Dinda tidak sadar sudah meninggal sampai dia berubah menjadi wanita tua dengan empat anak dan dua menantu perempuan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1
Dinda tidak pernah lapar seumur hidupnya tapi sekarang rasa lapar membantu mata nya terbuka.Ada rintihan kecil di mulutnya.
"Ibu, ibu sudah bangun?"
Dinda mendengar itu tapi dia tidak menjawab.Hati nya sedih dan pilu abis.
Kemaren dia baru saja duduk di ruang kerjanya .Dia harus lembur malam ini karena waktu yang mepet.
Keluarga meminta dia pulang akhir pekan karena dia kencan buta.Dinda membuat seribu alasan untuk menolak tapi dia masih harus pulang setelah nya.
Adapun lembur,ini karena dia harus kejar target.
Mungkin karena kelelahan,dia tertidur.Tapi siapa sangka ketika bangun dia sudah berpindah tempat.
Dia sekarang bukan Dinda lagi tapi nyonya Ding yang berusia 34 tahun.
Ingatan tubuh masih ada, jadi dia mengingat nya.
Nyonya Ding adalah janda dengan tiga anak laki-laki dan satu anak perempuan.Dia menikah di usia 15 tahun.Sekarang anak tertuanya sudah berusia 17 tahun dan memiliki seorang istri yang sedang hamil.
OMG...
Dinda merasa ingin menangis. aorang lain yang mengalami kelahiran kembali , terkadang menjadi seorang ratu ,selir atau seorang gadis petani. Tapi ketika tiba giliran ini adalah seorang wanita tua yang bahkan sebentar lagi akan menjadi seorang nenek.
Bayangkan itu.
Dulu dia sudah menolak beberapa perjodohan keluarga,dia berusia tua tapi pada dasarnya dia adalah seorang perawan.
Entah apa yang terjad sekarang ini, pada kenyataannya dia sebenarnya sedang memakai tubuh seorang wanita tua.
Wanita tua....
Dinda ingin menangis darah.
"Ibu...apa yang harus aku lakukan.Ibu..."
Adinda membuka matanya dengan lebar.Ada tiga laki-laki yang sedang berlutut di bawah ranjangnya.
Adinda tau, mereka adalah anak dari pemilik tubuh.
Ding Ruiliang ,Anak pertama, laki-laki, 17 tahun, menikah dengan Lin Meiyu (16 tahun), yang sedang hamil 2 bulan.
Ding Yue ,Anak kedua, perempuan, 14 tahun.
Ding Ruilong : Anak ketiga, laki-laki, 12 tahun.
Ding Rui'an : Anak keempat, laki-laki, 9 tahun.
"Ibu ..apa yang kau rasakan?"
Adinda boleh nggak, seorang ibu tua sedang sekarat tapi anak-anaknya malah bertanya apa yang harus dilakukan.
Anak bodoh ,bukankah seharusnya dia pergi mencari dokter atau semacamnya.
Ehhh...
Tapi anak-anak ini tidak bisa disalahkan. Semua uang di bawah kekuasaan ibu tua. yang lebih penting pada saat ini di keluarga ini sangat miskin sampai mereka tidak memiliki satu set.
Jika sudah tidak memiliki uang, apa yang bisa mereka lakukan selain daripada bertanya.
Segera seorang gadis yang memakai pakaian compang-camping masuk ke dalam ruangan dan dia membawa semangkuk air putih.
Diketahui gadis ini adalah menantu perempuan yang baru saja hamil 2 bulan.
Dia di sebut dengan Ami.
"ibu mertua silakan minum air dulu" katanya dengan gugup.
Ami tahu ibu mertuanya sangat lapar tapi dia baru saja bangun dari pingsannya setelah 2 hari. Hal terbaik adalah minum terlebih dahulu.
Dinda bagaimana tidak tahu harus berkata apa. Sudah dua hari Dia tiba di tempat yang asing ini.
Dia yang tidak pernah menikah bahkan tidak pernah melahirkan. Saat ini dia tiba-tiba mendapatkan 4 anak gratis tanpa rasa sakit.
Haruskah dia bersyukur?
Dinda bangkit dan mengambil mangkuk yang diserahkan oleh menantu perempuannya. Dia menghisapnya sampai habis sampai ada setitik air pun di sana
"Ibu apa kita harus memanggil dokter?"
Pria muda yang menyapa pertama kali adalah putra pertamanya yang dipanggil dengan arui.
Usianya baru 17 tahun, tapi tubuhnya kurus kering dan terlihat begitu tua tidak sesuai dengan usia.
Dalam ingatannya Dinda menyadari jika saat ini mereka adalah penduduk miskin di desa Dingzhau.
Alasan tubuh meninggal karena dia lapar.Mal nutrisi membuat staminanya menurun dengan cepat.
Kemarin dia menjual putra bungsu di gunung, tapi ketahuan oleh ibu mertua.Ibu mertua sama miskin nya tapi dia memiliki mulut pisau hati tahu.Putra nya meninggal ,dia hanya punya anak anak ini sebagai gantinya.Karena beberapa alasan,dia tidak bisa menampung cucu cucu ini tapi bukan berarti dia acuh tak acuh.
Melihat cucu laki-laki nya akan di jual oleh menantu perempuan,dia marah dan mereka bertengkar di gunung.
