Mengisahkan tentang kehidupan pasangan yang berbeda latar belakang,antara keluarga elit dengan seorang gadis dari kalangan keluarga biasa dan sederhana.Kayyisa Virly Putri(Kay) terpaksa menikah secara diam-diam di usianya yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas.Awalnya Kay tidak setuju untuk menikah,tapi keadaan ekonomi keluarganya yang pas-pasan dan terlilit banyak hutang.Memaksa Kay harus menyetujui pernikahan secara ikhlas untuk memperbaiki keuangan keluarganya.Namun,pernikahan rahasia yang ia jalani tidaklah mudah.Karena ia harus berjuang menyesuaikan diri dengan kehidupan mewah kelas atas dari keluargabarunya,dan mengharuskannya terus belajar berbagai banyak hal sambil terus berusaha beradaptasi dengan suami yang tidak menyenangkan,yang memiliki hati dingin dan angkuh yang bernama Ben Nathan Hartanto(Ben).Seorang CEO muda ternama sekaligus pewaris tunggal dari keluarga Hartanto.Keduanya saling tak menyukai,tapi tetap menjalankan pernikahan tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuliastro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permohonan dibalik persetujuan.
Kay masih sibuk membersihkan noda teh pada pakaiannya,hingga akhirnya dia menyerah dan berhenti, saat Mama Ben datang ditemani dua pelayan bersamanya.
Kay berdiri menundukkan sedikit kepala,ia teringat pesan seorang utusan yang membawanya ke ruangan itu sebelumnya.
Dia juga berusaha menutupi tumpahan teh yang mengenai pakaiannya dengan tangan.
Mama Ben datang perlahan,sambil mengamati Kay yang berdiri di hadapannya.Kay merasa tidak nyaman dan canggung.
"Maaf sudah lama menunggu"ucap Mama Ben.
Kay lalu menghampiri Mama Ben dan menjulurkan tangan meraih tangan Mama Ben,kemudian menciumnya.
Mama Ben terlihat kaget tapi merasa senang dengan sikap sopan Kay.
"Silahkan duduk"kata Mama Ben ramah.
Kay mengangguk pelan.
Lalu mereka berdua duduk berhadapan.
"Oh ya,siapa namamu?"tanya Mama Ben.
"Nama saya Kayyisa Virly Putri.Biasa dipanggil Kay"jawab Kay.
"Nama yang bagus dan menarik"ucap Mama Ben sambil menganggukan kepalanya.
"Terima kasih nyonya." Kay lalu menyerahkan kotak berisi cincin dan potongan kalung kepada Mama Ben.
Kemudian Mama Ben menerima kotak itu,lalu membukanya dan menyatukan potongan kalung yang Kay bawa dengan potongan kalung milik mendiang Kakek Ben.
"Kalung yang cantik"ucapnya kagum.
Kay diam melihat tindakan Mama Ben.
Lalu Mama Ben memasukkan kembali kalung dan cincin itu di dalam kotaknya masing-masing.
"Kay…"panggil Mama Ben pelan.
"Iya Nyonya"sahut Kay.
Mama Ben tersenyum,"Panggil saja saya Mama jangan Nyonya,bukankah sebentar lagi kamu akan menjadi menantuku."
Kay menelan salivanya.
"Tapi terdengar tidak pantas,jika saya memanggil nyonya dengan panggilan mama,sebab saya belum benar-benar menjadi menantu nyonya"ucap Kay kaku.
"Baiklah terserah padamu Kay.Mungkin terdengar canggung untukmu,karena kita baru pertama kali bertemu.Tapi saya ingin kamu terbiasa dari sekarang,sebab sebentar lagi kamu akan menjadi bagian dari keluarga besar kami" jelas Mama Ben.
"Baiklah jika itu keinginan Nyonya,saya akan melakukannya" kata Kay yang tidak ingin berdebat.
Tentu saja Mama Ben tersenyum mendengar ucapan Kay.
"Kamu anak yang patuh".
"Saya yang meminta Papa Ben untuk mengundangmu kemari.Saya ingin mendengar langsung pendapatmu tentang perjodohan ini?Saya tahu,hal ini pasti sangat berat untukmu karena kamu masih sekolah,kan?"tanya Mama Ben.
