Sandra, gadis yang hidup sengsara di keluarga kaya Hartawan. Sejak kecil, ia diperlakukan kejam oleh orang tuanya, yang sering memukul, menyalahkannya, dan bahkan menjualnya kepada pria-pria tua demi uang agar memenuhi ambisi keuangan orang tuanya. Tanpa Sandra ketahui, ia bukan anak kandung keluarga Hartawan, melainkan hasil pertukaran bayi dengan bayi laki-laki mereka
Langit, yang dibesarkan dalam keluarga sederhana, bertemu Sandra tanpa mengetahui hubungan darah mereka. Ketika ia menyelidiki alasan perlakuan buruk keluarga Hartawan terhadap Sandra, ia menemukan kenyataan pahit tentang identitasnya. Kini, Langit harus memilih antara mengungkapkan kebenaran atau tetap bersama Sandra untuk melindunginya. Sementara Sandra, cinta pertamanya ternyata terikat oleh takdir yang rumit bersamanya.
#foreducation
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Littlesister, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehancuran
Satu bulan sebelum sidang, di rumah keluarga Hartawan, setelah mengetahui bahwa mereka dilaporkan oleh Langit dan Ayumi, Ratna, Wijaya, dan Farah duduk bersama untuk membahas rencana licik mereka. Mereka merasa bahwa hidup Sandra adalah penyebab kehancuran mereka, dan mereka sepakat untuk membalas dendam dengan menghancurkan hidup Sandra.
"Kita nggak bisa diam saja. Sandra yang menyebabkan semua ini. Kita harus pastikan hidup dia lebih hancur dari hidup kita!" ucap Ratna.
"Tapi gimana caranya? Kita udah di ujung tanduk. Kalau salah langkah, kita makin terpojok." tanya Wijaya.
"Aku punya ide. Kita bisa manfaatin Damar. Dia kan deket sama aku, dan dia pasti mau bantu kita." jelas Farah.
"Damar? Anak temannya Papa? Memangnya dia bisa diandalkan?" tanya Ratna.
"Damar udah sering curhat ke aku kalau dia suka sama Sandra, cuma Sandra nggak pernah peduli. Kalau kita bisa bikin Sandra terpaksa deket sama dia, Damar pasti mau bantu. Kita bisa bikin Langit ninggalin Sandra!" tutur Farah
"Itu ide bagus, Farah. Kita bisa jebak Sandra, bikin seolah-olah dia hamil anak Damar. Kalau Langit tahu, dia pasti bakal ninggalin Sandra, dan hidup Sandra akan hancur." Ratna antusias.
"Tapi gimana caranya kita bikin Sandra percaya kalau dia hamil?" tanya Wijaya.
"Gampang. Aku tahu tempat beli obat yang bisa bikin gejala mual seperti orang hamil. Kita campur di minuman Sandra, terus kasih dia tespek yang udah kita atur hasilnya positif. Dia pasti percaya kalau dia hamil." jelas Farah.
"Bagus. Kalau Sandra percaya, dia pasti terpaksa nikah sama Damar. Setelah itu, biar Damar yang bikin hidup dia neraka. Kita pastikan dia menderita!" setuju Ratna.
Farah menemui Damar di sebuah kafe untuk membicarakan rencana tersebut. Damar terlihat tertarik saat mendengar tentang rencana mendekati Sandra.
"Kak, lo mau kan bantu keluarga gue? Lo kan suka sama Sandra, ini kesempatan buat lo deketin dia." tanya Farah
"Kesempatan apa? Gue udah coba macem-macem, tapi Sandra nggak pernah peduli sama gue." tanya Damar.
"Gampang. Kita bikin dia nggak punya pilihan selain deket sama lo. Kalau dia percaya kalau dia hamil anak lo, dia pasti bakal terpaksa nikah sama lo." jelas Farah.
"Hamil? Gimana caranya? Lo pikir gue bisa bikin dia percaya gitu aja?" Damar tertawa kecil, dengan nada penuh percaya diri.
"Lo tinggal lakuin apa yang gue bilang. Kita kasih dia minuman yang udah dicampur obat, terus kasih dia tespek positif. Kalau dia percaya, sisanya gampang." Farah meyakinkan Damar.
