Hidup Nicho Javariel benar-benar berubah dalam sekejap. Ketenaran dan kekayaan yang dia dapatkan selama berkarir lenyap seketika akibat kecanduan obat-obatan terlarang. Satu per satu orang terdekatnya langsung berpaling darinya. Bukannya bertobat selepas dari rehabilitas, dia malah kecanduan berjudi hingga uangnya habis tak tersisa. Dia yang dulunya tinggal Apartemen mewah, kini terpaksa tinggal di rumah susun lengkap dengan segala problematika bertetangga. Di rumah susun itu juga, ia mencoba menarik perhatian dari seorang perempuan tanpa garis senyum yang pernah menjadi butler-nya. Dapatkah ia menemukan tempat pulang yang tepat?
"Naklukin kamu itu bangganya kek abis jinakin bom."
Novel dengan alur santai, penuh komedi sehari-hari yang bakal bikin ketawa-ketawa gak jelas
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu aotian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
"Ayo putus!" Seorang perempuan berkata dengan nada serius di hadapan lelaki yang tengah duduk di hadapannya.
Lelaki itu memandangnya dengan tatapan tak percaya. "Hah? Putus? Kamu mutusin aku?"
"Iya! Emang kurang jelas apa yang aku bilang!" ketusnya dengan nada lantang.
"Ta–tapi ... alasannya apa? Salah aku selama ini apa?" Diputuskan secara tiba-tiba tentu membuatnya terkejut. Apalagi hubungan mereka telah terjalin selama dua tahun meski kerap diwarnai dengan putus-sambung.
"Serius, kamu masih nanya salah kamu apa? Kamu tuh udah tiga kali kena tangkap gara-gara make obat! Dan kasus terakhir bikin kamu hampir mendekam di penjara."
"Oke, aku minta maaf dan kali ini janji gak bakal ulang lagi," balasnya santai.
Mulut perempuan itu setengah terbuka, mendenguskan napas kasarnya. "Sebelumnya juga kamu pernah janji gak mau ulang, tapi kenyataannya kamu kena tangkap lagi! Aku itu malu sama teman-teman. Belum lagi wartawan ngintilin aku terus cuma buat nanyain kamu."
"Jadi kamu benar-benar pengen akhiri hubungan ini?" tanya lelaki itu sekali lagi. Ia masih menganggap permintaan kekasihnya hanya sebuah gertakan seperti yang sudah-sudah.
"Iya!" jawabnya lugas.
Perempuan itu mengambil tasnya kemudian bersiap-siap untuk pergi. Detik itu juga, lelaki yang baru saja diputuskan itu segera menahan tangannya.
"Cha, tunggu dulu! Kamu gak bisa main putusin aku gitu aja."
"Kenapa gak bisa?" Perempuan itu menepis tangannya dengan kasar.
"Bukannya kamu pernah bilang, aku adalah rumah bagi kamu, tempat kamu pulang!"
"Iya. Sekarang aku anggap rumah aku dah disita bank! Jadi aku perlu cari rumah baru!"
"Terus kamu pulang ke mana kalo bukan sama aku?"
Di waktu yang sama, perempuan yang berada di hadapannya itu melambaikan tangan seraya tersenyum semringah pada seseorang. Lelaki itu lantas menoleh ke belakang, untuk melihat siapa yang baru saja disapa oleh pacarnya itu. Seorang pria lain dengan penampilan bak CEO dalam drama tengah berjalan ke arah mereka. Perempuan tadi lantas menyambutnya dengan senang. Ia segera menggandeng tangan pria itu di hadapan lelaki yang sudah berstatus sebagai mantannya.
"Kenalin, ini rumah baru aku! Aku dah jalan sama dia selama enam bulan dan merasa lebih cocok," ucapnya memperkenalkan pria bersetelan tuksedo tersebut sambil mengeratkan jemari mereka seolah ingin menegaskan hubungan mereka.