"Iya Ma..ma.."jawab Kay terbata-bata.
"Jangan canggung dan sungkan.Anggap saja kamu sedang berbicara dengan ibumu sendiri." Mama Ben berusaha membuat Kay nyaman berbicara dengannya.
"Mana bisa aku tidak canggung.Jika saat berhadapan dengannya,aku tidak boleh melihat wajahnya.Situasi ini membuatku merasa sangat tidak nyaman sekali.Uh..leherku terasa sakit"eluh Kay dalam hati sambil memegangi lehernya.
Mama Ben memandangi Kay lekat dan bertanya,"Apakah kamu baik-baik saja?."
"Ah,iya.."jawab Kay singkat.
"Saya tahu kamu pasti gugup dan sangat terkejut akan perjodohan ini.Pasti sangat sulit dan tidak mudah untuk dijalani .Tapi kamu harus tahu,jika ini adalah perjodohan yang sangat penting,khususnya buat saya pribadi,karena ini adalah perjodohan putra saya satu-satunya.Dia sangat penting dan berarti segalanya buat saya dan keluarga ini.Maka dari itu,saya berharap sangat banyak padamu melalui perjodohan ini.Lalu bagaimana pendapatmu mengenai perjodohan ini,kamu belum mengatakan apapun"kata Mama Ben.
Kay menghela nafas pendek dan merasa gugup mendengarnya.Tapi dia bersikap tenang dan mengontrol dirinya dengan baik.
"Sebenarnya… kedatangan saya kemari adalah untuk mengatakan kalau saya setuju dengan perjodohan ini dan bersedia menikah” jawab sambil menunduk lesu.
Mama Ben memandang tajam seakan tak percaya pada perkataan Kay.
"Oh…Benarkah begitu? Saya pikir kamu akan sangat menentang hal ini.Sebab tidak mudah bagi seorang gadis untuk menikah di usiamu yang masih sekolah.Apalagi kamu sendiri tidak mengenal calon suamimu!" kata Mama Ben tegas.
Kay memberanikan diri untuk mengatakan keinginannya.
"Jika semua pihak sudah sama-sama setuju dengan perjodohan ini,dan semuanya berjalan lancar, maka bolehkah aku meminta sesuatu?” tanya Kay tanpa ragu.
"Apa itu?" Mama Ben balik bertanya.
Kay berusaha berterus terang dengan keadaannya.
"Saya ingin berkata jujur pada nyonya.Mm..maaf maksudku ma..ma.."ucap Kay terbata.
"Iya,lanjutkan perkataan mu"pinta Mama Ben.
Kay menelan salivanya.
"Sebenarnya saya tidak setuju dan menentang perjodohan ini.Karna bagi saya,pernikahan adalah sebuah ikatan suci.Hubungan yang dibentuk berdasarkan cinta bukan kompromi.Tapi ini adalah satu-satunya pilihan yang saya punya.Ma..ma mungkin sudah mengetahui keadaan keluargaku saat ini."
Kay diam sejenak lalu meneruskan perkataannya lagi,"Ayahku sekarang hanya pekerja serabutan yang pekerjaannya tidak tetap.Terkadang dia bekerja jika ada pekerjaan,dan terkadang dia lebih banyak menganggur,sedangkan ibuku hanya seorang buruh pabrik kontrak.Keluarga kami sangat kesulitan dalam ekonomi,ditambah lagi hutang-hutang orang tua saya yang banyak,membuat rumah kami satu-satunya akan disita"ujar Kay menceritakan keadaan keluarganya.
"Saya turut berempati terhadap kondisi keluargamu.Lalu apa tujuanmu mengatakan hal itu?"tanya Mama Ben tegas.
Kay menarik nafas panjang untuk menenangkan dirinya.
"Saya pikir,seperti yang suami nyonya janjikan pada kedua orangtua saya.Jika…kesulitan keluargaku dapat berubah menjadi kehidupan yang nyaman…dan.."jawab Kay.
Tapi tiba-tiba Mama Ben memotong perkataannya.
"Saya rasa,saya sudah mengerti dan tahu apa yang ingin berusaha kamu katakan.Apakah kamu ingin mendapat timbal balik dan keuntungan dari persetujuan mu melalui perjodohan ini?."