"Oke. Gue suka ide lo. Gue bakal pastiin Sandra jadi istri gue, dan setelah itu, gue bakal bikin dia tahu rasanya hidup di neraka." bangga Damar.
Di sebuah ruangan besar, keluarga Damar sedang berkumpul. Ayah dan ibu Damar duduk di kursi utama, menatap serius ke arah Damar, yang tampak tegang. Di sebelahnya, Mama, Papa, dan Farah dari keluarga Sandra berdiri, mencoba membujuk keluarga Damar untuk menyetujui pernikahan antara Damar dan Sandra. Pembicaraan ini tidak berjalan mulus, karena ayah Damar, yang terkenal tegas, menolak mentah-mentah gagasan tersebut.
"Damar, aku nggak bisa mengizinkan pernikahan ini. Kita adalah keluarga dokter, pure blood. Membawa Anisa masuk ke keluarga kita sama saja menghancurkan reputasi yang telah kita bangun selama ini." tolak Ayah Damar.
Damar berdiri, tampak penuh emosi. Ia mencintai Sandra, tetapi ia tahu keluarganya sangat mempermasalahkan status dan latar belakang Sandra. Ia mencoba meyakinkan ayahnya dengan suara penuh tekad.
"Ayah, aku cinta sama Sandra. Aku tahu dia bukan dari kalangan kita, tapi dia perempuan yang aku mau untuk jadi istri aku. Tolong, Ayah, kasih izin untuk ini." bujuk Damar
Ayah Damar terdiam, matanya tajam menatap anaknya, seperti mencoba menilai kesungguhan Arman. Setelah beberapa saat, ia akhirnya melirik ke arah Mama, Papa, dan Farah, yang tampak menunggu dengan cemas.
"Kalau kalian benar-benar mau pernikahan ini terjadi, maka ada syarat yang harus kalian penuhi. Sandra harus diikat. Dia nggak boleh membuka mulut tentang apa pun yang bisa mencemarkan nama baik keluarga ini." perintah Ayah Damar
Semua orang di ruangan itu terdiam. Mama, Papa, dan Farah saling bertukar pandang, mencoba memahami maksud dari syarat tersebut. Namun, Ayah Damar melanjutkan dengan suara tegas.
"Kita harus memastikan dia tidak akan menjadi ancaman bagi kita. Setelah pernikahan berlangsung, aku ingin kalian menjebak dia dengan rasa bersalah yang tidak bisa dia lepas. Buat dia percaya bahwa dia adalah orang yang gagal, sehingga dia nggak akan pernah berani melawan kita." sambung Ayah Damar.
Damar tampak ragu, tetapi ia terlalu terobsesi dengan cintanya pada Sandra untuk menolak. Ibu Damar, yang sejak tadi diam, akhirnya berbicara dengan nada dingin.
"Aku setuju. Kita bisa membuat rencana yang sempurna. Empat bulan setelah pernikahan, kita akan menciptakan situasi di mana Sandra merasa bersalah karena kehilangan 'anaknya.' Kita bisa menggunakan cara medis untuk memastikan dia percaya sepenuhnya." sambung Ibu Damar.
Farah, yang terkenal licik, ikut memberikan usul dengan nada penuh keyakinan.
"Caranya sederhana. Kita bisa mencampur obat ke dalam minuman Sandra, membuat dia sakit perut dan lemas. Setelah itu, kita bawa dia ke rumah sakit dan berikan 'bukti' bahwa dia keguguran. Aku yakin dia akan hancur dan merasa bersalah selamanya." usul Farah
Papa Sandra, yang mendukung rencana ini, mengangguk setuju, sementara Mama Sandra berbicara dengan nada licik.
"Kita bisa menggunakan daging hewan untuk membuatnya percaya bahwa itu adalah janinnya. Kalau dia yakin dia telah kehilangan anaknya, dia nggak akan punya keberanian lagi untuk melawan kita." timpal Mama Sandra
Damar menatap keluarganya dan keluarga Sandra dengan perasaan campur aduk. Meskipun rencana itu terdengar kejam, ia merasa tidak punya pilihan. Ia mengangguk dengan berat hati, menerima syarat yang diberikan oleh ayahnya.
