Tidak pernah terbersit di pikiran Mia, bahwa Slamet yang sudah menjadi suaminya selama lima tahun akan menikah lagi. Daripada hidup dimadu, Mia memilih untuk bercerai.
"Lalu bagaimana kehidupan Mia setelah menjadi janda? Apakah akan ada pria lain yang mampu menyembuhkan luka hati Mia? Kita ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Power Of Mbak Jamu. Bab 20.
Buk.
Bogem keras mendarat di tengkuk Mia. Seketika dia berteriak, tetapi hanya dengan hitungan detik Mia pun ambruk ke lantai.
"Kenapa Mia?" Batin Putri ketika mendengar teriakan Mia. Dia lempar baju kering ke tempat tidur, kemudian berlari keluar.
"Hee... siapa kalian?" Putri berterik ketika tiba di luar melihat dua orang pria bertubuh tegap dan mengenakan penutup kepala menyambar tubuh Mia lalu membawa kabur.
"Hee... lepaskan dia..." Putri pun tidak bisa berbuat apa-apa selain berteriak minta tolong, tetapi Mia sudah di masukkan ke dalam mobil. Putri hanya kebingungan memandangi mobil yang sudah ngebut entah kemana.
"Ada apa Put?" Bu Yuli tetangga sebelah kiri Putri pun muncul.
"Mia ada yang menculik Mbak" Dengan perasaan sedih, Putri menceritakan kepada Yuli bahwa Mia telah dibawa kabur dengan mobil hitam.
"Kok bisa?" Yuli pun kaget, tetapi di dalam hatinya berpikir. Untuk apa sampai ada orang yang menculik Mia, padahal selama ini tetangga tahu bahwa Mia tidak mempunyai musuh.
"Kira-kira siapa yang menculik Mia Put?"
"Aku nggak tahu Mbak" Mia menjawab lirih, tetapi dalam hati menaruh curiga bahwa keluarga Slamet lah yang melakukan itu.
"Lalu bagaimana ini? Apa kita lapor polisi saja Put?" Yuli pun panik. Walaupun awal-awal ketika Mia baru pindah ke rumahnya Yuli sempat kurang bersahabat, tetapi karena Mia tidak pernah ambil hati ucapan Yuli yang ceplas ceplos, wanita dua anak itu kini merasa kehilangan.
"Apa tidak sebaiknya kita bicarakan dengan Jaka dulu Mbak Yuli" Usul Putri, dalam situasi genting hanya Jaka yang bisa dia mintai pertolongan.
"Ide yang bagus" Yuli pun tidak banyak bicara lalu pulang ambil handphone. Dia cari nomor Jaka lalu menghubungi. Hampir semua warga tahu nomor handphone Jaka, karena jika membutuhkan kendaraan mereka tinggal telepon.
Mendadak di depan rumah Mia menjadi ramai, rupanya Yuli bukan hanya menghubungi Jaka, tetapi juga mengabarkan ke grup warga bahwa Mia diculik. Tentu saja mereka berdatangan, semua warga menuduh jika kehilangan Mia ada hubungannya dengan Slamet.
"Kita datangi saja rumah Slamet" ucap warga.
"Ayo kita datangi" Warga yang lain menyahut.
"Tapi kalau siang gini Slamet kerja" Putri memberi tahu mereka. Putri memang curiga jika yang menculik Mia keluarga Slamet, tetapi bukan Slamet sendiri. Bisa orang tua Slamet atau istrinya.
"Di rumah Slamet kan ada istrinya" sambung Yuli. Lalu dibenarkan oleh warga. Mereka sepakat akan berangkat beramai-ramai kecuali Putri.
Tak tak tak.
Datang pria dengan wajah panik, tempat itu mendadak sunyi, hanya terdengar alas kaki pria yang tak lain adalah Jaka. Jaka menatap orang-orang yang pandanganya tertuju kepadanya.
"Mbak Putri, Mbak yakin kalau Mia diculik" cecar Jaka, masih tidak percaya jika ada orang yang tega menculik Mia.
"Benar Mas Jaka" Putri pun menceritakan kejadian yang dia lihat, lalu minta pendapat Jaka apa benar jika mendatangi rumah Slamet, padahal belum tentu dia pelakunya.
"Sekarang begini saja, boleh kita bertanya ke rumah Slamet tentang keberadaan Mia, tetapi cukup dua orang saja" Jaka memberi saran.
Dua orang di antara mereka yakni suami Yuli bersama RT setempat berangkat berboncengan motor menuju rumah Slamet.
Sementara Jaka berkeliling dengan motornya mencari Mia seorang diri. Sesekali berhenti di setiap tempat yang sekiranya dia curigai. Dua jam sudah dia berkeliling lalu beristirahat di pos satpam komplek.
