WARNING : CERITA INI ITU TIPE ADULT ROMANCE DENGAN VERSI ROMANCE SLOWBURN !!!
[ROMACE TIPIS-TIPIS YANG BIKIN JANTUNGAN DAN TAHAN NAPAS]
---
Lima tahun yang lalu, Damien dan Amara menandatangani perjanjian pernikahan demi menunjang keberlangsungan bisnis keluarga mereka. Tidak pernah ada cinta diantara mereka, mereka tinggal bersama tetapi selalu hidup dalam dunia masing-masing.
Semua berjalan dengan lancar hingga Amara yang tiba-tiba menyodorkan sebuah surat cerai kepadanya, disitulah dunia Damien mendadak runtuh. Amara yang selama ini Damien pikir adalah gadis lugu dan penurut, ternyata berbanding terbalik sejak hari itu.
---
“Ayo kita bercerai Damien,” ujar Amara dengan raut seriusnya.
Damien menaikkan alis kanannya sebelum berujar dengan suara beratnya, “Dengan satu syarat baby.”
“Syarat?” tanya Amara masih bersikeras.
Damien mengeluarkan senyum miringnya dan berujar, “Buat aku tergila kepadamu, lalu kita bercerai setelah itu.”
---
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon redwinee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 15
Amara masih tetap diam membisu hingga mereka keluar dari mobil dan berjalan ke area taman yang tidak begitu ramai keadaannya hari ini. Melihat Amara yang masih melamun, Damien akhirnya meraih tangan Amara dan mengenggamnya erat membuat bahu wanit itu tersentak kaget.
“Ada banyak paparazi,” ujar Damien berbisik pelan.
Amara menjejalkan pandangannya ke sekitar dengan hati-hati dan ternyata perkataan Damien benar. Ada beberapa paparazi yang sudah membuntuti mereka sedari tadi, mereka berdiri dengan posisi acak sembari bersembunyi di balik pohon tak lupa dengan kamera mereka.
Ada yang bersembunyi dan ada juga yang terang-terangan mengarahkan kamera ke arah mereka.
Amara memutuskan untuk ikut berakting bersama Damien, mulai detik ini mereka harus melupakan pernikahan kontrak mereka dan bersikap layaknya sepasang suami istri pada umumnya.
Amara menarik napas sekali kemudian dengan segera mengeluarkan senyum palsunya kemudian.
“Ayo selesaikan isu miringmu itu dengan cepat,” ujar Amara balas berbisik kemudian dengan segera berbalik mengharap Damien dan melingkarkan lengannya pada leher Damien.
Pergerakan Amara sama sekali tidak bisa diprediksi oleh Damien, pria itu tampak tersentak sejenak sebelum kewarasan kembali mengambil ahli dirinya. Damien merespon tindakan Amara dengan ikut melingkarkan lengan kekarnya pada pinggang ramping milik Amara.
Manik mereka berdua saling beradu membuat Amara dapat menyelami kedua manik biru Damien yang tampak tenang itu.
Tanpa Amara duga, pria itu menundukkan kepalanya sedikit, dengan posisi berhadapan, Damien mendekatkan wajahnya ke arahnya dan berakhir menyatukan pelipis mereka berdua.
Amara dapat merasakan deru napas milik Damien dan jakut pria itu yang baik turun. Amara bahkan menahan napasnya ketika Damien dengan begitu mahir mengambil ahli keadaan dan membuat Amara tidak dapat berpikir dengan jernih.
Damien dapat mendengar detak jantung Amara yang berdebar kencang dan hal itu semakin membuatnya merasa tertarik untuk menggoda wanita itu lebih lagi.
Damien dengan sengaja mengikis jarak diantara mereka hingga hidung mereka nyaris bersentuhan.
“Tersenyumlah,” titah Damien.
Seolah perintah Damien adalah sebuah kewajiban yang harus Amara patuhi saat itu juga, otaknya tak lagi mampu memproses dan tubuh Amara berhasil dikendalikan oleh pria itu seutuhnya.
Amara dan Damien tersenyum, keduanya mengeluarkan senyuman bahagia mereka.
Bersamaan dengan itu, terdengar banyak suara kilatan kamera disekitar mereka yang sibuk mengabadikan momen istimewa itu.
Secara ajaib, setelah isu kencan berama mereka di taman terkuak ke media publik, isu miring Damien tenggelam begitu saja. Tidak ada yang mengungkitnya lagi, semua hanya fokus pada foto mesra Amara dan Damien. Berbagai reaksi didapati, mulai dari komentar positif yang bahkan mengharapkan dapat melihat Damien versi kecil di dunia ini hingga komentar negatif tentang mereka yang iri dengan posisi Amara ataupun Damien.