Lelaki di hadapannya lantas melengos sambil tertawa kecil. Ya, sepertinya dia tengah menertawakan dirinya sendiri. Diputuskan dengan cara seperti ini, cukup melukai harga dirinya sebagai seorang lelaki.
"Ini balasan yang kamu kasih buat aku?"
"Emang apa sih yang udah kamu kasih ke aku?" tanyanya balik.
Matanya memicing seketika. "Kamu masih nanya itu? Selama kamu jadi pacar aku, apa sih yang gak aku senengin buat kamu?"
"Emang aku ada minta?" tandas perempuan itu.
"Iya kamu minta. Gak sadar apa? Kamu minta ini itu aku kasih. Bahkan pas dalam penjara pun, aku sampe jual mobil kesayangan aku buat bantuin mama kamu yang lagi renovasi rumah. Itu siapa yang minta kalo bukan kamu?" Suaranya kini meledak-ledak bak petasan.
Pria bersetelan teksedo itu lantas menahan dadanya yang tengah bergemuruh. "Eits, kalo masih main hitung-hitungan kayak gitu, itu tandanya lo belum mampu buat macarin anak orang. Udah, mending lo fokus benerin karir lo sana biar gak nyabu lagi!"
Celetukan sengit pria itu disambut tawa kecil perempuan di sampingnya. Ia merangkul perempuan itu dan mengajaknya pergi. Lelaki itu bergeming beberapa saat seraya memandang kepergian mantan kekasihnya bersama pacar barunya.
Sedih? Itu bukan gayanya! Bahkan tak ada sedikit pun gelayut penyesalan tergambar jelas di wajahnya. Sebab, ia menganut prinsip untuk tidak akan pernah memohon pada cinta yang memilih pergi.
Sepanjang hidupnya, dia telah jatuh cinta dan putus berkali-kali. Apalagi, dengan modal tampang yang rupawan, ditambah popularitasnya sebagai aktor muda berbakat, tidak membuatnya kesulitan mencari pengganti. Buktinya, hanya berselang beberapa menit dari kepergian sang mantan, ia langsung mengambil ponselnya untuk mengetik pesan pada perempuan yang selama ini menjalin hubungan tanpa status (HTS) dengannya.
^^^\[Lagi di mana?\]^^^
\[Di rumah.\]
^^^\[Ketemuan, yuk!\]^^^
\[Kalo gitu, jemput aku dong!\]
^^^\[Sip. Aku ke sana!\]^^^
Dengan mengendarai motor besarnya, ia pun langsung meluncur untuk menjemput gebetannya. Begitu tiba, Perempuan yang menjadi HTS-nya tampak terheran-heran melihat kedatangannya yang berbeda dari biasanya.
"Loh, kok kamu jemput aku naik motor? Mobil kamu mana?"
"Mobil dah aku jual. Sesekali naik motor gak papa, kan? Kayaknya juga lebih asyik!" ucapnya sambil memperbaiki masker wajah, agar tak ada yang melihatnya.
"Tapi kan panas. Ntar makeup aku meleleh, kulit aku jadi hangus, deh! Mana style aku gak cocok buat naik motor kek gini!" omelnya.
"Udah, naik aja! Masih mending aku jemput pake motor, dari pada pake keranda!"
Dengan mimik yang bersungut-sungut, perempuan itu lantas menaiki motor tersebut. Namun, belum panjang perjalanan mereka, ia malah meminta diturunkan di pinggir jalan.
"Stop! Stop!"
"Loh, kafenya kan masih jauh."
"Gak jadi! Aku mau pulang aja!"
"Kenapa? Semalem bukannya kamu nge-chat, katanya pengen ketemuan sama aku!"
Perempuan itu mengembuskan napas sejenak, sebelum kembali berkata, "Gak jadi kangen!"
"Lah kok gitu? Apa karena aku cuma naik motor? Tenang, besok aku beli mobil baru!"