Jaka bersandar di pos sambil mengingat-ingat orang yang tadi malam mengikuti Mia dengan dirinya. Sementara ini orang misterius tersebut yang Jaka curigai. Dia tidak yakin bahwa Slamet pelakunya. Karena tidak akan mampu membayar orang untuk menculik Mia. Namun, siapa orang itu? Jaka akan menyelidiki.
"Kue... kue..." seorang wanita muda tengah menjajakan dagangannya dengan sepeda.
"Bang... kuenya Bang... enak loh" Wanita itu menyenderkan sepeda di pos di mana Jaka sedang melamun.
"Terimakasih Mbak, saya sudah kenyang," Jaka menolak santun.
"Ayo dong Bang, dilarisi" Wanita itu pun setengah memaksa nampak prustasi karena kuenya belum ada yang membeli.
"Mbak Mia... akhirnya jualan juga" tiga orang wanita mengira bahwa yang sedang berjualan adalah Mia karena mereka melihat sepeda Mia dari kejauhan.
"Mia..." batin Jaka kaget, menatap tiga wanita yang mendekat.
"Mari Mbak, kuenya masih hangat" penjual kue tersenyum senang.
"Loh, kok kamu bukan Mia sih" salah satu wanita ragu akan membeli kue tersebut khawatir tidak enak seperti buatan Mia.
"Saya memang bukan Mia Mbak, tapi kue ini buatan dia" Bohong wanita yang tak lain adalah Ranti. Dia mengatakan disuruh menjual kue buatan Mia. Padahal Ranti melihat resep di google dan akhirnya berjualan.
Jaka hanya mendengarkan perbincangan mereka, ia sangat tertarik nama Mia disebut-sebut.
Satu wanita di antara tiga orang tersebut seketika ingat jika wanita ini yang pernah dia lihat sedang mesra dengan Slamet di teras rumah.
"Oh... Mbak ini sepupunya Mas Slamet" wanita pelanggan Mia itu mengatakan kepada dua temannya.
Jaka masih terus mendengarkan, akan bicara jika sudah saatnya nanti. Jaka memandangi tiga wanita yang sedang memilih kue sambil berbisik-bisik entah apa yang mereka bicarakan.
"Kok tumben sih, kue buatan Mia tidak rapi" salah satu wanita pun akhirnya komentar. Menatap Ranti curiga.
"Iya Mbak, soalnya Mia sedang capek bikinnya," Ranti pun ngeles.
Tidak mau debat, pelanggan kue Mia mencoba satu kue. Dia gigit pastel isi sayuran lalu menyemburkan dari mulut.
Bah.
"Kue apaan rasanya begini? Loe jangan bohong! Ini bukan kue buatan Mia," Mereka pun langsung marah-marah tidak jadi membeli kue.
"Heh, kalau mau jualan yang jujur dong. Dengan kamu mengakui jika kue ini buatan Mia. Kamu sendiri yang akan rudi." Semprot mereka, kemudian pergi.
Ranti merengut kesal memandangi kuenya yang tidak jadi dibeli.
"Saya mau kok membeli semua kue kamu" Jaka pun akhirnya bicara.
"Iya Bang, tapi sebelum membeli cobain dulu kue saya. Enak kok" Ranti percaya diri. Padahal kue buatanya itu dia buat dengan sayuran yang sudah tidak segar, bukan hanya asam rasanya, tetapi juga asin. Lagi pula Ranti baru pertama kali membuat kue.
Jaka menolak dengan halus lalu minta Ranti memasukkan kue ke dalam kantong plastik.
"Kamu istrinya Slamet?" Jaka sudah bisa menyaring perbincangan Mbak-Mbak baru saja. Lalu menyimpulkan jika wanita ini istri Slamet yang baru. Tetapi Jaka pura-pura tidak tahu.
"Iya, kok Abang tahu?"
"Saya, Mas Slamet, dengan Mia itu bersahabat" Jaka pun berbasa basi menanyakan kabar Slamet, dan juga Mia.
"Kapan terakhir Mia datang ke rumah kamu?" Selidik Jaka. Dia tidak yakin jika Slamet pelakunya, tetapi Jaka curiga kepada wanita ini. Walaupun baru mengenal Ranti sekali, Jaka sudah bisa menyimpulkan bahwa Wanita di depanya bukan orang baik.
"Nggak ingat kapan. Saya kesal dengan janda gatal itu, sudah cerai dengan Slamet, tetapi masih juga merecoki rumah tangga saya" Ranti pun mengeluarkan kata-kata kasar.
"Tunggu-tunggu, apa tujuan Abang menanyakan wanita itu," Ranti yakin jika pria hitam tetapi jika dipandang tidak membosankan itu ingin tahu banyak tentang Mia.
"Jangan banyak tanya! Mau saya beli tidak kue kamu" Jaka pun akhirnya marah mendengar Ranti menjelek-jelekkan Mia.
"Mau-mau"
"Sekarang saya ulangi pertanyaan di atas, katakan dengan jujur, kapan kamu terakhir bertemu Mia?" Tanya Jaka menaikkan intonasi suara.
...~Bersambung~...