21++
sebagian cerita ada adegan panasnya ya.
harap bijak dalam membaca.
bocil skip aja. jangan maksa 😂😂
caera Anaya. rumah tangganya yang berakhir dengan perceraian karna penghiatan suami dan sahabatnya.
rasa sakit yang membuat hatinya membatu akan rasa cinta. tetapi ia bertemu dengan seorang lelaki dan selalu masuk dalam kehidupannya. membuat ia berfikir untuk memanfaatkan lelaki itu untuk membalas sakit hati pada mantan suaminya.
akankah caera dapat membalas sakit hatinya?
yuk ikuti karya pertama ku ya 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bennuarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 10
"tidak bisakah kau lebih cepat Jack?
Deva berkali-kali menggerutu.
"hey.. ada apa dengan mu Dev? kau lebih cerewet hari ini"
Jacko memandang keaadaan di bangku belakang lewat kaca spion yang ada di depannya.
astaga!! kenapa wanita itu?
jacko kaget melihat keadaan di bangku belakang. terlihat caera mengelus-elus pipi Deva dan sesekali mengusap bibir Deva dengan jempolnya. dan meracau tak jelas.
"jangan melihat ke arah sini Jack!"
Deva menggeram. Jacko kembali melihat ke arah depan sambil tertawa tertahan. Deva sangat kesal karna jacko menertawainya.
pantas saja Deva memintanya untuk lebih cepat. ternyata Deva sampai berkeringat dingin menahan serangan caera.
"hahaaaa"
Jacko tidak dapat menahan tawanya. dia yakin sekarang Deva sedang berkeringat dingin. Deva tidak pernah berdekatan dengan wanita lagi sejak empat tahun yang lalu karna rasa kecewa yang tak dapat di kendalikan.
kini seorang wanita memberinya sentuhan intens.
Deva terlihat frustasi. ia sangat kesal pada Jacko. pastilah Jacko menertawakan ke gugupannya sekarang.
mobil sampai di pelataran parkir hotel. Jacko langsung memarkirkan mobilnya di tempat parkir khusus yang langsung menghubungkan ke lift VIP di lantai bawah, khusus untuk orang-orang penting.
Jacko ingin membantu Deva untuk mengangkat caera dari dalam mobil. tetapi Deva cepat menepis tangannya.
"jangan sentuh dia"
tegas Deva. "kau pegang ini saja" Deva menyerahkan tas tangan caera pada jacko. Jacko menaikan pundaknya dan merentangkan tangan. tidak mengerti mengapa Deva menjadi terlihat sangat posesif.
petugas parkir dan petugas keamanan datang menghampiri dengan tergopoh-gopoh. menundukkan badannya memberi hormat pada Deva dan Jacko.
"amankan jalur menuju kamar dua kosong tiga" Jacko memberi instruksi pada petugas keamanan.
"baik tuan"
petugas keamanan pergi menuju ruang kontrol untuk memberi info pada rekannya.
"dan kau, jaga dengan baik" Jacko menggerakkan dagunya sedikit memberi arahan pada perugas parkir.
"baik tuan"
lelaki itu pergi mengerjakan tugasnya. Jacko hanya tidak ingin ada gosip panas esok hari jika ada yang melihat Deva sedang gila dalam keadaan menggendong seorang perempuan menuju kamar hotelnya sendiri.
caera sudah tidak dapat berdiri dengan tegak. pastilah sangat lamban berjalan dalam keadaan mabuk berat. dengan jengah Deva terpaksa menggendong caera dengan gaya bridal style.
caera mengalungkan sebelah tangannya ke leher Deva, dan mendusalkan wajahnya di dada Deva.
uuffff.. seperti bayi saja
Deva kembali menggerutu. Jacko hanya memandanginya malas. kalau bukan bosnya, sudah di jitak kepala Deva yang mau repot-repot menghantar wanita yang tak dikenal dengan baik.
mereka masuk ke lift. Jacko sengaja berdiri membelakangi Deva. dia tidak mau melihat aksi konyol caera lagi. caera masih meracaukan sesuatu yang tidak di mengerti Jacko. tetapi dia tahu kalau caera sebenarnya menyangka jika Deva itu kekasih atau teman yang sedang membuatnya jengkel.
lift berhenti di lantai empat. mereka keluar dari sana. Jacko mengamankan situasi. dan memberi arahan pada Deva untuk segera masuk ke kamar caera setelah Jacko lebih dulu membukanya.
Deva meletakkan tubuh caera di ranjang. tapi sialnya caera tidak mau melepaskan lingkaran tangannya dari leher Deva. Deva berusaha melepaskan lengan caera dari lehernya tapi caera malah menariknya erat.
"hey.. kamu jangan pergi"
caera merengek. wanita itu bangkit dari ranjang. kini malah melingkarkan kedua tangannya di pinggang Deva dan menyandarkan kepalanya di perut Deva.
"uuhhhhgg"
Deva mendesah gusar. melirik pada Jacko. tetapi Jacko malah membuang muka. Jacko hanya berdiri di pintu.
