NovelToon NovelToon
KEBANGKITAN SANG PENDEKAR ABADI

KEBANGKITAN SANG PENDEKAR ABADI

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Sistem / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Raja Tentara/Dewa Perang / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Axellio

Judul: KEBANGKITAN PENDEKAR ABADI

Deskripsi:
Ling Chen, seorang pemuda tangguh yang penuh dengan pengalaman pertempuran, terjebak dalam perjalanan menuju takdir yang lebih besar. Setelah terluka parah oleh makhluk tingkat Emperor Bintang 9 di Hutan Terlarang, ia menemukan dirinya berada di ambang kematian. Namun, sebuah kekuatan misterius, Sistem Dewa Alam, terhubung dengannya, membuka jalan baru yang penuh dengan peluang dan tantangan.

Dengan bimbingan sistem dan hadiah luar biasa yang diterimanya, Ling Chen bertekad untuk menguasai kekuatan baru, memperbaiki kesalahan masa lalunya, dan menaklukkan dunia yang dipenuhi makhluk-makhluk legendaris. Dalam perjalanan ini, ia tidak hanya harus melawan kekuatan besar dari luar, tetapi juga menghadapi ambisi dan kesombongannya sendiri yang perlahan ia ubah menjadi kebijaksanaan.

Akankah Ling Chen berhasil mencapai puncak kekuasaan dan membalas dendam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Axellio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 19 KONFLIK YANG BELUM MEREDA

BAB 19 SURAT TANTANGAN KEMBALI

Ling Chen kembali ke kediamannya setelah pertarungan sengit melawan Zhao Lin. Udara malam terasa lebih berat dari biasanya, meskipun angin lembut berhembus, mengusap wajahnya yang penuh dengan keringat. Tubuhnya masih terasa letih, tetapi pikirannya tidak bisa berhenti memutar ulang kejadian di arena. Kemenangan yang ia raih bukan hanya membuka pintu kesempatan baru, tetapi juga menciptakan ancaman yang lebih besar. Ia tahu, setelah hari ini, banyak mata yang akan tertuju padanya—bukan dengan kekaguman, tetapi dengan iri dan niat buruk.

Sementara itu, di Gunung Penempa, Wang Tianhao sedang berdiri di depan api unggun besar. Sosoknya tampak tegas dengan jubah hitam yang berkilau terkena pantulan cahaya api. Di sekelilingnya, murid-murid dari Divisi Penempaan berkumpul, menunggu perintah darinya. Wang Tianhao adalah murid berbakat dari keluarga bangsawan Wang, seorang pemuda dengan kekuatan dan pengaruh besar. Ia juga dikenal sebagai pemimpin kelompok di Gunung Penempa, tempat murid-murid yang berfokus pada senjata dan teknik tempur tinggal.

"Zhao Lin gagal," kata Wang Tianhao dengan nada dingin, memecah keheningan di antara murid-murid itu. "Ling Chen telah membuktikan dirinya, tetapi ini bukan berarti dia tak terkalahkan. Kita tidak bisa membiarkan dia terus menguasai perhatian sekte."

Seorang murid di dekatnya, dengan wajah penuh rasa hormat, angkat bicara. "Apa rencana Anda, Senior Wang?"

Wang Tianhao mengangkat salah satu senjata yang baru saja ia tempa—sebuah pedang yang berkilau dengan aura merah darah. "Kita akan menunjukkan kepada Ling Chen bahwa kekuatannya tidak berarti apa-apa di hadapan strategi dan kecerdasan. Aku akan mempersiapkan senjata ini untuknya, tetapi sebelum itu, aku ingin tahu sejauh mana kekuatannya sebenarnya."

---

Di Kediaman Wang Tianhao

Wang Tianhao memasuki ruang kerjanya, dengan wajah yang dipenuhi kecemasan. Tentu, ia berhasil mengatasi banyak rintangan di Gunung Penempa, namun ia tahu bahwa langkah selanjutnya adalah hal yang lebih besar. Adik bungsunya, Wang Tianhao, memiliki kakak yang lebih tua—seorang murid di Sekte Dalam, yang memiliki pengaruh besar dalam dunia sekte.

Dengan langkah cepat, Wang Tianhao mendekati kakaknya yang sedang duduk santai di ruang dalam, menatap langit yang gelap di luar jendela. Kakaknya, Wang Zhihao, adalah sosok yang tenang namun penuh perhitungan. Dengan pengaruhnya di Sekte Dalam, banyak hal yang bisa diselesaikan hanya dengan kata-kata dari kakaknya.

