Naura ayu harus menelan pil pahit ketika calon suaminya arfan harlan berselingkuh dengan seorang wanita bernama elviana stefany, padahal beberapa hari lagi mereka akan menikah.
Naura pun mencari tahu siapa wanita yang menjadi selingkuhan calon suaminya itu, dan ternyata ia adalah wanita bersuami akhirnya mau tak mau naura mengadu pada suami elvi yang ternyata adalah jendral arsyad. pria dimasa lalunya.
Siapa jendral arsyad itu ? apa hubungan mereka berdua dimasa lalu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saidah_noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya mantan.
Naura melebarkan matanya dan menggenggam kuat ponsel miliknya, kala suara tak asing itu terdengar begitu jelas ditelinganya.
Ia menghela nafas, sebelum akhirnya kembali berbicara pada pria disebrang sana.
" Kamu mau apa hubungi aku arfan?" tanya naura dengan nada dingin.
Naura sudah memblokir no milik arfan dan lelaki itu menghubunginya dengan no baru. Ia sendiri sudah berganti no, entah dari mana lelaki brengsek itu mendapatkan no nya.
" Jangan dingin naura, aku cuma mau bilang. 'aku minta maaf'. Aku tahu aku salah, tapi semua karena elviana" ujar arfan dengan nada yang lembut.
" Denger ar, kita udah gak ada hubungan apa-apa lagi jangan menggangguku lagi. Aku bukan wanita seperti elviana yang kau datangi kapan saja kau mau" bentak naura yang langsung memutuskan sambungan.
Masih jelas ingatanya waktu arfan hampir melecehkannya, lelaki itu masih saja mendekatinya. Sepertinya ia memang harus pindah ke apartnya reva, sebelum pria itu semakin lancang padanya.
Bahkan, ibu kost mengomelinya lagi lantaran arfan datang dan menunggunya diteras cukup lama. Apa salahnya sih menjadi janda? Yang salah cobaannya saja yang berat. Fikirnya
Naura mengusap wajahnya, sesulit inikah ia hidup bahkan untuk bernafas saja seakan sesak.
Ponselnya kembali berdering, hampir saja benda pipih itu ia lempar asal saking kesalnya pada lelaki itu. Bahkan menyebut namanya saja ia sudah muak.
Tanpa mengecek no asing lagi, ia menggeser tombol hijau diaplikasi chating itu.
" Mau apa lagi sih kamu? HAH ... Belum puas apa, waktu itu kamu hampir melecehkan aku. Dasar pria brengsek, buaya, jelalatan, gak_" ucapannya terhenti, kala suara itu bukan suara arfan.
" Naura, ada apa? Siapa maksud kamu?" suara tak asing lagi, bertanya padanya dari sebrang sana.
Naura melihat no asing itu, no nya berbeda dan begitupun suaranya.
Ia menormalkan emosinya, berdehem berkali-kali dan menghembuskan nafas nya sekaligus kekesalannya.
" Hallo naura kamu denger aku gak? kamu kenapa?" suara laki-laki yang sudah sangat ia kenal.
" Mm iya, hallo jen, dari mana kamu tahu no aku?" tanya naura menggigit bibir bawahnya, karena malu kalo lelaki yang menghubunginya sekarang adalah jendral bukan arfan.
Padahal amarahnya tadi ia keluarkan semua pada orang yang menghubunginya sekarang.
" Jawab dulu pertanyaanku, siapa yang melecehkan kamu? Apakah arfan ?" terdengar jendral begitu marah disebrang sana.
" Eng ... Enggak kok jen ... Aku asal bicara aja" bohong, hanya itu yang bisa ia ucapkan demi bisa menahan amarah jendral.
" Naura! aku sangat kenal kamu, Kamu tak bisa bohong sama aku. Beresin barang-barang kamu sekarang! Pindah lah ke apartemenku" ujar lelaki itu yang langsung memutuskan sambungan panggilannya.
Naura hanya menggerutu, Kenapa harus semarah itu? Memang jendral siapa? Pacar bukan, suami apalagi. Hanya seorang mantan yang dulu ingin ia lupakan, apapun tentangnya.
Wanita itu menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang, lelahnya hari ini yang dipenuhi dengan kesialan. Bertemu jendral dan rijal, lalu elviana dan malamnya ia dihubungi pria brengsek yang mulai mendekatinya dengan jalan dan cara apapun.
Ia hanya ingin hidup tenang dan bahagia saja dengan gala, hanya sesederhana itu keinginannya. Namun, takdir seolah mengguncangnya dengan masa lalu yang seakan belum usai, dan pria yang sempat ia anggap sebagai masa depannya.
Baru saja ia memejamkan matanya, suara ketukan mengganggu istirahatnya. Ia abaikan saja dan melanjutkan tidur, mamah muda itu sudah sangat lelah.
Namun, suara ketukan semakin lama semakin keras ia dengar pula suara jendral yang memanggil- manggil namanya.
" Naura!" suara jendral kembali terngiang ditelinganya.
"Naura buka pintunya, ini aku jendral" suara lelaki yang sangat ia kenal itu menggebrakan pintu membuat nya terhenyak.
