Anindya Alyssa seorang wanita manis yang memiliki warna kulit putih bersih, bekerja sebagai waiters di salah satu hotel yang cukup terkenal di kotanya. Hidup sebatang kara membuat harapannya untuk menjadi sekretaris profesional pupus begitu saja karena keterbatasan biaya untuk pendidikan nya.
Namun takdir seakan mempermainkan nya, pekerjaan sebagai waitres lenyap begitu saja akibat kejadian satu malam yang bukan hanya menghancurkan pekerjaan, tetapi juga masa depannya.
Arsenio Lucifer seorang pria tampan yang merupakan ceo sekaligus pemilik dari perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Terkenal akan hasil produksi yang selalu berada di urutan teratas di pasaran, membuat sosok Lucifer disegani dalam dunia bisnis. Selain kehebatan perusahaan nya, ia juga terkenal akan ketampanan dan juga sifat gonta-ganti pasangan setiap hari bahkan setiap 6 jam sekali.
Namun kejadian satu malam membuat sifatnya yang biasa disebut 'cassanova' berubah seketika. Penolakan malam itu justru membuat hati seorang Lucifer takluk dalam pesona seorang waiters biasa.
Lalu bagaimana kisah Assa dan Lucifer?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
Arsen kembali ke hotel setelah melakukan pekerjaan di kantor, sebelum ke kamarnya, ia menyempatkan diri untuk pergi ke restoran guna mencari sosok gadis menabrak nya. Matanya menelisik ke seluruh restoran namun tak menemukan sosok yang dicari. Ia mengerutkan keningnya, berpikir tentang keberadaan gadis itu.
Ratna, selaku kepala restoran menghampiri Arsen yang tampak kebingungan mencari-cari. Ia dengan sopan menundukkan kepalanya.
"Sore, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Ratna dengan sopan.
"Pelayan bernama Anidnya, dimana dia?" tanya Arsen datar.
"Sedang didapur, Pak. Perlu saya panggilkan?" jawab Ratna diakhiri pertanyaan lagi.
"Tidak, tapi katakan padanya bahwa saya menunggunya datang ke kamar saya, ada yang ingin saya katakan perihal kecerobohannya tadi." Jelas Arsen kemudian pergi begitu saja.
Ratna yang mendengar itu sempat terkejut, ia mendadak khawatir pada Anin perihal pekerjaan. Ia takut gadis itu akan dipecat dari pekerjaannya hanya karena melakukan kesalahan kecil saja.
"Aku harus beritahu Anin." Gumam Ratna kemudian segera pergi ke dapur.
Sesampainya di dapur, Ratna melihat Anindya sedang mencuci piring. Ia mendekat ke arah Anin dan menepuk bahu gadis itu.
"Nin, kamu dipanggil Pak Arsen ke kamarnya. Dia bilang, dia ingin bicara soal kecerobohan kamu tadi," ucap Ratna seketika menghentikan aktivitas Anin yang sedang mencuci piring.
"Kak, eumm … aku takut di pecat," ujar Anindya tampak khawatir bahkan sampai meremat ujung apron yang digunakannya.
"Ada apa, Kak?" tanya Desi menghampiri Ratna dan Anindya yang tampak serius.
Pertanyaan Desi sontak membuat Bima dan Hardi yang baru kembali setelah mengantar pesanan, mereka ikut mendekati Ratna dan Anindya.
"Bos panggil Anin ke kamarnya, dia bilang ingin bicara soal kecerobohan Anin dalam bekerja." Jawab Ratna diakhiri helaan nafas pelan.
"Anin, mending kamu datang ke sana dan minta maaf. Jangan sampai kamu dipecat hanya karena hal sepele seperti tadi," tukas Bima memberi saran.
"Tapi menurut gue dia gak usah kesana, ya kalian tahu lah sifat pak Arsen." Timpal Hardi bisik-bisik karena takut terdengar yang lain.
"Jadi aku harus gimana?" tanya Anindya tampak panik mendengar pendapat teman-temannya.
"Ya udah gini aja, kamu kesana bawa makan malam untuk dia, nanti biar dibantu Hardi yang siapin. Disana kamu dengerin baik-baik apa yang dia katakan dan bilang 'maaf' setelah itu mending langsung pamit keluar." Jawab Ratna menjelaskan dengan penuh pengertian.
"Kak, aku mendadak tremor." Adu Anindya lalu menunjukkan tangannya yang gemetar.
"Tarik nafas, buang Nin. Ayo kamu pasti bisa!" ucap Desi memberi semangat.
Anin menarik nafas lalu membuangnya, ia melakukan berulangkali berharap bahwa pikiran dan perasaan nya bisa tenang, namun nihil.
"Biar aku buatin makanan untuk pak Arsen, kamu jangan takut ya, Nin." Tutur Hardi dibalas senyuman paksa dan anggukkan kepala oleh Anidnya.
Dalam hati Anindya berdoa, semoga ia tidak kehilangan pekerjaan ini dan membuatnya harus kembali ke rumah sang bibi yang memperbudak dirinya tanpa belas kasihan. Anin merasakan ketenangan dan kenyamanan saat ia bekerja disini, ia tentu tidak mau kehilangan pekerjaan yang ia dapatkan dengan bantuan Zay, jika ia sampai dipecat, maka itu bisa membuat orang yang membantunya merasa malu.
Anin memegangi dadanya, ia kembali menghela nafas lalu mengangguk. Ia pasti bisa mendapatkan maaf pada bos nya dan menyelamatkan pekerjaannya ini.
"Udah jangan panik, minum dulu nih." Tutur Desi memberikan segelas air putih pada Anindya.
"Makasih ya, Des." Ucap Anin dibalas anggukan oleh Desi.
Anin menenggak minuman yang Desi berikan, setelahnya sedikit perasaannya jauh lebih tenang dari sebelumnya. Andai aja kemarin ia tak menabrak bos nya itu, mungkin sekarang ia tak sepanik ini. Namin ya, Anin tak boleh menyerah begitu saja.
LIKE, KOMEN DAN VOTE NYA🌹
To be continued
aku milih bang tio
ini ni klw lagu bilang antara nyaman dan cinta jadi bikin dilema