Tak sekedar menambatkan hati pada seseorang, kisah cinta yang bahkan mampu menitahnya menuju jannah.
Juna, harus menerima sebuah tulah karena rasa bencinya terhadap adik angkat.
Kisah benci menjadi cinta?
Suatu keadaanlah yang berhasil memutarbalikkan perasaannya.
Bissmillah cinta, tak sekedar melabuhkan hati pada seseorang, kisah benci jadi cinta yang mampu memapahnya hingga ke surga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
Yura tak kuasa melihat sang sahabat bertukar cincin dengan pria incarannya. Ia pun memilih keluar dari aula untuk menetralisir debaran jantungnya yang sedari tadi berdetak tak karuan.
Padahal untuk mengirim CV ke Malik saja perlu keberanian serta kemantapan hati. Butuh sekitar lima hingga enam bulan untuk menimbang-nimbang keputusannya itu, tapi setelah berhasil CV di terima oleh Malik, tak di sangka, ternyata Azizah juga mengirimkan data pribadinya ke pria itu.
Menyukai pria yang sama, entah itu sebuah kesengajaan, atau hanya kebetulan, yang jelas Yura sama sekali tak tahu jika Azizah pun menginginkan Malik menjadi suaminya. Baik Yura dan Azizah, benar-benar menyimpan perasaannya serahasia mungkin.
Biasanya zizah selalu memberitahu apapun pada Yura termasuk soal asmara. Tapi perasaannya pada Malik, sungguh Yura tak mengetahuinya barang sedikit.
Menarik napas berat, rasa sakit justru kian terasa saat udara masuk ke pori-porinya. Seperti ada sesak yang terus membelit dadanya.
Perih!!
"Ehemm.." Yura menoleh ke belakang saat mendengar deheman dari seorang pria.
Juna melangkah ke arahnya dengan kedua tangan ia masukkan ke saku celana. Sementara Yura kembali menatap lurus ke depan.
"Ngapain di sini?" Tanya Juna ketika berdiri di sebelah Yura.
"Cari angin" Jawab Yura cuek.
"Cari angin? Di dalam panas? Kan ada AC?"
"B-bukan panas, tapi pengap karena mungkin terlalu banyak orang"
"Oh" Balas Juna. "Kirain kepanasan karena Malik"
Mendengar nama pria idamannya di sebut, kembali ia di serang rasa tak nyaman efek dari debaran jantung.
Salah satu sudut bibir Yura terangkat. "Ckk.. Kenapa Malik?" Tangannya mengusap keringat dingin yang merembes di keningnya.
"Aku yang menolak dia, kenapa harus kepanasan?"
Juna sedikit tercengang. Secara reflek tangannya keluar dari kantong celananya.
Tidak mungkin Yura menolak pria yang sudah susah payah ia kirimi data pribadi.
"Kamu yang menolaknya? Bukankah kamu sendiri yang menginginkan Malik menjadi suamimu?"
"Tadinya iya, tapi setelah bertemu dan mengobrol, ternyata kita beda pandangan"
"Itu artinya dia memilihmu?"
"Hmm" Jawab Yura di iringi anggukkan kepala. "Hanya aku yang tahu, dan aku harap mas nggak akan crita ke Zizah"
Juna menelan ludah. Masih belum percaya kalau pria sekelas Malik ternyata memilih adiknya.
Artinya sosok Yura memang sangat ideal untuk di jadikan istri seperti kata sang mamah.
"Lama-lama dingin juga di sini, aku masuk dulu" Pamit Yura, memindai wajah Juna sekilas.
Juna tak merespon, ia hanya diam, terpaku menatap kepergian Yura.
"Yura menolak pria seperti Malik?" Gumam Juna tak percaya. "Perbedaan pandangan yang seperti apa yang dia maksud? Atau jangan-jangan_"
Juna menggantung kalimatnya. Spekulasinya sementara adalah demi sahabatnya.
"Dia merelakan Malik untuk Zizah?" Kepala Juna tergeleng dengan alis saling bertaut. "Tapi kenapa Malik begitu bahagia juga bertunangan dengan Zizah? Apakah pria itu sebenarnya menginginkan dua-duanya? Tidak dapat Yura, Zizah pun tak kalah baik dari Yura"
Menggembungkan mulut, rasa penasaran Juna seakan meronta-ronta. Ia pun kembali mengira kalau ucapan Yura hanya omong kosong untuk menutupi rasa gengsinya di hadapan Juna sendiri.
****
Tepat pukul sembilan lebih sedikit, acara pertunangan akhirnya selesai.