Wanita itu membuka matanya, bangun dari tidur lelapnya. Ia berjalan ke arah pintu, memutar knop dan benar ia melihat jendral yang sudah berdiri di depan pintu kamarnya.
" Dari mana kamu tahu aku tinggal disini?" pertanyaan itulah yang jendral dengar, sebegitu lamanya ia mengetuk pintu.
Lelaki itu menghembuskan nafasnya, kesal bercampur khawatir.
" Mana barang-barang kamu kita pindah sekarang juga " tanya jendral yang nyelonong masuk kekamar wanita yang sudah menjadi mantan istrinya itu.
Tanpa malu, jendral melihat setiap sudut kamar kost yang disewa naura. seorang single parents yang selalu mandiri itu memang kamarnya rapi, jendral tahu serajin apa naura dalam kerapihan.
" Kamu belom berkemas?" tanya jendral membalikkan tubuhnya menghadap naura.
Namun, belum wanita itu menjawab suara ibu kost mengagetkan keduanya.
" Naura! Siapa dia ?" tanya wanita paruh baya bersuara nyaring, memakai daster dengan tangan dan lehernya bertengger perhiasan yang sudah mirip seperti etalase toko emas berjalan.
Jendral mengerutkan keningnya. Ibunya saja yang hidupnya glamor dan serba kemewahan saja tak sepenuh ini dalam memakai perhiasan emas. Ibu kost ini justru seolah memamerkan semua emas yang dimiliknya. Bagaimana jika kena jambret? Fikir lelaki itu.
" Apa dia suami wanita yang berbuat onar itu? " tanya ibu kost itu masih dengan suara nyaring.
Alis jendral berkerut. " Siapa maksudnya naura?" tanyanya.
Naura hanya menggelengkan kepalanya, ia sendiri tak tahu karena tak ada dikostan nya saat itu.
" Namanya elviana, dia istrimu kan. Dasar lelaki hidung belang " umpat ibu kost itu berkacak pinggang.
Naura melirik wanita paruh baya itu, saat ia tanya ibu kost itu berkata tak tahu. Sekarang ia menjawab nama nya dengan lantang.
" Dan kamu, naura, saya tak menyangka harga dirimu serendah ini. Pantas saja kamu hamil diluar nikah saat masih sekolah" ujar wanita paruh baya itu menunjukkan jari telunjuknya pada naura.
Jendral mengepalkan tangannya, terasa remuk hatinya mendengar cemoohan ibu kost yang ia anggap tak tahu apapun itu.
Harga diri rendah, hamil diluar nikah, tak pantas naura mendengar hinaan itu. Dirinyalah penyebab kenahasan wanita itu.
" Buk, dia gak hamil diluar nikah. Dia mantan istri saya" demi membela nama baik naura jendral berujar.
" Alah ... Kamu gak usah sok belain dia. sekomplek ini tahu dia belum menikah, tapi sudah punya anak" sergah ibu kost.
Memang saat naura hamil ia belum memiliki KTP, kala itu ia masih sekolah yang ia punya hanya identitas pelajar. Ia membuat kartu kependudukan saat gala sudah lahir, dan agar ia bisa melanjutkan sekolahnya ke jenjang perkuliahan.
Saat itu, tidak semua orang tahu tentang kehamilannya membuat naura beridentitas lajang. Seharusnya itu salah, namun karena ingin melanjutkan sekolahnya ia membiarkan identitasnya tetap lajang bukan janda.
Dada jendral semakin sesak saking pedasnya hinaan itu, lalu bagaimana selama ini naura menjalani hidup? Dan bagaimana gala dihina sebagai anak haram selama itu?.
Dialah yang seharusnya disalahkan, bukan naura. Pertanyaan itu menorehkan rasa sakit yang dalam dihatinya seakan sebegitu hinanya naura dimata orang.
Buliran air mata lelaki itu menetes, melihat naura yang masih menundukkan kepalanya. Wanita itu tak membantah tak juga membenarkan ia hanya diam seribu bahasa.
Jendral menarik tangan naura. " cepat bereskan barang kamu" titahnya.
Namun, naura menghempaskan tangan lelaki itu dengan kasar. " Mau kemana ? Aku gak bisa ikut sama kamu" tolaknya.
" Kamu gak bisa tinggal disini, ikut aku dan tinggalah di apart" ajak jendral.
" Aku gak mau" tolak naura keukeuh.
" Kita hanya mantan, kamu lupa" tambah wanita itu mengingatkan.
"Jadi, Minggu depan. Undangannya juga udah dicetak," jawabnya.
Setelah tanda petik dua (") tidak perlu spasi dan setelah kalimat berakhir ada akhiran titik (.), koma (,), seru (!) dan tanya (?) yang memiliki fungsi masing2, bukan asal2an aja.
"Ra, jadi nikah enggak?" tanya wanita bla bla.
dibandingkan kata itu?
"Ra, kamu beneran bakal nikah?" tanya bla bla bla.
dan untuk pemenggalan nama, itu pake tanda koma (,) bukan tanda seru (!). Perhatikan penggunaan tanda2 dalam kalimat, karena itu mempengaruhi kalimat kamu nantinya.
bedakan antara 'di' sebagai kalimat dg 'di' sebagai penunjuk tempat