Vonis dokter tentang dirinya yang seorang penderita Azoospermia membuat Dean memutuskan untuk memiliki anak adopsi. Karena baginya, tak ada wanita yang ingin menikah dengan pria yang di anggap mandul sepertinya.
Namun, pertemuannya dengan Serra membuat perubahan baru dalam hidupnya. Serra, seorang wanita yang memilih Childfree dalam kehidupannya. Membuat kekasihnya memilih untuk menikah dengan wanita lain karena pilihannya itu.
Tak di sangka, Serra dan Dean justru jatuh hati pada seorang anak bernama Chio. Ia bocah berusia 3,5 tahun yang harus menetap di panti asuhan setelah mengalami kecelakaan bersama kedua orang tuanya. Naasnya, kedua orang tuanya tak dapat di selamatkan.
Satu tujuan dua masalah yang berbeda, sayangnya pilihan keduanya mengadopsi jatuh pada anak yang sama.
“Kita nikah aja deh, kamu childfree dan aku gak bisa ngasih kamu anak. Impas kan? Biar kita sama-sama dapat Chio.” ~Dean
“Ya sudah, ayo nikah!“ ~ Serra
Pernikahan yang saling menguntungkan? Yuk baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertanyaan mama mertua
Brak!!
Dean dan Chio terkejut mendengar suara bunyi pintu mobil yang cukup kencang. Dean berbalik dan menatap Serra yang sudah masuk ke dalam mobilnya. Ia dan Chio saling menatap bingung, mengapa wanita cantik itu membanting pintu? Dean berpikir, mungkin saja Serra marah karena masalah tadi.
Akhirnya ia memutuskan untuk masuk ke dalam mobil. Lebih dulu, Dean menempatkan Chio di car seat nya lebih dulu sebelum berpindah ke kursi mengemudi. Sembari menyalakan mobilnya, ia melirik Serra. Wajah wanita itu terlihat merah padam, Dean yang melihat itu merasa bersalah.
“Ra, marah soal ...,”
“AAAAA!! CANGCORANG ITU MEMBUATKU KESAAAAL!” Serra berteriak sembari mengacak-acak rambutnya. Dean reflek menjauhkan tubuhnya lantaran terkejut, begitu juga dengan Chio yang mel0ngo melihat tingkah mami nya itu.
“Kalau saja aku tidak ingat hukum, sudah aku cabik-cabik dia!”
“A-aku?” Dean menunjuk dirinya sendiri, karena berpikir Serra marah padanya.
Tatapan Serra beralih menatap ke arah Dean, tatapan matanya terlihat tajam. Dean yang melihat raut wajah Serra saat ini tambah syok. Ingin menghindar tapi sabuk pengaman yang terpasang menghalanginya. Ia hanya bisa memegang erat sabuk pengamannya sembari memojokkan dirinya.
“Jalankan mobilnya “ Titah Serra.
Dean mengangguk cepat, ia pun melajukan mobilnya pergi meninggalkan parkiran rumah sakit. Sementara Serra membenahi rambutnya, ia mengambil sisir dari dalam tasnya dan kembali memoles make up agar lebih fresh. Lalu, wanita itu tersenyum dan berbalik menatap Chio.
“Sayangnya Mami, lapar gak? Kita makan apa baby boy? Soto mau? Gulai mau? Atau ... nasi padang mau?” Pertanyaan Serra membuat Dean meringis.
“Di kira anaknya bayi tua kali makan berat begitu. Mau aku tegur tapi situasi gak mendukung. Takut tiba-tiba jadi macan. Astaga, wanita seperti apa yang aku nikahi? apa dia jelmaan macan hitam yang menjadi wanita cantik?” Gumam Dean.
“Bicara apa kamu?” Tanya Serra, ia mendengar Dean berbicara sesuatu. Hanya saja, suara pria itu terdengar sangat lirih.
