Nina Mahesa permpuan Solehah terpaksa menikah dengan laki-laki bernama Aldi Kurniawan.
laki-laki yang tampan kaya namun jauh dari agama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sumi hulwah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 29
10 tahun yang lalu
Di kediaman keluarga Aldi Kurniawan.
Sepasang suami istri sedang duduk di teras rumahnya di sore hari.
Ya, sore ini tidak biasanya pasutri itu
menikmati waktu libur ngantornya dengan menikmati angin sepoi-sepoi.
Biasanya walau libur ngantor mereka akan tetap keluar rumah dengan tujuan masing-masing.
Sang istri bertemu dengan teman-teman sosialitanya.
Sementara sang suami sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan lainnya di luar sana.
Yang lebih mengherankan nampak juga sang asisten setia. Aji, telah duduk di salah satu kursi yang sudah tersedia di sana.
Duduk-duduk santai dengan sang majikan cukup membuat laki-laki paruh baya itu tidak nyaman.Pasalnya, selama laki-laki tua itu bekerja di keluarga Aldi Kurniawan. hari-harinya suram penuh dengan tekanan. Bahkan jarang sekali tersenyum wajahnya berubah datar mengikuti jejak sang majikan yang kehidupannya di penuhi ambisi dan kekuasaan.
Sampai pada akhirnya sang tuan rumah berkata.
"Aji, kami akan pergi dalam waktu yang lama
Kami akan berikan kamu tugas, yaitu ajarkan Aldi cara berbisnis mengelola sebuah perusahaan.
Saya akan berikan 1 perusahaan untuk nya."
Aji masih bergeming mencoba mencerna ucapan sang tuan besar.
Terlihat jelas gurat kebingungan yang nampak di wajahnya.
" Aji, kamu tahu bukan Aldi sekarang berusia berapa?
Sudah 20 tahun tapi sikapnya masih seenaknya. Belum ada tanggungjawab sama sekali. Boro-boro membantu saya di kantor.
Ia hanya asyik dengan dunianya nongkrong sana sini menghambur-hamburkan uang.
" Maaf maksud tuan?"
Aji memberanikan diri untuk bertanya
" Begini dalam 10 tahun ke depan saya dan istri saya akan pergi meninggalkan Aldi dan Vika di rumah.
Ini dalam rangka memberi pelajaran buat mereka supaya latihan mandiri dan bertanggungjawab dalam segala hal.
Untuk urusan kantor kamu penanggungjawab sepenuhnya.
Dari mengajari Aldi sampai betul-betul paham dan bisa menjadi seorang pemimpin dalam sebuah perusahaan.
Untuk saat ini.
Kamu yang bertanggung jawab untuk urusan kariawan, meeting di luar bertemu para investor penting nantinya.
Untuk urusan rumah Tuti lah penanggungjawab sepenuhnya.
" Dalam 10 tahun tuan dan nyonya tidak pulang?"
Tanya pak Aji dengan polosnya saat itu
" Ia kami nggak akan pulang.
Tenang Aji untuk urusan keuangan kami tetap yang mengatur dan yang mengawasi.
Satu lagi.
Jika kelak di usia Aldi yang ke 30 tahun, ia belum terlihat bersama perempuan.
Aku akan menyiapkan perjodohan untuknya. Tentunya dengan anak rekam bisnis saya.
Jadi, komunikasi kan semua perkembangan anak-anak saya secara sembunyi-sembunyi.
" Tapi, jika ada sesuatu hal yang tidak di inginkan terjadi gimana?"
" Jangan pikirkan hal itu dulu!"
Percakapan singkat 10 tahun yang lalu.
Masa sekarang
Dering ponsel milik lelaki paruh baya itu mengagetkan lamunnya, ia yang sendari tadi duduk termenung sendiri di dalam ruangan Aldi.
Wajahnya nampak pias, terlihat juga lelahnya sesekali terdengar helaan nafas beratnya.
" Sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan tuan muda?
Mengapa sampai saat ini beliau belum terlihat di kantor?
Beberapa pertanyaan muncul di otak lelahnya. Hatinya juga tiba-tiba berdebar setelah melihat panggilan masuk yang masih berbunyi nyaring di genggaman tangannya.
Sebelum pak Aji mengangkat telepon itu ia bergegas pergi menjauh dari ruangan sang tuan muda.
"Ha- halo!"
Sapa pak tua itu dengan suara bergetar
" Aji, lama sekali angkat telepon saya!"
Terdengar bentakan dari sebrang sana
" Ma- maaf tuan besar saya tadi sedang berada di ruangan tuan Aldi!"
" Sudahlah lupakan, saya telpon hanya mau memberi kabar bahwa saya dan istri saya akan pulang ke rumah. Ini sudah di perjalanan.Tolong beri tahu Tuti untuk membersihkan kamar kami yang sudah lama tak terpakai.
Terus, bersikan juga boks bayi yang tersimpan di gudang nanti tolong letakan di kamar Aldi."
Semakin bingung lah pak Aji mendengar kata demi kata yang keluar dari tuan besarnya. Ia tidak berani menyela apalagi bertanya.
Yang ia lakukan hanya menggaruk-garuk kepalanya yang gatal karna sudah mulai di tumbuhi uban
Sambil terus mendengarkan sang tuan berbicara.
" Kamu pasti bingung bukan dengan boks bayi yang saya minta?"
"I-ia tuan!"
" Saya dan istri saya sepakat pulang dengan membawa seorang anak bayi.
Kami sengaja pinjam dari panti asuhan untuk ngetes anak mantu.
Sejauh mana ia siap menjadi seorang ibu."
Setelah itu telpon di putus sepihak, meninggalkan pak Aji yang masih mematung di tempat.
" Astaghfirullah....!"