangan untuk menyempurnakan bagian terumit sekalipun. Secara kebetulan juga, Teknik Pukulan Halilintar yang ia temukan itu tampak tidak asing dengan gerakan-gerakan yang terpatri di dalam kepalanya. Xiao Shuxiang merasa seseorang telah meninggalkan sesuatu dan mencoba membimbingnya dengan diam-diam.
"Teknik ini benar-benar sangat kuat" gumam Xiao Shuxiang dengan mata berbinar.
Setelah mengulang dan meyakinkan tidak ada kesalahan, ia pun berdiri dan bersiap mempraktekkan teknik yang memang berada di tingkat bumi tersebut.
Awalnya gerakan Xiao Shuxiang terlihat sangat kaku namun setelah beberapa kali mencoba mulai meresapi setiap gerakan yang ia pelajari.
"Pukulan Halilintar"
Xiao Shuxiang mengarahkan tinjunya ke salah satu batu besar yang berdiri kokoh seolah menantangnya. Dari lengannya terdapat cahaya berwarna keunguan akibat dari lonjakan Qi yang menyembur ganas dari dalam tubuhnya.
"Kraaakkkk"
Saat tinju Xiao Shuxiang mendarat di permukaan batu besar tersebut, udara bergetar dan menimbulkan bekas retakan yang menyebar seperti jaring laba-laba.
Xiao Shuxiang menarik tangannya dan menggeleng saat melihat hasil pukulannya tersebut. Sebelumnya ia berpikiran jika dampak dari pukulannya tersebut akan mengubah batu raksasa di depannya menjadi serpihan debu.
"Sepertinya aku harus lebih banyak berlatih" gumam Xiao Shuxiang tanpa mengendurkan semangatnya.
Walau bagaimanapun ia menyadari sehebat apapun tekniknya, namun tanpa terbiasa melakukannya maka hasil yang sempurna akan sulit dicapai jika hanya mengandalkan ekpektasi saja.
Selama beberapa jam berikutnya, Xiao Shuxiang pun berlatih keras memaksimalkan potensi tenaga dalamnya. Dari satu batu besar ke batu besar lainnya, ia terus-menerus mencoba pukulan terbaiknya. Hingga dalam waktu tersebut, kerusakan yang ditimbulkannya pun tidak terbayangkan seperti baru saja terjadi perkelahian besar.
"Kenapa aku begitu bodoh, bukankah teknik ini dinamakan Pukulan Halilintar? Seharusnya aku memiliki elemen petir terlebih dahulu seperti yang tergambar dalam benakku" ucap Xiao Shuxiang setelah bajunya basah dengan keringat.
Xiao Shuxiang memang memiliki kekuatan yang berbeda dengan teman-temannya yang berada di ranah yang sama. Namun ia masih berada di ranah Pondasi Qi, jadi sepertinya hal yang ia butuhkan adalah peningkatan ranah kultivasinya menjadi beberapa tingkat lagi.
"Huh..."
Xiao Shuxiang menarik napas dalam-dalam, hari menjelang sore saat ia menengadahkan kepalanya ke atas langit. Ia memutuskan untuk berhenti melakukan latihan dan melanjutkannya di hari berikutnya setelah memastikan kekuatan internalnya melonjak.
Meski belum berhasil mengubah batu menjadi debu, namun gerakannya sudah semakin halus dan terlihat sempurna. Jika saja ada ahli beladiri yang melihat kemajuan Xiao Shuxiang ini, maka mereka akan membeku di tempat menahan keterkejutannya.
Selain tidak akan ditemukan kemampuan kultivator di tingkat Pondasi Qi yang mampu menghancurkan batu besar, tidak dapat dipercaya juga sebenarnya jika seorang murid luar mampu memahami teknik beladiri tingkat Bumi.
Sedangkan untuk teknik satunya lagi, Xiao Shuxiang tidak mengalami kesulitan berarti. Teknik Telapak Tangan Penghancur Gunung sudah bisa ia kuasai dengan baik, bisa dikatakan jika teknik telapak tangan penghancur gunung merupakan miniatur dari Pukulan Halilintar yang membutuhkan energi tambahan berupa elemen guntur.