Setelah tenggelamnya isu miring Damien, mereka berdua kembali menjalani hari seperti biasanya. Dan sampai hari ini, Damien juga masih menjemput Amara pulang dari kantor. Pria itu selalu menepati janjinya untuk menjemput Amara dan kalaupun telat, Damien akan mengabarinya terlebih dahulu.
Amara melirik ke arah Damien yang masih fokus dibalik kendali stirnya. Wanita itu membasahi bibirnya yang terasa kering sembari memainkan jari-jari tangannya. Sebenarnya belakangan ini ada yang mengusik pikiran Amara.
Tetapi ia tidak berani menanyakan hal itu kepada Damien akrena takut pria itu tersinggung. Namun semakin Amara menghindari diri untuk bertanya, semakin wanita itu kepikiran dan terusik setiap malamnya.
“Ada apa Amara?” tanya Damien tiba-tiba.
Seolah pria itu bisa membaca isi pikirannya, Damien tiba-tiba bersuara membuat Amara terdiam sejenak sebelum menarik napas sekali dan memberanikan diri untuk melempar pertanyaan yag belakangan ini telah mengusiknya itu.
“Sebenarnya, apa hubunganmu dengan Florynn, terlepas dari yang diceritakan oleh publik,” ujar Amara dengan nada pelannya kemudian dengan hati-hati ia mengecek raut wajah Damien takut kalau pria itu mendadak marah atau malahan tidak menjawab permintaan Amara sama sekali.
Namun diluar dugaan, Damien malah menceritakannya. Secara garis besar, cerita Damien mirip dengan yang dikatakan oleh publik. Mereka terlibat semacam cinta segitiga dan Florynn sekarang patah hati dan sudah beberapa kali menawarkan untuk berhubungan kembali dengannya. Bahkan ketika Damien sudah menikah, wanita itu masih bersikeras untuk mendekati Damien dan bahkan menawarkan untuk menjadi wanita simpanan dengan menyembunyikan hubungan mereka saja dari Amara.
Amara sontak sangat kaget dengan pengakuan Damien yang kelewat frontal dan jujur itu. Ia tidak menyangka Damien akan menceritakannya secara detail. Dan setelah mendengarnya, kini Amara malah semakin kesal dengan Florynn.
Amara benar-benar membenci sikap menjijikkan dari Florynn itu.
“Kau pernah tidur bersamanya?” tanya Amara penasaran.
Damien menaikkan alis kanannya, seolah tertarik dengan pertanyaan Amara barusan dan wanita itu sendiri tidak sadar kenapa dirinya bisa melempar pertanyaan seberani itu.
“Menurutmu?” melainkan menjawab, Damien malah melempar pertanyaan kembali, seolah berniat untuk menggoda Amara dengan cara tidak ingin menjawab pertanyaannya.
“Sudah,” ujar Amara singkat kemudian membuang muka ke arah jendela kaca mobil dan melempar pandangannya pada jalanan trotoar.
“Dia bukan tipeku,” ujar Damien membuat Amara tertegun.
Perasaan macam apa ini? Mendengar jawaban Damien itu seolah membangkitkan sisi aneh dalam dirinya. Amara merasa senang dan lega, tetapi kenapa?
“Lalu apa yang sebenarnya Florynn ketahui tentangmu dan aku tidak tahu itu?” tanya Amara lagi, kini memutuskan untuk lebih berani dalam melempar pertanyaan kepada Damien.
Selanjutnya hening, karena tidak ada jawaban dari Damien, Amara memutuskan untuk menoleh ke arah pria itu.
“Untuk yang itu, kau tidak perlu tahu,” ujar Damien dingin seolah dengan terang-terangan menyembunyikan sesuatu darinya.
Fakta bahwa Damien memiliki rahasia bersama Florynn yang tidak diketahui Amara membuat wanita itu marah. Perasaan senang beberapa waktu lalu benar-benar tersapu habis digantikan rasa tidak nyaman yang membuat Amara kesal.
Amara kembali tertegun, seharusnya Amara bisa sadar diri. Lagian ini adalah salah dirinya yang bertanya terlalu banyak tentang kehidupan pribadi pria itu.
Sejak kapan mereka sedekat itu untuk saling mengetahui rahasia masing-masing?
“Maaf, aku lancang,” ujar Amara kemudian membuka pintu mobil, kebetulan mereka sudah sampai di parkiran apartemen dan pergi mendahului Damien menuju lift.