Sementara Adinda adalah labu yang membosankan.Dia tidak melawan mertua saat itu.
Akibatnya adinda terguling beberapa kali di tanah dan mengalami luka yang berakibat fatal.
"Sialan,Mak siapa yang menjual anak seharga lima kilogram beras?"kata Dinda dalam hati.Dia kesal dengan pemilik asli tapi mau bagaimana,dia yang sekarang harus menanggung akibatnya.
Hah...
Tidak ada yang mengeluarkan suara di dalam kamar ini.Di era ini, semua orang mengandalkan kata bakti. Itulah kenapa anak-anak menjadi lebih patuh.
Lihat saja, pemilik tubuh berusaha menjual putranya untuk diganti dengan beras. Tindakan kecil itu tidak membuat anak-anak sakit hati dan membencinya.
Malah mereka masih menunggunya yang sekarang di tempat tidur.
"Ibu..."
Sebuah pertanyaan dilontarkan lagi oleh anak-anak yang datang dari langit. Dinda menatap mereka satu persatu.
Tapi anak-anak dia sendiri juga sebenarnya sangat lapar.Tapi ingatan pemilik tubuh menyebutkan jika tidak ada bahan makanan apapun di rumah.
Sudah beberapa bulan tidak turun hujan.Ada juga sumur desa yang di andal kan untuk semua kebutuhan.Tapi untuk menyiram padi di ladang,ini tidak akan mungkin.
Akhir akhir ini, debit air sudah turun dan ini sangat mengkhawatirkan.
Akibatnya ada kekurangan makanan di mana mana.
Untuk membuat mereka bisa makan, menantu perempuan dan Putri satu-satunya harus bergegas pergi ke gunung untuk menggali sayuran liar.
Jadi bisa dikatakan hal yang bisa dimasak malam ini hanyalah sayuran liar.
Adinda tahu jika anak-anak mematuhi perintah dari ibu tua. Jadi dia berkata dengan suara serak,"Ami Pergilah memasak, setelah makan, Ayo pergi ke gunung untuk mencari sesuatu"
Aan yang baru usia 9 tahun langsung menegang mendengar Ibu mengajaknya ke gunung.
Kemaren mereka sedang mencari sayuran liar di gunung. Tiba-tiba saja bertemu dengan seseorang dan orang itu menawarkan mengganti dirinya dengan beberapa kg beras.
Tanpa pikir panjang ibu bersedia.
Aan jelas menangis dan memohon agar dirinya tidak di usir begitu saja .Dia juga berkata akan menghemat makanan di rumah jika dirinya tidak diusir pergi.Tapi ibu sama sekali tidak peduli sampailah nenek datang tiba-tiba.
Nenek juga pergi mencari sayuran liar di pegunungan dan kebetulan saja mendengar kisah itu. Jadi dia maju dan memarahi Ibu sedemikian.
Entah bagaimana Ibu tiba-tiba terjatuh dan berguling-guling di kaki bukit. Setelah itu dia tidak sadarkan diri dan bangun saat ini.
Aan antara takut dan rasa bersalah ,dia tidak bisa menatap ke arah ibunya.
Jika dia lebih patuh untuk pergi mengikuti orang itu bagaimana mungkin sang Ibu bisa jatuh.
Dinda seperti bisa membaca mimik wajah anak itu. Anak 9 tahun yang tidak memiliki rasa kebebasan yang seharusnya dia miliki.
Dinda tahu ini hanyalah korban kemiskinan.
Dia berkata dengan berbisik,"Aan Ibu tidak akan menjual mu"
Aan yang sepanjang waktu hanya menundukkan kepala tiba-tiba mengangkat dan melihat wajah ibunya dengan serius. Sedikit harapan mulai terpancar di dalam matanya .Dia berkata ,"Apakah ibu berjanji?"
Dinda bukanlah ibunya yang asli tapi dia juga tidak memiliki perilaku untuk menukar anak demi makanan.
Jadi dia mengangguk kepala dan meminta semua orang untuk keluar dari ruangan.
Aan tidak mengucapkan terima kasih Tapi dia memandang ibunya dan berharap jika Ini adalah sebuah kenyataan.
Meskipun mereka hidup dalam kemiskinan dengan memakan sayuran liar, Tapi menurutnya ini adalah sebuah rumah.
Jauh di dalam hati aan berjanji ,dia tidak akan makan banyak , dan bekerja lebih rajin,agar ibu merasa dirinya juga berguna meskipun masih anak-anak.
Dinda mulai merasakan ruangan yang sepi lagi. Sakit kepalanya datang tiba-tiba. Dan dia tidak tahu harus melakukan apa dengan kondisi kehidupan yang seperti ini.
Awalnya Dia adalah seorang gadis yang bekerja di kantor. Setelah menyelesaikan kuliah dia hidup sendiri mengandalkan gaji yang didapatkan.
Meski tidak banyak tapi dia hidup sesuai dengan hati nuraninya sendiri. Membeli apapun dengan uangnya dengan hasil kerja kerasnya sendiri. Namun dia sama saya tidak pernah merasakan apa artinya lapar.
Tapi sekarang....Kruk ...kruk...
Oh Tuhan.
terus lanjut update nya thorr
terus lanjut update nya thorr