"Aku akan ikuti rencana ini. Kalau itu satu-satunya cara agar aku bisa menikahi Sandra, aku akan lakukan." Damar setuju dengan semua ide tersebut.
Ayah Damar mengangguk dengan puas, sementara Ibu Damar memberikan senyum dingin. Rina dan Mama Sandra tampak bersemangat dengan rencana tersebut, sudah membayangkan bagaimana mereka akan menjebak Sandra.
Satu minggu setelah pengakuan tertukarnya Sandra dan Langit, Farah mengundang Sandra untuk bertemu di sebuah kafe, mengklaim ingin meminta maaf atas semua kesalahannya. Sandra yang masih naif percaya dan setuju untuk bertemu. Setelah beberapa saat mengobrol, Farah diam-diam menuangkan obat tidur ke dalam minuman Sandra. Tak lama setelah itu, Anisa mulai merasa pusing.
"Farah, aku nggak enak badan. Kenapa aku tiba-tiba pusing begini?" tanya Sandra.
"Kamu kelihatan pucat, San. Aku panggilin taksi, ya? Kita ke hotel aja dulu biar kamu istirahat sebentar." jawab Farah.
Sandra terlalu lemah untuk menolak. Farah membawanya ke sebuah kamar hotel yang sudah dipesan sebelumnya. Setelah memastikan Sandra tertidur lelap karena efek obat, Farah memberi tahu Damar untuk masuk ke kamar.
"Semua sudah siap. Lo tinggal masuk dan pura-pura tidur di samping dia. Pastikan semuanya terlihat nyata." bisik Farah
"Gue nggak mau terlalu jauh, Far. Gue bakal pakai alat kontrasepsi. Gue belum siap jadi bapak." ragu Damar
"Itu urusan lo. Yang penting Sandra percaya sama skenario ini." ucap Farah.
Damar masuk ke kamar dan melakukan seperti yang direncanakan. Ia memastikan semuanya terlihat seperti habis tidur bersama, meski sebenarnya ia tidak melakukan apa-apa.
Keesokan paginya, Sandra terbangun dengan kepala berat. Ia merasa bingung melihat dirinya berada di kamar hotel. Saat menoleh, ia melihat Damar tidur di sampingnya. Sandra langsung panik.
"Damar?! Kenapa kamu ada di sini? Apa yang terjadi?" tanya Sandra.
"Sandra... aku nggak tahu harus ngomong apa. Kita... kita minum terlalu banyak semalam, dan..." Damar pura-pura tidak mengetahui dengan skenario yang telah direncanakan.
"Tidak mungkin! Aku nggak pernah... aku nggak pernah mau ini terjadi! Bagaimana dengan Langit? Apa yang akan kukatakan dengannya" tangis Sandra pecah.
"Maaf, Sandra. Aku nggak tahu ini bakal terjadi. Tapi... aku janji aku akan tanggung jawab." ucap Damar
Sandra terdiam, pikirannya kacau. Ia tidak bisa mengingat apa pun dari malam sebelumnya, tetapi keadaan di kamar membuatnya merasa sangat bersalah.
Dua minggu kemudian, Sandra mulai merasa mual setelah meminum minuman yang sudah dicampur obat oleh Farah. Saat ia mencari tahu apa yang salah, Farah memberinya sebuah tespek yang sudah diatur hasilnya.
"Sandra, aku rasa kamu harus periksa. Kalau beneran positif, aku akan bantu kamu." ucap Farah.
Sandra yang panik akhirnya mengikuti saran Farah dan memeriksa dengan tespek yang sudah dipersiapkan. Hasilnya positif. menangis, merasa bahwa hidupnya benar-benar hancur.
"Aku... aku hamil? Tapi... aku nggak bisa. Langit nggak akan terima ini." tangis Sandra pecah.
"Tenang, San. Damar kan siap tanggung jawab. Kamu harus sembunyikan ini dulu sampai kamu siap memberitahukan Langit" ucap Farah.
