Cantik, kaya, muda, sopan, baik hati, cerdas, itulah Soraya Syifa Dewiana. Gadis berjilbab ini amat diminati banyak orang, khususnya laki-laki. Bahkan gangster pria terkenal di kota saja, The Bloodhound dan White Fangs, bersaing ketat untuk mendapatkan gadis yatim-piatu agamis ini.
Namun siapa sangka, dibalik semua itu, ia harus menikahi pemimpin gangster dari White Fangs, Justin, yang telah menggigitnya dengan ganas di malam Jum'at Kliwon bulan purnama. Satu-satunya cara agar Soraya tidak jadi manusia serigala seperti Justin adalah dengan menikahinya.
Hingga membuat Boss mafia sekaligus CEO untuk Soraya, Hugh, terkadang cemburu buta padanya. Belum lagi asistennya Hugh, Carson, yang juga menaruh hati padanya. Selain itu, ada rahasia lain dari gadis cantik yang suka warna hijau ini. Cukup psikopat pada 2 geng siluman serigala itu dan tangguh.
Lantas, siapa sesungguhnya yang akan Soraya pilih jadi suami sejatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soraya Shifa Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20 : Pengelolaan Pertambangan Syifayana Family
Di acara pengelolaan, di Jakarta...
"Persaingan ketat kekayaan untuk pertambangan batu bara di Aceh ini masih saja diperebutkan. Seperti yang kita tahu, ini amat sangat menguntungkan bagi negara kita, dengan kayanya akan tambang batu bara ini. Khususnya ini diincar untuk di ekspor ke dataran negara-negara maju," ucap pembawa acara pengelolaan itu, saat berpidato di podium. Menghadap para pemirsa yang hadir langsung di sana.
Seorang pria bertopi hitam mendengarkannya sambil menundukkan kepala. Bukan berarti ia tidur, tetapi mendengarkan dengan saksama. Menunggu waktu kesempatan pengelolaan keuangan untuk pertambangannya Soraya yang akan dikelola oleh Justin, sehingga bisa dimiliki Soraya kembali.
Pria bertopi, berjaket, dan memakai kacamata yang juga hitam itu menundukkan kepalanya dengan sedikit tak sabar. Ingin mengangkat papan nomor yang mau mengelola pertambangan batu bara itu. Karena banyak orang yang crazy rich di sini yang ingin mengelolanya. Tak hanya CEO. Tapi juga pejabat kecil seperti kades (kepala desa) juga ikut. Bahkan, di kabarkan bahwa walikota juga mau mengelolanya.
Akhirnya, sang pembawa acara memberi juga aba-aba untuk para crazy rich ini mengangkat papan nomor mereka masing-masing, untuk pengelolaannya.
"Yang pertama! Nomor 3! Anda kelola berapa?" tanya pembawa acaranya.
"150 juta," jawab orang itu.
"Baiklah, itu besar juga tentunya. Ada yang lain? Yang lebih besar?"
Salah seorang wanita mengangkat papan nomornya yang berangka 5, dan dengan semangat menjawab, "200 juta!"
"200 juta! Lebih 50 juta, ya. Ayo, yang lainnya!"
Seorang pria mengangkat papan nomor berangka 7. Ia menjawab, "Langsung saja, 350 juta!"
"Widih! 350 juta! Yang lain? Cepat! Waktunya sedikit lagi akan habis!"
Yang lainnya mulai mengangkat dengan harga ratusan juta. Salah satu pria mengangkat papan nomornya 15. Ia menjawab, "Langsung saja. 10 miliar."
"Mantap! 10 miliar! Silahkan, satu orang lagi! Waktunya habis!"
Barulah pria serba hitam itu mengangkat papan nomornya. Ia bernomor 35. Lalu menjerit, "500 miliar!"
Tak hanya pembawa acaranya. Tapi para calon pengelola lainnya juga terkejut hebat. Langsung ke ratusan miliar untuk pertambangan batu bara itu. Dan karena waktu habis dengan di akhiri nomor terakhir yang paling besar biaya pengelolaannya, jadi pembawa acara mulai ketok palu.
"Baiklah. Dinyatakan pengelola yang terakhir, nomor 35, pengelola pertambangan batu bara Syifayana Family. Resmi 500 miliar!" seru pembawa acaranya.
Pria serba hitam itu di panggil ke depan. Saat pria misterius itu berjalan ke panggung, banyak yang berbisik-bisik membicarakan tentangnya. Sungguh tak menduga pria ini sekaya itu. Uang biayanya bisa saja tak terhitung berapa jumlahnya yang ia miliki.
