Chen Miao Miao, gadis kaya yang hilang sejak kecil, ditemukan kembali oleh keluarganya di usia 17 tahun. Namun, kebahagiaannya hancur karena kelicikan Chen Xiao Wan, anak angkat yang merebut kepercayaan keluarga.
Dalam kecelakaan tragis, orang tua Miao Miao memilih menolong Xiao Wan terlebih dahulu, karena kelicikannya. ketika kedua orang tuanya kembali untuk menolong Miao Maio, mobil tersebut tiba-tiba meledak.
Mama dan Papa nya meninggal karena kesedihan nya, ketiga kakak nya tewas dengan tragis dan Xiao Wan menikmati harta keluarga mereka.
Takdir membawa Miao Maio kesempatan kedua ketika Papa dan Mama nya menjemputnya dari panti asuhan, membawa ingatan masa depan kematian keluarga nya.
Tanpa sepengetahuan Miao Miao, keluarga dan jodohnya kini dapat mendengar kata hatinya. Dengan kesempatan ini, bisakah ia melindungi keluarganya dan membalas dendam pada Xiao Wan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kegiatan Miao Miao
Setelah puas berbelanja dan menikmati beberapa jam yang penuh dengan kegiatan menyenangkan, Miao Miao memutuskan untuk melanjutkan harinya dengan relaksasi. Ia menuju spa mewah yang sudah lama menjadi tempat favoritnya untuk memanjakan diri.
Setibanya di sana, staf spa yang ramah menyambutnya dengan senyuman hangat dan segera mempersiapkan ruang perawatan pribadi. Miao Miao memilih pijat aromaterapi yang menenangkan, dengan aroma lavender yang menenangkan pikiran dan tubuh. Selama pijat, ia merasa ketegangan yang ada di tubuhnya perlahan menghilang, memberikan rasa ringan dan damai.
Setelah sesi pijat, Miao Miao melanjutkan dengan perawatan wajah yang menghidrasi kulitnya, membuatnya tampak lebih segar dan bercahaya. Lalu, manikur-pedikur dilakukan dengan teliti, memberikan sentuhan elegan pada jari-jarinya yang halus. Seluruh rangkaian perawatan ini membuat Miao Miao merasa benar-benar dihargai dan puas.
Dengan wajah yang segar, tubuh yang relaks, dan perasaan yang tenang, Miao Miao akhirnya selesai dengan sesi spa-nya. Ia keluar dari spa itu dengan senyum puas.
Setelah merasa segar dan bugar dari perawatan spa, Miao Miao memutuskan untuk makan siang di restoran Jepang yang sudah terkenal dengan hidangan sushi dan ramen autentiknya. Restoran itu terletak di sudut jalan yang tenang, dikelilingi oleh atmosfer yang elegan dan nyaman.
Miao Miao memasuki restoran dengan senyum di wajahnya, disambut oleh pelayan yang dengan sopan menuntunnya ke meja. Ia memilih tempat di dekat jendela agar bisa menikmati pemandangan luar sambil menikmati santapan.
Setelah memesan, ia disuguhkan dengan sashimi segar yang dipotong rapi, diikuti dengan sushi yang disiapkan dengan penuh kehati-hatian oleh koki handal. Miao Miao juga memesan ramen dengan kuah kaldu yang kaya rasa dan mie yang kenyal, dipadukan dengan topping sayuran segar dan telur rebus setengah matang. Ia menikmati setiap suapan dengan perlahan, merasa puas dengan kelezatan yang ditawarkan.
Sambil menikmati makanannya, Miao Miao meluangkan waktu untuk mengamati suasana sekitar. Beberapa pelanggan lain tampak sibuk menikmati hidangan mereka, sementara pelayan dengan cekatan melayani mereka. Suasana restoran yang tenang dan makanan yang lezat memberi Miao Miao kenyamanan yang lebih dalam hari itu.
Di tengah santapan lezatnya, suasana tenang restoran Jepang yang nyaman tiba-tiba terpotong oleh suara berdebat keras di meja sebelah. Seorang pria tampak marah besar, jelas terlihat frustrasi dengan pelayanan yang ia terima. Pelayan restoran mencoba menjelaskan dan meminta maaf atas keterlambatan, namun pria itu tak kunjung tenang, bahkan mulai mengeluarkan kata-kata kasar.
Miao Miao yang awalnya menikmati makanannya dengan tenang, mulai merasa terganggu dengan kegaduhan tersebut. Ia menatap pria itu dengan mata tajam, tak suka dengan sikapnya yang tidak sabar dan kasar terhadap pelayan yang hanya mencoba melakukan pekerjaannya.