"Iy…iya"jawab Kay terbata sambil menganggukan kepala.
Mama Ben tersenyum tipis dan sinis.
"Sepertinya kamu bukan gadis polos yang ku duga.Kamu ternyata lebih pintar dan cerdik dari yang kubayangkan"sindir Mama Ben dengan ketus.
Kay merasa tidak nyaman mendengar ucapan Mama Ben,yang memojokkan dirinya.Tapi dia tetap diam dan berusaha bersikap tenang.
"Karena tidak ada pilihan lain,maka aku terpaksa mengatakan hal ini dan menyetujui perjodohan ini.Aku tidak berdaya dan harus mengendalikan diriku sendiri,jika tidak…aku tidak akan mengemis permohonan seperti ini"Kay membatin.
"Apa kamu ingin membuat negosiasi atau suatu perjanjian dengan perjodohan ini?atau kamu ingin berusaha mengambil keuntungan?"lanjut Mama Ben sinis.
Kay merasa tersinggung dengan kata-kata Mama Ben,tapi dia tetap berusaha mengendalikan dirinya.
Tanpa takut Kay langsung mengangkat kepalanya dan memandang ke wajah Mama Ben.
Tentu saja beberapa pelayan yang ada di dekat Mama Ben terkejut melihat tindakan Kay,begitu juga Mamanya Ben.
Tapi Kay tidak peduli,dia tidak ingin terus dipojokkan dengan kata-kata sindiran.
"Apa yang saya katakan kepada nyonya maksud saya Mama,itu bukanlah sebuah perjanjian,tapi hanya sebuah permohonan.Lagipula,suami mama sendiri juga telah menjanjikan hal itu kepada orang tua saya,sehingga saya mengambil pilihan ini.Saya hanya ingin memastikan keadaan keluarga saya akan baik-baik saja dan hidup dengan nyaman,setelah saya menikah"ucap Kay tegas.
Mama Ben tersenyum tipis memandangi wajah Kay.
"Kamu memang gadis yang berani.Tapi hal ini bukanlah menjadi sesuatu yang harus kamu campur dan terlibat di dalamnya.Biarkan semua ini menjadi urusan kedua orang tuamu dan keluarga ini.Kamu hanya perlu fokus pada perjodohan ini dan menikah.Setelah kamu menjadi menantu dari keluarga Hartanto,secara otomatis kamu juga menjadi bagian keluarga Hartanto.Maka sudah dipastikan,bahwa keluargamu akan menerima banyak hal termasuk kehidupan nyaman yang kamu minta.Kami juga akan mengembalikan reputasi keluargamu dan menyelesaikan semua masalah ekonomi keluargamu.Apakah sekarang kamu merasa senang setelah mendengar ini?'kata Mama Ben.
Kay memandangi wajah Mama Ben dengan wajah kaget seakan tak percaya.
"Apakah yang ma..ma katakan itu benar?"tanya Kay ragu.
"Iya….permintaanmu itu adalah hal yang kecil dan sepele untuk keluarga ini,jadi sekarang jangan kamu takutkan masalah itu.Kami sekeluarga sangat senang jika kamu menyetujui perjodohan ini.Selanjutnya…kamu harus fokus pada pernikahanmu dengan putra saya"pinta Mama Ben.
Kay tersenyum sumringah,"Terima kasih banyak nyonya…eh,..maksud saya Mama.Maaf saya belum terbiasa dengan memanggil anda mama."
"Tidak apa-apa,lama-lama kamu juga akan terbiasa.Jadi saya tanya sekali lagi padamu.Apakah kamu bersedia menikah?"ucap Mama Ben dengan tegas.
"IYA Mama! Saya bersedia untuk memilih"sahut Kay dengan penuh semangat.
Beberapa pelayan yang ada di sana tersenyum melihat tingkah Kay yang lucu dan sedikit konyol,sebaliknya Mama Ben tidak bergeming dengan wajah seriusnya menatap Kay.
"Aku rasa Nona Kay akan membawa sesuatu yang baru di kediaman rumah Hartanto"bisik salah satu pelayan kepada pelayan lainnya.