Tapi, siapa sangka dan pastinya tidak akan ada yang kenal siapa dia sebenarnya di sini. Karena ia sebenarnya adalah Jude. Tengah menyamar untuk acara pengelolaan pertambangan itu. Namanya di samarkan menjadi Jess.
"Siapa nama anda, Pak?" tanya pembawa acaranya.
"Nama saya Jess. Saya sudah bawa uangnya semua untuk pertambangan batu bara itu," jawab Jude dengan suara yang juga dibuat misterius.
Ia disuruh oleh Justin, setelah akhirnya dapat izin dari Soraya bahwa pertambangan warisannya itu boleh dibatalkan untuk dikelola. Untungnya belum sempat dikelola orang lain.
"Pak Jess, ya. Sangat menggiurkan sekali, langsung ke 500 miliar. Sebesar itu!" seru pembawa acaranya heboh.
"Sekarang, saya berikan uangnya dan tanda tangani surat resminya?" tanya "Jess" alias Jude.
"Tentu saja, Pak Jess! Silahkan, ini surat resminya!"
Akan tetapi, karena ini bukan dia yang mengelola melainkan Justin, tanda tangannya tentu saja harus yang dari Justin. Jadi ia meminta penggunaan stempel atau cap jempol saja.
Untungnya diizinkan. Akhirnya, Jude yang menempelkan stempel itu. Lalu mulai sesi pemotretan dulu sambil berjabat tangan dengan pembawa acara tersebut sebentar sebelum turun panggung.
...***...
Sementara itu, Justin di kantornya melihat pesan dari Jude. Bahwa semuanya berjalan lancar sesuai rencana. Tentu saja Justin senang. Ia juga mengangguk melihat foto Jude dengan pembawa acara pengelolaan itu.
"Bagaimana pengelolaan pertambangan batu bara? Sukses?" tanya Soraya yang berjalan mendekati Justin ke mejanya.
Justin melirik senang dan menjawab dengan semangat, "Sukses besar, Sayang! Ini luar biasa! Dan sekarang Jude sudah dalam perjalanan pulang ke Bandung."
"Baiklah. Semoga menjadi yang terbaik!"
"Sudah pasti, Gula manisku! Ku lakukan apapun untukmu."
Soraya hanya tersenyum biasa. Dan keduanya akur dengan saling berpelukan. Tidak lagi perang dingin.
...***...
Sementara itu, di sebuah mansion...
"SIALAN!!!" seru seorang pria jangkung dan tampan sambil meremas kertas dan melemparnya ke tembok.
Amarahnya meninggi saat ia mulai duduk di kursi kerjanya. Lalu memukul-mukul meja 3 kali.
*BRAK-BRAK-BRAK!!!*
"Bisa-bisanya pria bernama Jess itu mengelola pertambangan tersebut dengan harga sebesar itu. Darimana ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu?! Sial! Aku kalah telak dengannya!" serunya marah-marah.
Pria ini bukan Hugh. Tapi, kulitnya yang putih mulus dan pucat seperti Carson ini sepertinya tidak terima. Ia pun memanggil asistennya.
"Ada apa, Tuan?" tanya asistennya.
Tuannya yang membelakanginya itu menjawab, "Aku yang paling terhormat di pengelolaan barusan. Sedangkan pria tadi, seperti orang biasa. Tapi, biaya untuk pengelolaan pertambangan itu lebih besar dariku."
"Jadi, apa yang akan Tuan lakukan pada orang itu?"
"Cari tahu dia! Cari tahu, siapa sebenarnya Jess ini. Karena bisa jadi, dia justru orang suruhan. Bukan pengelola sesungguhnya."
"Baik, Tuan. Akan saya laksanakan."
Asistennya pamit, keluar ruangan. Sementara tuannya terduduk kembali di kursi singgasananya di ruang kerja itu. Dan segera tersenyum menyeringai licik sambil sedikit menganggukkan kepala.
"Jess, ya? Aku yakin, dia orang suruhan. Bukan yang sesungguhnya. Akan ku cari tahu sendiri, siapa Boss-nya. Siapa dalang di balik semua ini."
{Tambahan: Syifayana Family adalah sebutan untuk semua perusahaan yang dimiliki Soraya dan keluarganya. Hal ini di karenakan Soraya menurun dari ayahnya yang juga anak tunggal di keluarganya, sedangkan ibunya punya seorang adik laki-laki satu. Nama ini di pakai untuk semua warisan, termasuk perusahaan tambang batu bara, kebun kayu jati, dan hotel saja. Sedangkan perkebunan karet adalah warisan dari keluarga ibunya.}