Setelah Persidangan, Farah memberitahukan kepada Langit, sebelum Sandra sempat menjelaskan. Ini adalah senjata terakhir sebelum mereka semua masuk ke dalam jeruhi sel. Langit yang mendengar kabar ini langsung marah dan merasa dikhianati.
"Sandra, jadi ini bener? Kamu hamil anak Damar? Kenapa kamu nggak bilang ke aku?" tanya Langit.
"Langit, aku nggak tahu apa yang terjadi. Aku nggak ingat apa-apa. Aku..." jelas Sandra.
"Berhenti! Aku nggak butuh penjelasan. Kalau kamu udah milih jalan ini, aku nggak punya alasan buat tetap di sisi kamu." potong Langit.
Langit kecewa, meninggalkan Sandra yang menangis terpuruk. Rencana keluarga Hartawan berhasil menjatuhkan Sandra di saat mereka hancur masuk ke dalam penjara. Sandra akhirnya terpaksa menikah dengan Damar, memulai kehidupan pernikahan yang penuh dengan kekerasan.
Beberapa hari sebelum pernikahan, suasana di rumah Damar, dipenuhi oleh persiapan yang mewah. Damar, dengan senyum licik, memerintahkan tim wedding planner untuk mengatur acara sesuai keinginannya. Sandra yang dipaksa menerima pernikahan ini hanya bisa duduk diam, wajahnya pucat dan penuh kecemasan.
Hari pernikahan akhirnya tiba. Tempat acara dipenuhi dengan dekorasi elegan dan tamu undangan yang sebagian besar adalah teman-teman Damar. Musik meriah mengalun, dan tawa terdengar di mana-mana. Di tengah keramaian, Sandra duduk di kamar pengantin dengan wajah penuh kesedihan, menatap gaun pengantin yang dikenakannya dengan mata berkaca-kaca.
Di aula pernikahan, tamu-tamu mulai duduk di kursi yang telah disiapkan. Sebagian besar adalah teman-teman Damar yang terlihat menikmati suasana pesta. Di sudut aula, Langit masuk dengan langkah ragu. Ia mengenakan setelan jas hitam sederhana, wajahnya menunjukkan kekecewaan yang mendalam.
"Lo beneran mau di sini, Ngit? Ini pasti berat buat lo." tanya Raffi.
"Gue harus lihat ini sendiri, Fi. Gue nggak percaya kalau Anisa benar-benar milih jalan ini." jawab Langit.
"Lo tahu kan, ada yang nggak beres di sini. Gue yakin Sandra nggak bener-bener mau nikah sama Damar." jelas Raffi.
"Kalau dia nggak mau, kenapa dia ada di sini? Gue nggak bisa terus-terusan nyalahin keadaan, Fi. Mungkin gue yang salah percaya sama dia." sesal Langit.
Saat itu, musik mulai berubah menjadi nada romantis. Sandra keluar dari kamar pengantin dengan didampingi oleh seorang asisten. Ia terlihat cantik dalam gaun putih, tetapi wajahnya pucat dan tanpa senyuman. Saat berjalan menuju pelaminan, pandangannya bertemu dengan Langit yang duduk di antara tamu. Sandra segera menundukkan kepala, tidak sanggup melihat sorot kecewa di mata Langit.
Langit akhirnya mendekati pelaminan dengan langkah berat. Ia berdiri di depan Sandra, menatapnya dengan tajam.
"Kenapa, Anisa? Kenapa kamu memilih jalan ini?" tanya Langit.
"Aku nggak punya pilihan, Langit. Aku... aku harus melakukannya." jawab Sandra.
"Kalau kamu nggak punya pilihan, kenapa kamu nggak bilang sama aku? Aku bisa bantu kamu, Sandra. Tapi kamu malah..." Langit tidak bisa melanjutkan perkataannya.
"Langit, lo nggak usah repot-repot ngasih pidato ke istri gue. Dia sekarang milik gue." ucap Damar.
"Lo pikir lo menang, Damar? Kita lihat siapa yang tertawa terakhir." tegas Langit.
Langit pergi meninggalkan pesta dengan perasaan campur aduk. Sandra hanya bisa menatap punggung Langit yang perlahan menjauh, merasa bahwa ia telah kehilangan satu-satunya orang yang benar-benar peduli padanya.