“Ah eng-enggak! Gimana kalau kita makan Bento! Iya, kan biasanya anak-anak suka tuh! Iya kan?!” Seru Dean yang semangat.
“Benar juga, yaudah kita cari Bento aja.” Putus Serra.
Dean melajukan mobilnya pergi mencari restoran Bento. Setelah menemukannya, ia membelokan mobilnya dan masuk ke dam parkiran. Setelahnya, Serra turun lebih dulu dan mengambil Chio dan menggendongnya. Dean yang sudah keluar dari mobil pun datang menghampiri keduanya.
“Ayo,” ajak Dean. Saat Dean akan merangkul bahu Serra, ia terlihat ragu. Takut, wanita itu akan mengamuk. Serra sendiri tak peduli, ia berjalan masuk sembari mengajak Chio mengobrol.
“Pesan apa?” Tanya Dean ketika mereka mendapat meja di Resto itu.
“Apa aja, jangan sapi. Soalnya aku lagi diet.” Ucap Serra dan kembali fokus menatap Chio.
“Kalau diet ngapain makan.” Lirih Dean.
“Bilang apa kamu?!”
“Eh, enggak!” Dean kembali fokus menatap buku menu, ia memesan beberapa menu yang ada terkhusus nya untuk Chio.
Setelah makanan datang, Serra tak memakannya lebih dulu. Ia justru menyuapi Chio, memastikan anak itu makan dengan baik. Dean yang akan makan jadi merasa serba salah. Jadi, dia menunda makanannya lebih dulu.
“Enak? Mau lagi yah?” Tanya Serra saat melihat Chio makan dengan lahap.
“Mau teliyaki nya.” Ucap Chio dengan suara yang amat pelan.
“Oh ayam teriyakinya, wah! Chio tahu yah? Pintarnya anak Mami, nih sayang ... buka mulutnya.” Serra tampak antusias saat Chio kembali membuka suaranya. Suara anak itu sangat menggemaskan, dan Serra pun menyukainya.
Melihat interaksi Serra dan Chio, membuat hati Dean menghangat. Ia menangkup kedua pipinya, dan menempatkan kedua sikutnya di atas meja. Dia perhatikan, jika Serra adalah sosok yang lembut terhadap anak-anak. Bahkan, Chio saja sampai berani membuka suara kembali.
“Apa alasan dia menginginkan Childfree jika dia selembut ini pada anak-anak? Dia sangat telaten mengurus Chio dengan kasih sayang dan cinta. Tapi, kenapa dia tidak mau memiliki anak kandungnya sendiri? Bukankah, akan lebih baik jika punya anak kandung sendiri?” Batin Dean.
Merasa ada yang menatapnya, Serra mengalihkan tatapannya. Senyumannya luntur saat menangkap Dean tengah memperhatikannya dengan eskpresi yang sulit di artikan. Guna menyadarkannya, Serra pun menepuk meja di hadapan Dean.
Brak!
“Kaget! Kalau aku ma.ti muda gimana? Mau kamu jadi janda!” Pekik Dean sembari memegangi d4danya.
“Loh, yang takut jadi janda siapa? Enggak, tinggal cari suami baru apa susahnya. Dengan begitu kan Chio bisa sepenuhnya jadi hak asuhku hahaha!”
“Dih, lampir perempatan dasar!”
“APA KAMU BILANG?!” Suara Serra membuat pengunjug lain menatap ke arah mereka. Dean malu, ia segera meminta Serra untuk mengecilkan suaranya.
Serra tak peduli dengan tatapan orang sekitar, ia kembali tersenyum saat Chio menatapnya. Memang, yang membuat wanita itu bahagia hanya Chio. Dean saja selalu membuatnya kesal, entahlah. Dean bingung sendiri di buatnya.
.
.
.