Jika melakukan pertarungan dengan kultivator biasa, maka Xiao Shuxiang bisa dengan mudah mengalahkan mereka dengan mengandalkan teknik telapak tangan penghancur gunung. Jurus tangan kosong tersebut juga mampu menciptakan kehancuran dalam radius beberapa meter dan sanggup membunuh beberapa orang hanya dalam satu serangan.
Xiao Shuxiang menceburkan dirinya yang sudah bau keringat tersebut, air yang mengalir dari air terjun tersebut menyejukkan hati dan pikirannya kembali. Ambisinya yang ingin menjadi kuat dalam waktu singkat itu seperti mereda kembali, membuatnya harus melangkah tahap demi tahap dalam pencapaian seni beladiri.
Dengan tatapan penuh keyakinan, ia tentu hanya tinggal menunggu untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam peningkatan tenaga dalamnya. Hal itu juga yang menjelaskan tentang mengapa tenaga dalam dibagi-bagi sesuai tingkatan yang dicapai oleh seorang pembudidaya energi.
Cahaya sinar matahari sore membentuk pembiasan cahaya berwarna warni, membuat Xiao Shuxiang kembali teringat dengan Desa terpencil tempat ia dilahirkan. Desa yang merupakan tempat bermainnya itu telah menjadi sejarah kelam di Pegunungan Lima Jari, tidak ada pihak yang berani mengungkitnya hingga sekarang.
"Ayah, ibu.. Aku berjanji akan berlatih semakin giat. Aku juga bersumpah akan menghancurkan orang-orang yang telah memisahkan kebersamaan kita" ucap Xiao Shuxiang sambil menitikkan air mata, bercampur dengan tetesan air terjun yang menerpa bebatuan di dekatnya.
***
Di paviliun Tetua ketiga, kabar terlukanya salah seorang murid luar di tempat itu membuat kegemparan. Remaja berbaju hijau yang sebelumnya terluka serius di bagian lengannya tampak mengadu tanpa daya, dengan dikuatkan beberapa orang yang menjadi saksi ia mengatakan jika semuanya terjadi karena perbuatan Xiao Shuxiang.
Mendengar hal ini, Lin Fan dan juga Lin Bao tertegun. Raut wajah mereka terlihat jelek karena sulit percaya dengan apa yang dikatakan oleh rekan mereka.
Meskipun remaja berbaju hijau tersebut memiliki kekuatan yang lebih rendah dari mereka berdua, namun sangat mustahil seorang sampah seperti Xiao Shuxiang mampu melakukan perbuatan seperti yang saat ini mereka saksikan sendiri.
"Bukankah seharusnya ia sudah tewas?" tanya Lin Bao dengan hati-hati kepada saudaranya.
"Aku juga berpikiran seperti itu, namun banyak orang yang melihat Xiao Shuxiang memasuki perpustakaan dengan mudah" jawab Lin Fan dengan senyum datar.
"Jika seperti itu, bisa saja Tetua keempat memberikan kelonggaran untuk Xiao Shuxiang demi kedekatan hubungan Tetua kedua dengan Tetua keempat" ujar Lin Bao mencoba menganalisa kejadian yang baru saja terjadi.
"Entahlah, namun beberapa murid luar lainnya mengatakan jika Xiao Shuxiang memang sudah berhasil menerobos ke tingkat akhir Pemurnian Qi" balas Lin Fan dengan serius.
"Bukankah kamu baru saja menghancurkan dantian sampah itu?" tanya Lin Bao dengan ekspresi rumit.
Ia tentunya masih mengingat kejadian yang masih segar di ingatannya, baru kemarin ia dan saudaranya menghajar habis-habisan Xiao Shuxiang saat di pemandian umum air panas. Sehingga ia sedikit berpikir jika akibat perbuatannya tersebut telah membangkitkan kekuatan terpendam yang selama ini tertanam di dalam tubuh Xiao Shuxiang.
MUNGKIN MEREKA AKAN DIPERTEMUKAN DALAM MEMBASMI PENJAHAT