Tidak lama kemudian,Nenek Ben pun datang.Mama Ben segera berdiri menyambut kedatangan ibu mertuanya dan langsung mengenalkan Kay padanya.
Kay menyambut kedatangan Nenek Ben dengan senyuman ramah, sambil mencium tangannya sebagai bentuk tanda hormat.
Nenek Ben terlihat lebih ramah menyambut kedatangan Kay dibanding Mama Ben.
"Ternyata kamu lebih cantik dari yang kulihat di foto." Nenek Ben mengusap pelan kepala Kay.
Kay tersipu malu mendengarnya.
Lalu Mama Ben yang sejak tadi terus mengamati Kay,mendadak berkata,"Apa yang terjadi dengan pakaianku?"tanyanya ketus.
Kay kaget dan langsung menutupi noda bekas tumpahan teh di pakaiannya.
Nenek Ben segera mengalihkan pembicaraan setelah melihat Kay merasa tidak nyaman.
"Ayo duduklah sekarang!Apa kalian ingin terus berdiri saja?Aku sudah tua untuk itu,kakiku akan sakit"pinta Nenek Ben.
Kay dan Mama Ben lalu duduk.
Sementara itu,Kay terlihat lega karena Nenek Ben membantunya mengalihkan pertanyaan dari Mamanya Ben.
"Aku rasa nenek dari pria sombong itu,lebih baik dan lebih menyenangkan,daripada ibunya yang tegas dan sedikit menakutkan"gumam Kay di dalam hati sambil memandangi wajah Nenek Ben.
"Aku dengar kau sudah setuju dengan perjodohan ini?"tanya Nenek Ben dengan lembut.
Entah kenapa Kay merasa lebih nyaman berbicara dengan Nenek Ben dan menganggapnya seperti Neneknya sendiri yang sudah lama ia kenal.
"Apakah nenek setuju dengan perjodohan ini?"Kay balik bertanya.
"Tentu aku sangat setuju.Aku sudah lama menantikan hari ini tiba.Seandainya suamiku masih hidup dia pasti akan sangat senang melihatnya."Nenek Ben tersenyum memandangi wajah Kay.
"Aku juga setuju dengan perjodohan ini Nek,itu karena nenek juga setuju.Nenek sangat menyenangkan"balas Kay sambil bercanda.
Mama Ben yang mendengar gaya ucapan Kay berubah dari formal ke tidak formal, melihat Kay dengan tatapan tidak suka dan kecewa.
Sebaliknya Nenek Ben merasa senang dengan sikap Kay yang membuat terhibur.
"Kalau boleh nenek tahu,apa alasanmu setuju menikah dengan cucuku?Kau tidak harus menggunakan bahasa formal bicara padaku,karena itu akan membuat kita jadi berjarak dan tidak dekat"pinta Nenek Ben.
Lalu Kay menjelaskan alasan di balik keputusannya pada Nenek Ben menggunakan bahasa sehari-hari yang tidak kaku.Tapi Mama Ben terlihat tidak suka dan menganggap jika Kay tidak sopan.
Namun berbanding terbalik dengan Nenek Ben yang menganggap itu hal biasa saja.Nenek Ben pun mulai menyukai Kay dan merasa nyaman berbicara dengannya,bahkan keduanya terlihat tertawa bersama dan semakin akrab.
Kay seolah melupakan kesedihannya karena perjodohan itu.
Setelah berbincang-bincang cukup lama dengan Nenek Ben.
Kay meminta untuk pamit pulang.
Lalu Nenek Ben memerintahkan beberapa pengawal untuk mengantar Kay pulang ke rumahnya.
Sebelum pulang Nenek Ben memeluknya erat sambil mengusap lembut kepalanya.
"Semoga secepatnya kita bertemu lagi Kay.Nenek akan sangat senang saat kamu sudah menjadi bagian dari keluarga ini. Kita akan banyak menghabiskan waktu berdua untuk berbincang-bincang"ucap Nenek Ben.
Kay tersenyum sambil menganggukan kepalanya pelan.Lalu ia pamit dengan mencium tangan Nenek dan Mama Ben.
Kemudian Kay beranjak pergi dari ruangan itu, didampingi oleh beberapa pengawal dan pelayan wanita yang ikut serta.