"Wang Zhihao," kata Wang Tianhao, memulai percakapan dengan nada penuh kekhawatiran. "Ada masalah besar. Ling Chen... dia baru saja mengalahkan Zhao Lin, dan aku tahu dia akan jadi ancaman besar bagi kita."

Wang Zhihao tidak menoleh, matanya tetap terfokus pada langit malam yang luas. "Aku sudah mendengar kabar itu," jawabnya pelan. "Ling Chen memang berbahaya, tetapi kau harus tahu bahwa ini bukan hanya soal kekuatan fisik."

Wang Tianhao menyarungkan pedangnya dengan geram. "Aku tahu! Tapi aku membutuhkan bantuanmu, kakak. Aku tahu kau punya informasi yang lebih banyak tentangnya. Siapa yang akan menjadi selanjutnya yang bisa mencelakakan aku?"

Wang Zhihao akhirnya menoleh, menatap adiknya dengan tatapan tajam yang penuh pengalaman. "Ada seseorang yang lebih kuat dari Zhao Lin. Seseorang yang memiliki kekuatan spiritual yang bahkan sulit untuk dipahami—Tetua Mei. Aku mendengar dia sedang melatih murid baru, dan Ling Chen adalah salah satunya."

Wang Tianhao terdiam. Nama itu—Tetua Mei—merupakan sosok yang sangat dihormati dan ditakuti. "Tetua Mei?" desaknya. "Kau yakin? Apa yang bisa dia lakukan untuk menghentikan aku?"

Wang Zhihao menyeringai kecil. "Tetua Mei bukan hanya seorang ahli dalam seni bela diri. Dia seorang ahli strategi yang bisa membuat siapapun, bahkan yang terkuat sekalipun, jatuh. Jika Ling Chen benar-benar di bawah bimbingannya, itu berarti dia bukan lawan yang bisa diremehkan."

Wang Tianhao menarik napas dalam-dalam. "Lalu, apa yang harus aku lakukan? Aku tidak bisa membiarkan semuanya hancur begitu saja."

Wang Zhihao memandang adiknya dengan mata yang penuh perhitungan. "Satu-satunya cara adalah melawan dengan cara yang lebih licik, lebih pintar. Jangan hanya bergantung pada kekuatan, tetapi cobalah untuk mengeliminasi ancaman ini dengan taktik yang lebih halus. Ingat, kekuatan bukanlah satu-satunya cara untuk menguasai sekte ini."

--

Dirumah Ling chen

Ling Chen duduk di dalam kamarnya yang kecil, dikelilingi oleh heningnya malam yang semakin pekat. Jendela yang terbuka sedikit membiarkan angin malam yang dingin berhembus masuk, menyapu wajahnya yang lelah. Meski tubuhnya merasa kelelahan setelah pertarungan sengit melawan Zhao Lin, pikirannya tidak bisa berhenti berputar. Kemenangan itu terasa pahit—bukan karena ia tidak bahagia dengan hasilnya, tetapi karena ia tahu bahwa tantangan berikutnya akan jauh lebih besar. Kemenangan ini hanya membawa lebih banyak perhatian, lebih banyak bahaya, lebih banyak musuh yang menginginkan dirinya jatuh.

Suasana sunyi itu tiba-tiba pecah dengan langkah kaki cepat yang terdengar mendekat. Pintu kamarnya terbuka perlahan, dan Xue Liuying masuk dengan langkah mantap, memegang sebuah gulungan surat yang tampak penting. Wajahnya tampak serius, bahkan sedikit khawatir, namun ada sedikit ketegasan di matanya yang memberi kesan bahwa dia sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Ling Chen menatap Xue Liuying tanpa berkata apa-apa, merasakan ketegangan yang tiba-tiba muncul di udara. Xue Liuying tidak berkata apa-apa segera, namun matanya sudah berbicara lebih dulu. Dia menyerahkan surat itu pada Ling Chen dengan tangan yang sedikit gemetar.

"Ada yang perlu kau ketahui," ujar Xue Liuying, suara rendah dan penuh perhatian. "Kau tahu siapa yang akan bergerak selanjutnya."

Ling Chen menerima surat itu dengan jari yang sedikit gemetar. Dia memecahkan segel yang menandakan asal surat itu, dan segera mengenali segel dari Wang Tianhao. Hatinya langsung merasakan ketegangan yang lebih dalam. Ini bukanlah sekadar surat biasa. Ini adalah tantangan—tapi lebih dari itu, ini adalah peringatan.

Xue Liuying berdiri di depannya, menunggu. "Ini undangan duel dari Wang Tianhao," lanjutnya dengan suara yang lebih serius. "Tapi aku yakin, ini lebih dari sekadar duel biasa. Wang Tianhao tidak akan melakukan ini tanpa alasan. Dia adalah seseorang yang selalu menggunakan taktik licik untuk mendapatkan apa yang dia inginkan."