Damien hanya menatap punggung wanita itu kemudian menjambak rambutnya sendiri. Damien tahu dia telah melakukan kesalahan, tetapi ini bukan waktu yang tepat untuk menceritakannya kepada Amara.
Semua hal sepakat untuk berjalan kembali pada jalurnya, setiap hari mereka berdua berpisah untuk memulai pekerjaan mereka di kantor dan bertemu pandang setelah pekerjaan mereka di kantor selesai.
Seperti hari-hari sebelumnya, Damien tetap menjemput Amara pulang. Namun hari ini Amara mengiriminya pesan untuk menjemputnya dari kafe dekat kantor karena ia berniat untuk memesan kopi demi mengusir kantuk yang sudah seharian ini melandanya itu.
“Mrs. Amara, aku menonton acara fashion show mu kemarin di internet. Acara itu benar-benar sukses besar, selamat,” ujar Bastian selaku barista yang bekerja disana.
Sebab Amara sudah lumayan sering berbelanja kopi disana, dia dan Bastian cukup sering mengobrol. Karena Amara terkadang mengambil jeda istirahat siangnya untuk menyesap kopi disana dan untuk menjernihkan pikirannya sejenak sebelum kembali pada pekerjaannya.
“Terima kasih Bastian,” ujar Amara kemudian tertawa kecil. Sudah banyak orang yang mengucapkannya selamat karena acara yang digelarnya itu sukses besar dan trending di banyak situs pencarian.
“Tidak salah jika aku menjadi penggemar beratmu Mrs. Amara yang terhormat,” ujar Bastian lagi kemudian ikut tertawa dengan Amara yang tertawa malu karena pujian Bastian.
Bastian merupakan pria yang ramah dan murah senyum, selagi berbicara dengannya Amara tidak pernah kehilangan topik dan obrolan mereka mengalir begitu saja dengan waktu yang terasa berakhir singkat bagi keduanya.
Sangat berbeda dengan kepribadian Damien yang dingin dan cenderung membosankan bagi sebagian orang. Damien benar-benar berbeda dari Bastian.
Sial, kenapa Amara jadi membandingkan dua pria itu?
Amara menggeleng pelan, berusaha mengenyahkan pikiran anehnya itu.
“Ngomong-ngomong Mrs. Amara, bolehkah aku bertemu dengan Mr. Damien,” uajr Bastian tiba-tiba membuat Amara mengerutkan alisnya.
“Damien? Suamiku?”
Bastian menangguk mengiyakan, “Aku ingin berfoto bersamanya sekaligus meminta tanda tangannya,” ujar Bastian dengan raut tersipunya.
Amara melebarkan matanya tampak kesal, “Dasar, berarti aku bukanlah satu-satunya idolamu? Sekarang kau bahkan menjadi penggemar berat pria dingin, kaku dan tak berperasaan itu,” ujar Amara kesal.
Bastian lagi-lagi tertawa keras, “Benar, Mr. Damien adalah pria dingin dan sangat kaku,” ujarnya kemudian lagi-lagi tertawa membuat Amara tertegun.
Karena terlanjut kesal, Amara tidak sengaja mengejek Damien di depan orang lain.
‘Maaf, Damien. Aku keceplosan.’ Amara meminta maaf dalam hati.
“Walaupun dingin dan kaku, tetapi dia melindungi orang-orang yang dia sayangi dengan caranya sendiri,” lanjut Amara, berniat untuk memperbaiki citra suaminya itu sedikit.
Bastian menghentikan tawanya kemudian menangguk setuju, “Baiklah, aku percaya padamu Mrs. Amara.”
Bersamaan dengan itu, lonceng pada pintu kafe berdenting sekali menandakan ada pengunjung yang masuk.
Disitu Damien berdiri sembari memasukkan kedua tangannya pada saku celanannya, manik birunya menjelajahi seisi kafe dan berhenti pada Amara di depan sana yang tampak tengah mengobrol dengan seorang pria.
Manik Damien masih memaku fokusnya disana, melihat interaksi mereka untuk waktu yang lama, terlebih ketika Amara mengeluarkan tawa nya dan terlihat mengobrol dengan sangat asyik.
Terbesit rasa tidak nyaman dalam diri Damien ketika melihat interaksi keduanya itu. Walau masih dalam batas ambang wajar, tetapi Damien tidak suka melihat tawa Amara yang diberikan secara percuma-Cuma pada barista keriwil itu.
Benar, Bastian memiliki rambut blonde yang keriwil.
Tetapi nahasnya, Damien tidak tahu persis perasaan apa yang dialaminya itu.