Pria itu terus berteriak, tak peduli dengan perhatian pelanggan lain yang mulai melirik. Miao Miao, yang merasa sikap pria itu semakin keterlaluan, akhirnya berdiri dari mejanya dan mendekati meja pria tersebut dengan langkah tegas.
"Apakah Anda yakin, kalau marah seperti ini akan akan membuat makanan mu jalan sendiri dihadapanmu?" ujar Miao Miao dengan nada dingin, namun tajam.
Pria itu sempat terdiam, sedikit terkejut melihat Miao Miao yang tiba-tiba muncul di depannya, namun ia tak kehilangan muka dan bersikeras. "Siapa kamu, ikut campur urusanku!" teriaknya.
Dengan senyuman tipis, Miao Miao menatapnya tajam. "Suara mu sangat jelek, jangan berteriak. Seperti bebek kejepit pagar. Anda bukan hanya memalukan diri sendiri, tapi juga merusak suasana restoran ini. Aku sedang makan, kau sangat menggangguku."
Suasana di sekitar menjadi ramai dengan suara tertawa karena ucapan Miao Miao. Pria itu memerah malu, tidak tahu harus berkata apa, dan mulai merasa canggung dengan perhatian yang diberikan oleh Miao Miao serta pelanggan lainnya.
Miao Miao mengakhiri percakapan itu dengan satu kalimat, "Jika Anda ingin cepat makan sampai di depanmu, belilah nasi kotak di pinggir jalan yang sudah tertata rapi."
Pria itu menelan ludahnya, merasa malu, dan akhirnya memilih untuk diam. Wajahnya memerah, dan ia segera berdiri dari meja, pergi meninggalkan restoran dengan langkah terburu-buru.
Miao Miao kembali duduk dengan tenang, melanjutkan makanannya seolah tidak terjadi apa-apa. Keberaniannya berbicara langsung dan tegas membuat suasana kembali tenang, dan pelayan yang tadi sempat tertekan, akhirnya menghela napas lega.
Setelah kejadian itu, beberapa pelanggan yang ada di restoran mulai memberikan pandangan kagum kepada Miao Miao. Meskipun tampaknya ia hanya menikmati hari santai, ia menunjukkan keberanian dan ketegasan yang membuat semua orang di sekitar merasa hormat.
Di sudut restoran yang sama, dua pemuda tampan yang sebelumnya memperhatikan Miao Miao dari jauh kini saling bertukar pandang setelah mendengar percakapan tegasnya dengan pria yang sedang marah. Mereka terperangah dengan sikap Miao Miao yang begitu berani dan tajam. Tanpa sadar, mereka tersenyum kecil, terkesan dengan cara Miao Miao menangani situasi itu.
"Bukankah itu gadis yang tadi di toko kosmetik?" salah satu dari mereka berkata sambil mengernyitkan dahi, mengenali wajah Miao Miao yang tampak familiar.
"Ya, benar! Aku ingat dia. dia ternyata … benar-benar galak, ya?" balas temannya, masih tersenyum dengan sedikit kekaguman.
Mereka saling bertukar pandang, terkesima oleh kecantikan dan ketegasan Miao Miao. Meski tak mengucapkan kata-kata lebih lanjut, keduanya merasa tertarik dengan sikapnya yang berbeda dari kebanyakan wanita. Mereka menyadari bahwa Miao Miao bukan hanya memiliki penampilan menarik, tetapi juga kekuatan karakter yang membuatnya terlihat sangat menonjol.
"Sepertinya dia bukan orang sembarangan," kata salah satu pemuda itu, sambil melirik ke arah Miao Miao yang kini kembali duduk dan melanjutkan makanannya dengan tenang, seolah tidak terjadi apa-apa.
"Benar, dia punya cara sendiri dalam menghadapi masalah," sahutnya. "Aku suka itu. Mungkin kita harus mencari tahu lebih banyak tentang dia."
"Apakah, Tuan ingin aku mencari tahu?" tanya pria muda satu nya.
"Tidak perlu, kalau jodoh. Nanti bertemu lagi." jawabnya kemudian.
Mereka pun kembali menikmati makan siang mereka, namun perhatian mereka masih tertuju pada Miao Miao. Tanpa disadari, kehadiran dan keberanian Miao Miao membuat kesan yang mendalam bagi kedua pemuda tersebut.