Ling Chen membuka gulungan surat itu perlahan. Kata-kata yang tertera di atasnya terkesan sopan, bahkan terlalu sopan untuk seorang yang punya ambisi sebesar Wang Tianhao. Namun, di balik kata-kata itu, Ling Chen bisa merasakan aura ancaman yang kuat. Wang Tianhao mengundangnya untuk datang ke Gunung Penempa, tempat para murid luar dilatih, dan bertarung di arena terbuka. Seolah-olah ini adalah kesempatan bagi Ling Chen untuk membuktikan dirinya sebagai murid yang layak, tetapi Ling Chen tahu lebih baik dari itu.

"Aku tahu," gumam Ling Chen pelan, suara penuh ketegasan. "Ini pasti jebakan."

Xue Liuying mengangguk pelan. "Dia tidak akan mengundangmu kalau hanya ingin bertarung denganmu secara adil. Wang Tianhao bukan orang yang akan memperlakukan ini dengan hormat. Jika dia mengundangmu ke Gunung Penempa, itu karena dia punya rencana untuk menjebak mu."

Ling Chen menggenggam surat itu erat-erat, matanya terfokus pada setiap kata, mencoba mencari tahu lebih banyak di balik apa yang tertulis. "Dia pikir aku akan takut dan mundur, bukan?" ujar Ling Chen dengan nada datar.

"Begitulah," jawab Xue Liuying. "Dia pikir dengan mengundangmu ke tempat yang dia kuasai, dia bisa memanipulasi situasi agar menguntungkannya. Di Gunung Penempa, dia adalah penguasa—semua murid luar tunduk pada kekuasaannya. Bahkan tanpa harus berkelahi, dia sudah menguasai banyak hal di sana."

Ling Chen merenung sejenak, memikirkan setiap kata yang diucapkan Xue Liuying. Wang Tianhao memang dikenal sombong dan mengandalkan kekuatan keluarganya, tetapi Ling Chen tidak pernah meremehkan kemampuan seseorang hanya karena mereka memiliki latar belakang yang kuat. Apa yang lebih penting adalah bagaimana seseorang mengendalikan kekuatannya.

"Jika dia ingin bertarung, aku akan menunjukkan padanya siapa yang sebenarnya layak," kata Ling Chen dengan suara yang penuh tekad.

Xue Liuying menghela napas, ragu. "Ling Chen, ini bukan hanya masalah kekuatan fisik. Ini tentang pengaruh, strategi, dan manipulasi. Wang Tianhao tidak akan menyerang mu secara langsung tanpa alasan. Dia punya banyak cara untuk memanfaatkan situasi ini demi keuntungan dirinya."

Ling Chen berdiri dan menatap Xue Liuying dengan tegas. "Aku mengerti. Tapi jika aku mundur sekarang, itu akan menjadi akhir dari segala sesuatu yang telah kutempuh sejauh ini. Aku tidak akan biarkan dirinya dan siapa pun mengendalikan langkahku."

Xue Liuying menatapnya dalam-dalam, seolah mencari tahu apakah Ling Chen benar-benar siap menghadapi konsekuensi dari langkah ini. Setelah beberapa saat, ia akhirnya mengangguk pelan, mengakui keputusan Ling Chen. "Baiklah, aku akan membantumu mempersiapkan dirimu. Tetapi ingat, kau harus berhati-hati. Wang Tianhao bukan hanya kuat—dia juga pintar dalam memainkan kekuasaan dan manipulasi. Kau harus siap menghadapi lebih dari sekadar pertarungan fisik."

Ling Chen menatap surat itu lagi, matanya menyala dengan tekad yang semakin kuat. "Aku tidak akan mundur. Jika ini adalah tantangan yang dia berikan, maka aku akan menghadapinya."

---

1
Naim
up thot
إندر فرتما
kalau alur cerita ada sistem,alur cerita gak menarik untuk di baca,
hasbullah 123
cerita nya bagus cuma SANGAT JANGGAL MASA NOVEL INDONESI BERCAMPUR dengan bahasa ASING
Devan Wijaya
Membuat rasa penasaran
Rama Tayoo
semoga bisa sampai tamat thorr, dan harapan saya semoga MC nya jika harus memiliki wanita cukup 1 aja
Rama Tayoo: woke thoorrr
AHMAD FAJRIANSYAH: Siapp nanti akan ada alur Dimnaa sang MC ada wanita kokk dinantikan aja
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!