Serra turun dari mobil lebih dulu, ia lalu masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamarnya. Dean mengikutinya dari belakang, pria itu mengecek sebentar ponselnya sebelum memasukkannya ke dalam kantong celananya. Saat melewati ruang tengah, Dean menghentikan langkahnya saat melihat keberadaan ibu mertuanya yang tengah asik membaca buku.
“Mama mertua,” sapa Dean.
“Eh Dean, kemari.” Panggil Eriska. Dean pun datang menghampiri ibu mertuanya itu dan duduk di hadapannya.
“Gimana tadi hasil pemeriksaannya?” Tanya Eriska.
Dean merutuki dirinya sendiri, ia lupa menanyakan lebih detail tentang kondisi tangan Chio. Seharusnya tadi ia menanyakannya, tapi ia jadi lupa karena Serra yang tiba-tiba mengamuk. Bagaimana dia menjelaskannya?
“Ba-baik kok Mama mertua, kata dokter tinggal tunggu pemulihan aja. Tapi untuk lebih jelasnya, Serra yang tahu. Tadi aku membawa Chio keluar rumah sakit karena dia terus rewel saat bertemu dokter.” Terang Dean. Ia mencoba merubah panggilan nya pada wanita paruh baya itu.
“Oh begitu .... hubunganmu dengan Serra, apa hanya sebatas karena Chio? Mama cuman ingin tahu pandangannya terhadap pernikahan kalian. Bukan karena bermaksud apa-apa kok.”
Dean menundukkan kepalanya, ia mengg4ruk tengkuknya yang tak gatal. Sebenarnya dia juga bingung bagaimana menjelaskannya. Dia menikah dengan Serra karena Chio, tak ada alasan lebih dari itu. Keduanya sepakat menikah, agar bisa mendapatkan Chio.
“Dean ...,”
“Mama mertua, aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya. Pernikahan kami bermula agar bisa mengadopsi Chio. Hati kami tertarik untuk mengadopsinya, tapi tidak mungkin mendapat dua data hak asuh. Jadi, kami memutuskan untuk menikah agar sama-sama mendapatkannya. Jika Mama mertua bertanya bagaimana kedepannya, aku tidak tahu. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi, dan sampai mana pernikahan ini terjadi.”
“Kamu sudah tahu jika Serra ingin childfree?” Dean mengangguk pelan. Eriska yang melihat anggukan sang menantu bingung bukan main.
“Apa kamu tidak mau memiliki anak kandungmu sendiri? Maksud Mama, kamu bisa mendapatkan anak kandung dan kenapa harus mengadopsi?” Heran Eriska.
Dean menghela nafas pelan, ia sedikit menundukkan tubuhnya dan menempatkan kedua siku tangannya pada pahanya. Lalu, ia menyatukan jari jemarinya sembari berpikir keras. Dia ragu untuk membocorkan hal ini. Tapi, bagaimana ia menjelaskannya pada sang mertua? Jika sebenarnya dari pada Serra, dia lah yang lebih bermasalah.
“Mama mertua ... sebenarnya, aku yang .....”
___
Yuhuuu triple kawan, mau lanjut bonchap dulu😆
Semoga cepat membuahkan hasil,
Dan Serra mau menerimanya.
Oalah ternyata Dean suka minum
Vitamin juga. Pasti sebelumnya mama
Nessa dah konsultasi kedokter langsung.
Mama Nessa selain menyembunyikan,
tentang kemandulan Dean, Beliau juga
berusaha membantu proses penyembuhannya.
Cecep menghamili Tara demi penerus
dan anak yang dia kandung prempuan.
Kalau sampai Tara hamil gender prempuan lagi dan lagi, Cecep terpaksa akan nikah lagi atau mencer4ikan dia.
Anak prempuan seolah mala pet4ka, padahal semua laki2 juga lahir dari prempuan🤦♀️ yang salah itu buatnya sebelum menikah, soal jenis kelamin siapa yang tahu.
kumpulan Ibu² heboh..🥰😘
🤭🤭🤭🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