Sesuai perintah Nenek Ben,para pengawal dan pelayan wanita itu mengajak Kay untuk berkeliling sebentar di rumah kediaman keluarga Hartanto.
Selama berkeliling,Kay terlihat tidak fokus dan tidak tertarik,akan penjelasan setiap detail ruangan dan tempat yang ditunjukkan oleh salah seorang pelayan wanita.
Kay menarik nafas panjang dan dalam,wajahnya terlihat bingung dan gusar.
"Apakah keputusanku sudah benar menerima perjodohan ini?"batinnya dengan kepala tertunduk.
Tiba-tiba asisten pribadi Ben menghampirinya dan membuat Kay terkejut.
"Apakah nona cucu dari Pak Budi Setyo Jati?."
Kay dengan cepat mengangkat kepalanya,untuk melihat siapa orang yang bertanya padanya dan mengetahui nama kakeknya.
"Bagaimana bapak bisa tahu kakek saya?Apa bapak mengenal kakekku?"tanya Kay.
"Iya"jawab asisten Ben sambil menganggukan kepalanya.
"Kau sudah tumbuh besar dan cantik dan wajahmu hampir mirip dengan wajah kakekmu"lanjut asisten Ben lagi.
Kay tersenyum lalu menyalami asisten Ben.
"Apakah bapak juga teman kakek ku?"tanya Kay.
Asisten Ben mengangguk mengiyakan dan tersenyum pada Kay.
Kay ingin banyak berbincang dengan asisten Ben mengenai mendiang kakeknya. Tapi tiba-tiba teriakan keras dari seseorang mengejutkan dirinya dan semua orang yang ada di dekatnya.
"HEI!KAU…GADIS ANEH!"seru seseorang dengan nyaring.
"Suara itu sepertinya tidak asing di telingaku"batin Kay yang kaget mendengarnya.
Kay dan semua orang berbalik ke arah suara itu,dan betapa terkejutnya Kay juga semua orang.Saat melihat ternyata Ben yang memanggil Kay dengan keras.
Kay menelan salivanya dengan tatapan syok.
"Kenapa aku harus bertemu dia lagi di saat seperti ini!"ucap Kay pelan.
Ben berjalan menghampiri Kay dengan senyuman sinis,lalu meminta semua orang pergi dari sana,termasuk juga asisten pribadinya.
"Kalian semua pergilah dari sini,tinggalkan kami berdua.Aku hanya ingin berbicara berduaan dengannya!"perintah Ben tegas.
Semua orang pun langsung pergi menjauh sesuai perintah Ben.Sementara itu,Kay hanya diam tak bereaksi.
Begitu melihat semua orang sudah pergi.Ben berjalan mendekati Kay.
Kay merasa tidak nyaman melihat tatapan Ben,sehingga dia berjalan mundur untuk menjauh.Tapi Ben terus mendekatinya.
"HEI pria sombong!Apa maumu?jangan macam-macam padaku!"bentak Kay.
Ben tersenyum senang melihat Kay yang mulai merasa tidak nyaman.
"Ini rumahku,jadi sesuka hatiku mau berbuat apa denganmu.Lagipula,sebentar lagi kau akan menjadi istriku bukan?"kata Ben dingin sambil terus menghampiri Kay.
"Kita belum menikah dan aku belum menjadi istrimu.Jadi jangan macam-macam!"ancam Kay menudingkan jarinya ke arah Ben.
Dengan cepat Ben langsung menurunkan tangan Kay ke bawah,lalu mendorong tubuh Kay ke dinding dekat pintu lift.
Ben mendekatkan wajahnya ke wajah Kay,hingga tak sengaja mereka saling bertatapan.
"Kau terlihat sangat polos dan menarik.Aku pikir kau akan sangat mudah untuk ku atur dan menjadi mainan hidup yang menyenangkan untukku"ucap Ben.
Kay memandang Ben dengan tatapan kesal dan sinis.
"Apa kau bilang? mainan?menyenangkan?polos?"
tanya Kay ketus.
Ben menaikkan kedua alisnya ke atas dan semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Kay. Kay mendorong Ben agar menjauh darinya,tapi tenaga Ben tak mampu dilawan Kay,karena kedua tangannya dicengkram Ben dengan kuat.
