Hidup bergelimang harta, mempunyai istri yang cantik dan seorang putri yang manis tak membuat seorang Demian merasakan kebahagiaan hidupnya.
Rasa bersalahnya pada seorang wanita 8 tahun yang lalu selalu menghantui hidupnya. Wanita itu sudah berhasil mengubah hatinya yang hangat menjadi sedingin es, beku dan keras.
"Ariana, di mana kamu? aku merindukanmu sayang."
Disisi lain jauh dari ibu kota Ariana sedang bekerja keras seorang diri untuk menghidupi anaknya.
Anak yang tidak pernah mengetahui di mana sang ayah, karena 8 tahun yang lalu Ariana meninggalkan laki-laki yang sudah menyakitinya bersama janin yang tak pernah terucap.
Akan kah keduanya akan bertemu dan kembali bersama meski keadaan tidak seperti dulu lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part~26
Ariana nampak terkejut ketika merasakan lengan kokoh memeluk pinggangnya, namun ketika ia menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang berani memeluknya justru sebuah ciuman mendarat di pipinya.
"Demian, apa yang kamu lakukan di sini ?" sungut Ariana sembari berusaha lepas dari pelukan laki-laki itu.
Tapi Demian seakan menulikan pendengarannya, ia justru semakin mengeratkan pelukannya. Bahkan kini ia meletakkan kepalanya di ceruk leher Ariana.
"Biarkan seperti ini sebentar." ucapnya seraya memejamkan matanya.
"Kamu habis merokok ?" tanya Ariana, ia mencium bau rokok yang menyengat dari napas Demian.
"Sedikit." sahut Demian yang nampak masih memejamkan matanya.
"Sedikit darimana, baunya sangat menyengat. Kamu tahu kan merokok itu tidak baik buat kesehatan." gerutu Ariana dan itu langsung membuat Demian membuka matanya.
Laki-laki itu nampak mengulas senyumnya, inilah Ariana yang dia rindukan. Ariana yang selalu banyak bicara demi kebaikannya.
Ia merindukan sosok Ariana yang dulu, Ariana yang mampu meruntuhkan kesombongannya. Ariana yang banyak mengajarinya tentang kebaikan serta kesabaran yang tidak pernah orangtuanya ajarkan sebelumnya.
Bersama Ariana, Demian seakan menemukan arti hidup yang sesungguhnya.
"Dem, lepaskan. Bagaimana nanti kalau Ricko melihatnya." Ariana nampak khawatir, ia sesekali memperhatikan Ricko yang sedang tidur.
"Biarkan saja dia tahu, dia pasti senang jika melihat Ayahnya memeluk ibunya." sahut Demian.
"Dasar sinting." gerutu Ariana.
Kemudian ia nampak tersenyum jahil, lalu menginjak sebelah sepatu Demian dengan kuat hingga laki-laki itu terpekik.
Ariana langsung tertawa setelah lepas dari dekapan Demian.
"Rasain." ledek Ariana sembari berjalan menjauh.
Tapi sepertinya kesenangannya itu hanya sementara, karena Demian langsung mengangkat tubuh rampingnya yang terasa begitu ringan bagi laki-laki tersebut.
Setelah itu Demian membawanya ke sofa lalu langsung mengungkungnya di sana.
"Sepertinya kamu ingin bermain-main dengan ku, hmm ?" ucapnya seraya menatap lekat Ariana.
Ariana yang berada di bawah tubuh Demian hanya bisa menelan salivanya, apalagi kini kedua tangannya di pegang ke atas kepalanya oleh laki-laki itu.
"Aku minta maaf tadi itu cuma becanda, ku mohon jangan seperti ini bagaimana kalau Ricko melihatnya." iba Ariana, ingin sekali ia meremas wajah tampan laki-laki itu.
"Kalau minta maaf bisa menyelesaikan masalah, penjara tidak akan penuh sayang." cibir Demian.
"Oh astaga pendendam sekali, memang sakit? perasaan pelan saja aku menginjaknya." gerutu Ariana.
"Tentu saja sakit dan kamu harus mengobatinya."
"Bagaimana aku bisa mengobati kalau kamu mengurungku seperti ini." protes Ariana.
"Tentu saja dengan ini." Demian langsung mengulum bibir Ariana dengan rakus.
Ia sama sekali tak membiarkan wanita itu untuk protes dan lama kelamaan ciuman Demian semakin melembut hingga membuat keduanya di mabuk kepayang.
Kemudian Demian nampak semakin menurunkan bibirnya dan menyusuri leher jenjang Ariana.
Memberikan beberapa kecupan dan sedikit hisapan kecil di sana namun tak meninggalkan bekas dan itu membuat Ariana seakan lupa daratan.
Demian yang merasakan miliknya di bawah sana mulai memberontak, ia segera menyudahi kegiatan panasnya tersebut. Ingin sekali ia melakukan lebih dari ini, tapi nanti setelah ia menghalalkan wanitanya itu tentunya.
"Aku mencintaimu, Ariana." ucapnya kemudian sembari mengusap sudut bibir Ariana yang basah karena ulahnya tadi.
Ariana yang masih berada di bawah kungkungan Demian, nampak menatap manik laki-laki itu.