Karena acaranya di lakukan sesingkat mungkin demi menghindari hal-hal yang kurang baik, keluarga Malik pun langsung berpamitan.
Tidak dengan keluarga Jazil yang masih bercengkrama dengan keluarga ustadz Zaki.
Jazil yang sedang mengobrol dengan Khadijah, sedangkan Yura ada di kamar Zizah.
Juna sendiri mengobrol dengan ustadz Malik di sebuah aula tempat acara tadi.
"Papah apa kabar, nak?" Tanya Zaki. Keduanya duduk di sebuah kursi yang mengelilingi meja bundar.
"Alhamdulillah sehat, ustad"
"Syukurlah. Kapan kembali ke Jakarta?"
"Katanya si minggu depan"
Ustad Zaki hanya mengangguk paham.
Lalu hening. Hingga beberapa detik berlalu, Juna memberanikan diri untuk bertanya sesuatu.
"Maaf, ustadz. Saya mau tanya"
"Mau tanya apa, nak Juna?"
Sedikit ragu sebenarnya, tapi dia ingin sekali menanyakan sesuatu yang masih belum ia pahami.
"Seperti apa jodoh yang Allah siapkan untuk umatnya, ustadz"
"Perihal jodoh?" Ustadz Zaki mengusap dagunya pelan, sedetik kemudian pria paruh baya itu bersuara. "Sudah di terangkan dalam Qur'an surat An-Nisa ayat 26, bahwa perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia yaitu (surga). Jadi bisa di simpulkan kalau jodoh seseorang bisa di lihat dari cerminan diri kita. Jika kita baik, jodoh kita baik, dan jika kita buruk, maka jodoh kita pun buruk. Dalam ayat ini, kata "mubin" berarti jelas dan menjelaskan. Ayat ini juga menjelaskan bahwa seseorang cenderung kepada orang yang memiliki kesamaan dengannya, termasuk sifat" Terang ustad Zaki dengan panjang lebar.
"Kalau pria buruk, apa ada kesempatan mendapatkan wanita baik?"
"Tentu saja bisa asalkan dia mau memperbaiki dirinya menjadi lebih baik lagi"
"Bagaiman caranya, ustadz?"
Ustadz Zaki melirik Juna.
"Apakah nak Juna sedang menginginkan seorang gadis baik dan sholehah?"
"Keinginan itu pasti ada, ustadz. Tapi apakah mungkin, pria seperti saya bisa mendapatkan jodoh yang sholehah? Sedangkan saya sendiri jauh dari kata sholeh"
"Tadi nak Juna menayakan bagaimana caranya, kan?"
Juna mengangguk.
"Nak Juna bisa memperbaiki diri dengan cara terus berbuat baik kepada sesama manusia, memperdalam ilmu agama, bisa juga dengan cara menjauhi larangan-Nya, dan menjalankan semua perintah-Nya. Pokoknya sesuatu yang berfaedah untuk diri kita sendiri maupun orang lain"
Juna diam, merasa kalau dirinya masih minim ilmu terutama tentang agama. Tidak seperti Yura yang bahkan sudah matang ilmu agamanya.
Dalam hati, timbul keinginan untuk memenuhi keinginan sang mamah, yaitu menikahi Yura. Tapi tak semudah itu untuk mendapatkan hati adiknya itu, mengingat dia adalah wanita kualitas premium. Wanita langka yang mungkin limited edition.
Ia pun bertekad memperdalam ilmu agama, memahami isi dari kitab suci Al-Qur'an bahkan memiliki niat untuk menghafal tiga puluh jus.
"Demi Yura, aku pasti bisa. Tidak peduli seperti apa perlakuanku dulu padanya, akan ku tebus kesalahanku jika dia sudah benar-benar menjadi milikku"
Bersambung.
Yang tidak suka bisa langsung left ya, yang kasih penilaian bintang 1 atau 2. Maaf langsung saya blok karena itu benar-benar mengganggu mood menulis saya, dari pada terganggu, jadi lebih baik saya hindari hal2 yang membuat toxid.
Ingat ya, menulis itu susah.
Makasih sudah paham.
Malik ntar poligami
tp sy msh gregetan sm yura yg ga peka sm keinginan orang tuay dan juna jg ga trs terang sm yura klu dia suka...klu yura sdh tunangan sdh ga ada harapan buat juna...s.g aja ga jd khitbahy
ayo Thor lanjut lagi
ntar lama2 jd cinta..
lanjut mbak ane
yura kurang peka terhadap keinginan jazil, kurang peka dg perubahan juna dan kurang peka sama perasaan sendiri
yuk kak lanjut lagi
thanks author semangat ya berkarya