"Kenapa kau ingin menjauh dariku? Tuhan itu sangat adil.Selama ini kau terus berusaha kabur dariku.Tapi kini kau harus mulai terbiasa berada di dekatku,karena sebentar lagi aku akan menjadi bayanganmu,yang akan terus mengikuti dirimu kemanapun kau pergi.Jadi biasakan dirimu di dekatku.Kau gadis yang beruntung karena dapat menikah denganku"ujar Ben dengan santai.
Kay kesal dan marah sambil berusaha melepaskan diri dari Ben.Tapi lagi-lagi tenaganya tak cukup kuat untuk mendorong pria itu menjauh darinya.
Kay tidak putus akal dan mencoba mencari cara agar bisa kabur dari Ben.
Kay berteriak keras memanggil para pengawal,asisten Ben dan pelayan wanita yang memandunya berkeliling tadi.Tapi tidak satu pun di antara mereka yang menganut panggilannya.
"Mereka tidak akan datang kemari,meskipun kau berteriak dengan keras.Tidak ada yang bisa menolongmu disini!." Ben menakuti Kay sambil tersenyum simpul.
Kay terdiam memandang tajam ke wajah Ben.
"Kau harus minta maaf sambil berlutut padaku.Baru aku akan melepaskanmu"lanjut Ben lagi.
"Minta maaf padamu!SORRY…YEH!"ejek Kay sambil membuat wajah menyebalkan meledek Ben.
Ben menjadi kesal dan menudingkan telunjuknya ke arah Kay.
"KAU INI!Gadis paling menyebalkan yang pernah kutemui!"ucap Ben marah.
Kay tersenyum tipis sambil bergumam di dalam hatinya,"Semakin aku membuatnya kesal, dia akan semakin melepaskan cengkraman tangannya.Jadi aku bisa kabur."
Ben mendekatkan wajahnya semakin dekat ke wajah Kay.
Tiba-tiba Kay merasa gugup dan takut,karena dia tidak pernah sedekat itu dengan seorang laki-laki.
Kay berusaha tenang dan bersikap tidak peduli pada Ben.
Tapi Ben memaksanya untuk melihat ke arahnya.
Hingga mereka pun kembali beradu pandang.
Kay segera memanfaatkan hal ini, dan langsung menggigit kuat tangan Ben yang memegang bahunya.
"Auwww…..!"ucap Ben kesakitan beralih memegang tangannya.
Tentu saja Kay segera memanfaatkan kesempatan ini dan kabur menjauhi Ben yang kesakitan.
Ben hanya dapat memandangi Kay yang sudah berlari menjauh darinya.
"Sial!Gadis itu terus menipuku!"ucap Ben kesal sambil memegangi tangannya yang sakit
Sementara itu, Kay segera menghampiri para pengawal yang akan mengantarnya pulang,dan tidak memperdulikan Ben.
"Mulai sekarang aku harus berhati-hati dengan pria sombong itu.Dia akan semakin terus menyerangku"batin Kay sambil masuk ke dalam mobil.
Saat berada di dalam mobil,Kay memandang keluar jendela kaca mobil.Dia melihat ke arah rumah mewah keluarga Hartanto.Tanpa sengaja matanya bertatapan dengan mata Ben yang menatapnya tajam dari beranda lantai dua.
Ben menudingkan dua jari dari matanya ke arah Kay,dengan tatapan marah.
Kay tidak tinggal diam dan membalas Ben dengan perlakuan sama yang Ben lakukan padanya,sembari mengangkat kedua alisnya ke atas untuk meledek Ben.
Ben menjadi semakin kesal melihat sikap Kay.
"AWAS KAU YA!"pekik Ben sambil menudingkan jarinya telunjuknya ke arah Kay.
Kay berpura-pura tidak mendengar dan melihatnya.
Ben hanya diam tak bereaksi,sambil terus menatap kepergian Kay,sampai mobil yang dinaiki Kay menghilang dari pandangannya.
"Gadis itu benar-benar merusak hariku."
Ben beranjak pergi menuju kamarnya,sembari memegangi tangannya yang sakit.