"nona, kau harus istirahat. dan aku harus pergi sekarang"
Deva memegangi kedua lengan caera. tetapi lengan itu malah membelitnya erat sekali. Deva heran memikirkannya. jangankan berjalan, membuka mata saja susah. tetapi kenapa tangannya seperti tenaga ular piton begini.
"jangan pergi mas. kamu jangan tinggalin aku"
rengek caera lagi. kini dengan tangisan. air mata caera sudah membasahi kemeja Deva di bagian perut. kepala caera melekat erat disana.
Deva menunduk memandangi caera prihatin. wanita ini sungguh terluka. sampai mabuk pun masih mengingat masalahnya. ia menarik napas berat. dulu ia pernah di posisi caera. memendam kekecewaan yang menghancurkan dunianya. Deva menoleh pada Jacko yang masih setia menunggu di pintu.
"Jack, kau pulanglah dulu. nanti aku menyusul"
Jacko menoleh padanya. tidak menyahut. hanya memandangi Deva dengan seksama.
"dia butuh teman Jack" Deva melirik caera sekilas dan memandang Jack lagi.
jacko menatap manik mata Deva. ia mencari-cari ketertarikan di sana. dan itu terpampang jelas di mata Deva.
Jacko mengangguk. di melangkah keluar.
"Dev, jaga reputasi mu"
kata terakhir dari Jacko pada deva sebelum menutup pintu.
Deva mengerti maksut Jacko untuk selalu waspada. banyak orang yang sangat ingin menumbangkannya. tetapi entah kenapa melihat wanita yang satu ini hati Deva merasa terpanggil untuk melindunginya. mulai dari caera masuk ke club tadi sampai melihat caera menangis di jalan, Deva merasa tidak rela kalau sampai wanita ini kena masalah.
"jangan pergi"
caera bergumam lagi. belitan tangannya tak seerat tadi. kesempatan itu digunakan Deva untuk melepas lengan caera dari pinggangnya. dia berjongkok di depan caera yang duduk di tepi ranjang.
"aku tidak pergi. tidurlah. kau butuh istirahat"
Deva berkata lembut dan memandangi wajah caera dengan mata sayunya. wanita yang cantik. bulu mata yang lentik dan hidung yang mancung mungil, dengan bibir yang indah nan serasi di kulit wajah sehalus marsmellow.
tanpa sadar Deva menyentuh wajah caera. merasakan betapa halus kulit wajah itu. ia tersenyum lembut padanya.
"kau akan menemani ku?"
caera menatap Deva dengan lembut. matanya sudah ingin menutup saja. Deva mengangguk mengiyakan.
"kau bohong" caera menepis tangan Deva dari wajahnya. "kau pasti akan pergi pada pela*** mu itu" caera membuang wajahnya ke arah lain. air mata menetes di pipinya.
Deva agak terkejut. tapi ia cepat menguasai diri. dia mengerti kini. caera menganggapnya kekasih atau pasangannya. Deva tersenyum mengingat itu. sungguh alkohol itu sudah menghilangkan kewarasan caera.
"aku disini. kau tidurlah. aku tidak akan pergi" Deva mengusap rembut panjang caera yang bergelombang.
caera menoleh lagi pada Deva. memegang wajahnya dengan kedua tangannya. menatap Deva seperti menatap kucing kesayangan.
"aku rindu kata-kata manis mu mas" bergetar suara caera menahan rasa rindu yang hanya bisa di salurkan lewat air mata.
Deva dapat merasakan betapa wanita ini merana. merasakan kecewa. rindu yang tak terbalas.
"tidurlah"
Deva melepaskan tangan caera dari wajahnya. merebahkan tubuh ramping itu di ranjang. menarik selimut menutupinya sampai ke dada.
"kemarilah"
caera menarik lengan Deva dengan keras. Deva terjerembab ke atas tubuh caera. menipiskan jarak di antara mereka. tubuhnya menegang. untung saja dengan sigap deva menahannya ke samping kiri caera.
"kenapa?" caera bertanya menantang memandang manik mata Deva. wajah mereka dekat sekali. terasa hangat hembusan napas caera di wajahnya.
"apa?"
Deva mengerutkan kening. tidak mengerti apa maksut Caera bertanya itu.
"kau mau pergi? kenapa kau sangat kaku mas? kau tidak mencintai ku lagi?"
dengan lemah caera berbicara dan lagi, air mata menggenang di matanya. mereka bertatapan intens.
Deva merasa serba salah. ingin cepat pergi, tapi dia tidak tega meninggalkan wanita ini. tapi jika dia tetap berada di dekatnya, dia khawatir tidak dapat menahan diri. bisa-bisa ia terkam saat ini juga. dia lelaki normal. caera bersikap sangat manja.
"tidak. aku tidak akan pergi. jangan menangis"
Deva menghapus air mata caera.
"terima kasih"
CUP
tak disangka caera mengecup bibir Deva sekilas. tubuh Deva seperti tersengat aliran listrik tegangan tinggi. ada yang resah di bawah sana. tubuh Deva terasa kaku.
"kemarilah. temani aku"
caera menggeser tubuhnya ke kiri. memberi ruang untuk Deva berbaring di sisinya.
astagaaaaaa... seseoraaang.. tolong aku... jaaaack......