"Ya, udah, seharusnya kamu ngajak aku pas dah beli mobil!" ketusnya kemudian pergi meninggalkan pria itu dengan memanggil taksi yang lewat.
Ditinggal begitu saja, tentu membuatnya mendengus masam. "Ternyata bener, cinta itu buta tapi gak tuli. Bisa bedain suara mobil sama suara motor," gerutunya sembari memandang taksi yang telah membawa pergi gebetannya itu.
Masih menepikan motor di bahu jalan, pria itu kembali mengambil ponselnya, kemudian menghubungi gebetan berikutnya. Dia benar-benar yakin, gebetannya kali ini bisa menerima keadaannya yang sekarang. Apalagi, perempuan itu dulunya merupakan seorang fans militannya.
^^^\[Ketemuan, yuk!\]^^^
Cukup lama ia menunggu balasan pesan dari perempuan ketiga. Setelah hampir setengah jam, perempuan itu pun memberi balasan pesan.
^^^\[Sorry gue UTS.\]^^^
^^^\[Loh, awal semester langsung UTS?\]^^^
^^^\[Yang gue maksud bukan Ujian Tengah Semester, tapi Udah Tidak Sayang.\]^^^
Mata pria itu terbelalak membaca balasan pesan dari seseorang yang dulunya mati-matian mengidolakannya.
^^^\[Kenapa? Bukannya kemarin-kemarin lu sampe ngemis-ngemis cinta sama gue?\]^^^
^^^\[Ya, selama ini aku terpesona sama kamu karena kamu keren, tapi sayangnya sekarang kerennya udah gak pake N. Bye!\]^^^
Membaca pesan itu, membuatnya berpikir beberapa saat. "Keren tapi gak pake N? Kere dong!"
Sebuah umpatan sontak keluar dari mulut lelaki itu. Bagaimana tidak, untuk ketiga kalinya ia dicampakkan oleh tiga perempuan berbeda yang dulunya pernah tergila-gila padanya.
Tusukan terik matahari sore menerjang kulitnya yang putih. Napas kasarnya langsung berembus seketika. Rasanya baru kemarin ia menjadi mahluk yang paling dielu-elukan kaum hawa. Namun, sekarang satu per satu dari mereka malah meninggalkan dirinya di saat sedang terpuruk.
Susah payah mendaki tangga untuk sampai di puncak popularitas, kini dia harus merasakan jatuh terperosok akibat ulahnya sendiri. Mendapatkan ketenaran di usia muda sebagai aktor berbakat, ia malah terjerumus ke dunia gelap yang membuatnya mencicipi obat-obatan terlarang. Kini, seluruh uang tabungannya menipis karena membayar jasa pengacara handal yang mampu membebaskannya dari ancaman penjara tahunan, akibat tertangkap basah memakai narkoba untuk yang ketiga kalinya. Semua job film dan iklan dibatalkan dan telah digantikan dengan aktor lainnya. Koleksi mobil-mobil mewahnya pun ditarik kembali akibat tak mampu membayar cicilan.
Inilah babak baru perjalanan hidup dari pria yang bernama Nicho Javariel. Jika dulu nenek moyangnya mungkin hidup di zaman Majapahit, sekarang giliran dia yang hidup di masa pahit. Ia pun tersadarkan, ada cinta yang layak untuk dijalani dan diperjuangkan. Namun, ada juga yang hanya pantas singgah tanpa perlu dikenang kembali.
.
.
.
Catatan author
Hallo saya Aotian Yu. Ini novel kesembilan saya di Pf ini. Terima kasih pada pembaca setia yang masih mengikuti jejak tulisanku hingga detik ini. Untuk pembaca baru, minimal baca sampai bab 4 untuk memutuskan lanjut atau gak. Jangan lupa tekan love biar notif update masuk. Jangan lupa juga berikan jejak komentar kalian di novel ini sebagai bentuk dukungan.
itu mah gagap kali
setidaknya kali ini Sera nanya keadaan Nicho, berarti Nicho terlihat dimatanya🤭