"Aku juga mencintai mu, Dem. Tapi sepertinya sampai kapan pun kita tidak akan pernah bisa bersama."
Ariana hanya bisa bergumam dalam hati, ia tidak ingin memberikan harapan palsu yang tentunya pada akhirnya akan menyakiti mereka berdua.
"Aku sesak napas, bisa lepaskan aku." ungkap Ariana pada akhirnya.
Mendengar ucapan Ariana, Demian nampak kecewa. Kenapa susah sekali mengambil hati Ariana, padahal Demian merasakan ada cinta di hati wanita itu untuknya.
Sudah beberapa kali mereka berciuman dan yang Demian rasakan bukan hanya sekedar ***** semata, tapi ada perasaan saling cinta serta rindu yang menggebu di sana.
Bahkan Demian masih mengingat jelas, percintaannya dengan Ariana malam itu. Wanita itu melakukannya bukan karena terpaksa demi uang tapi wanita itu melakukannya dengan cinta saat itu.
Bahkan Ariana selalu membalas setiap sentuhannya, seakan wanita itu juga menginginkannya. Tapi kenapa dia selalu mengelak perasaannya sendiri.
"Katakan apa kamu juga mencintaiku ?" tanya Demian ia masih saja belum melepaskan Ariana.
Di tatap Demian begitu lekat, membuat Ariana nampak salah tingkah. Sungguh ia juga sangat mencintai Demian.
Ariana langsung memalingkan wajahnya, rasanya ia tak sanggup untuk jujur dengan perasaannya. Karena pasti akan ada hati yang tersakiti.
Kisah mereka sudah lama berlalu dan biarlah sekarang berlalu, karena keadaan juga tak lagi sama. Ariana tidak mungkin menjadi penganggu rumah tangga orang lain.
Bukannya sesama wanita harus saling mendukung, meski sikapnya Monica yang begitu angkuh. Namun itu semua sudah menjadi pilihan dan takdir Demian.
Tak kunjung mendapatkan jawaban, Demian nampak menggesek-gesekkan hidung mancungnya di pipi Ariana.
Ariana yang merasa geli, langsung menjauhkan kepala laki-laki itu dari wajahnya.
"Ku mohon lepaskan aku." mohon Ariana.
Demian yang masih kesal, langsung beranjak dari tubuh Ariana. Jika cara lembut tak dapat meluluhkan hati wanita itu.
Mungkin ia akan menggunakan cara lain yang sedikit memaksa.
Ariana segera beranjak meninggalkan sofa tersebut, sembari merapikan pakaiannya yang berantakan karena ulah Demian tadi.
Setelah itu Demian langsung menyerahkan hasil tes DNA pada Ariana, bukan satu lembar namun tiga lembar dari rumah sakit yang berbeda.
"Jadi kebohongan apalagi yang mau kamu buat ?" ucap Demian.
"I-ini ?" Ariana nampak terkejut melihat hasil tes tersebut.
"Jadi ?" Demian masih menatap lekat Ariana.
"I-iya dia memang anak kamu, aku melakukan itu semua karena aku tidak ingin kamu mengambilnya dariku. Ricko hanya milikku seorang." sanggah Ariana.
"Tidak akan ada yang mengambilnya darimu sayang, kita akan merawatnya bersama." bujuk Demian.
"Aku bisa merawatnya sendiri, kamu fokus saja dengan keluargamu." tolak Ariana.
"Kamu yakin bisa merawatnya sendiri? apa kamu bisa membahagiakannya? apa kamu tahu kalau Ricko sering tidur di sekolah, karena anak itu harus bangun lebih awal untuk membantu ibunya membuat kue ?" ujar Demian.
Deg!!
Ariana langsung terperanjat mendengar ucapan Demian. "Tidur di sekolah ?" ucapnya tak mengerti.
"Iya, Olive sering cerita kalau Ricko sering ketiduran di saat jam belajar."
Ariana terlihat menitikkan airmatanya, selama ini ia tidak pernah menyuruh Ricko untuk membantunya.
Namun sejak sekolah kanak-kanak, anak itu selalu memaksa membantunya di dapur.
"Aku tidak tahu." sahut Ariana yang kini nampak terisak.
Demian yang melihat tangis Ariana pecah, ia langsung membawa wanita itu ke dalam pelukannya.
Ariana tidak pernah salah, Demian lah yang salah. Harusnya tanggung jawab menghidupi Ricko ada di tangannya bukan di tangan Ariana.
Sungguh Demian sangat tahu, Ariana pasti sudah sangat bekerja keras selama ini hingga tangan wanita itu terasa kasar ketika ia pegang.
"Maafkan aku, sayang." ucapnya dengan penuh penyesalan.
"Ku mohon jangan pernah ambil anakku, hanya dia satu-satunya keluargaku di dunia ini." mohon Ariana dalam pelukan Demian.
Mendengar ucapan Ariana, Demian langsung melepaskan pelukannya Kemudian ia memegang kedua lengan Ariana dan menatap wanita itu lekat.
"Menikahlah denganku, kita bisa merawat anak kita bersama-sama ?" mohon Demian.