Pernikahan Rere dan Haikal yang tinggal menghitung hari, terpaksa batal karena Rere diketahui hamil. Rere merasa jika dirinya menjadi korban perkosaan, tapi dia tak tahu siapa yang melakukannya karena dia dalam kondisi tidak sadar saat itu. Disaat dia hancur karena pernikahannya batal dan mengandung janin dari orang yang tidak dia kenal, Romeo datang dan menawarkan diri untuk menikahinya. Tanpa Rere tahu, jika sebenarnya, Romeo adalah orang yang telah menodainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ADA YANG TERBAKAR
Romeo mengelus perutnya yang terasa begah. Bagaimana tidak, dua porsi bakso yang harusnya untuknya dan Rere malah dia habiskan sendiri. Pria itu berdecak pelan, badannya benar benar terasa tak nyaman terutama bagain perut dan dada. Bahkan untuk bernafas saja rasanya sesak.
"Apa perlu aku belikan satu porsi lagi?" Rere sengaja menggodanya.
"Ish, keterlaluan." Romeo mendesis pelan, mambuat Rere tak kuasa menahan tawanya. Dia baru tahu kalau Romeo yang badannya proporsional ternyata makannya sangat banyak. Dan satu hal yang baru dia ketahui malam ini juga, ternyata Romeo pecinta pedas.
"Warung sudah mau tutup, apa kita mau tetap disini sampai pagi?" Rere mulai menggerutu. Pengunjung sudah mulai sepi karena memang sudah mendekati jam tutup. Para pegawai juga terlihat sedang membereskan tempat jualan. Rasanya sungkan juga jika masih mau berlama lama disini.
"Tak bisakah menunggu sebentar lagi, perutku benar benar sakit. Rasanya aku tak mampu berjalan."
Rere hanya bisa geleng geleng. Perasaan yang ngidam dia, tapi yang makannya super lahap adalah Romeo.
Setelah dirasa begahnya sudah berkurang, Romeo mengajak Rere untuk pulang.
"Apa perlu aku bantu berjalan?" Tanya Rere yang melihat Romeo mendesis saat mulai melangkah, entah apa yang dirasakan pria itu.
"Heis, aku tidak lumpuh."
Jawaban random itu membuat Rere tertawa ngakak sambil memegangi perutnya.
"Sepertinya aku harus menderita seperti ini setiap hari demi melihatmu tertawa." Romeo berdecak sebal, berjalan lebih dulu meningalkan Rere yang masih tertawa diatas penderitaannya.
Romeo memegangi perut sambil berjalan pelan pelan menuju mobil. Sementara Rere mengekor dibelakangnya. Hanya tinggal mobil mereka dan beberapa motor pekerja dihalaman warung, karena yang lain sudah pada pulang.
"Berikan kuncinya padaku, biar aku yang nyetir." Rere menengadahkan telapak tangannya.
"Jangan, aku masih bisa."
"Ck, kau tak percaya pada kemampuanku mengendarai mobil? Lupa, mobil ini milikku."
Romeo membuang nafas berat lalu tertunduk lesu. "Sungguh kejam caramu mengingatkanku jika saat ini, aku sudah benar benar miskin."
"Tolonglah Meo, aku hanya becanda." Rere memutar kedua bola matanya lalu memeluk Romeo dari samping. Dia sungguh tak ada niatan menyindir Romeo yang tidak punya mobil. Tak tahu saja dia jika Romeo juga hanya pura pura kesal saja.
Pelukan tiba tiba itu membuat tubuh Romeo seperti membeku. Padahal hanya pelukan biasa, tapi tubuhnya bereaksi lain. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat, dan darahnya seketika berdesir.
Romeo mengangkat wajahnya. Dan dititik inilah, jarak wajah mereka sangat dekat. Bahkan Romeo bisa merasakan hangatnya nafas Rere. Untuk beberapa saat, mereka saling menatap, hingga tiba tiba, Rere melepaskan pelukannya.
"Em...mana kuncinya." Rere kembali menengadahkan telapak tangannya. Gara gara adegan tatap tatapan tadi, dia jadi sedikit gugup.
Bukannya memberikan kunci, Romeo malah memegang kedua pundak Rere. Membalikkan badan wanita itu lalu mendorongnya kesisi mobil sebelah kiri.
"Kamu hanya perlu duduk manis sweety, biar aku yang nyetir." Rere menyebikkan bibirnya mendengar Romeo memanggilnya sweety.
Romeo membukakan pintu untuk Rere, memastikannya duduk dengan nyaman lalu menutup pintu kembali. Dia lalu mengitari mobil dan masuk kebagian kemudi. Menatap sambil tersenyum pada Rere sebelum menyalakan mesin dan melajukan mobilnya.
Sekitar sepuluh menit berkendara, tak ada obrolan apapun diantara mereka. Sampai sampai, Romeo bingung memikirkan ingin membicarakan topik apa..
"Tadi, kamu memanggilku Meo?" Akhirnya Romeo bersuara. Biasanya, Rere memang memanggilnya Rom.
"Kenapa, tidak boleh? Aku biasa dengar, ibu memanggilmu Meo."
Remeo tertawa ringan. Hampir semua keluarganya memang memanggilnya seperti itu. Panggilan itu sudah melekat sejak dia kecil.
"Boleh. Yang gak boleh itu kalau ditambah ng, bisa bisa aku dikira kucing."
Rere terkekeh mendengarnya, begitupun Romeo. Dia yang bikin candaan, dia juga yang ikut tertawa. Romeo jadi teringat jaman SD. Dimana dia sering dibuli teman temamnya dengan memanggilnya meong. Dan setiap kali ada kucing, temannya selalu bilang jika itu kembaran Romeo.
Malam ini, udara terasa sangat dingin karena hujan gerimis. Jalanan begitu lenggang meski baru jam 10 lebih. Mungkin orang orang lebih memilih menghabiskan waktu dirumah daripada bergerimis gerimis ria meski saat ini weekend.
Romeo memelankan laju kendaraan saat melihat mobil didepan sepertinya mogok. Melihat seorang wanita berdiri didepan kap mobil yang terbuka, dia makin yakin jika mobil tersebut benar benar mogok.
Romeo menepikan mobilnya lalu berhenti tak jauh dari lokasi mobil mogok tersebut.
"Ada apa?" tanya Rere. Dia memang tak fokus memperhatikan jalan tadi.
"Sepertinya wanita dibelakang butuh bantuan." Romeo menoleh kebelakang, menunjuk kearah wanita dengan mobil mogoknya.
Rere mengerutkan dahi. Meski hanya tampak dari belakang, dia yakin jika wanita tersebut masih muda, terlihat dari cara dia berpakaian. Celana jeans ketat dipadu dengan kaos press body yang memperlihatkan tubuh body goals nya.
"Tulus apa modus?"
Romeo tergelak, dia paham arah pembicaraan Rere.
"Kau cemburu jika aku menolongnya?"
"Tidak sama sekali," sahut Rere cepat. Tapi wajahnya yang terlihat kesal membuat Romeo tak bisa menahan tawa.
"Bibirmu bisa berkata tidak, tapi hatimu, aku tidak bisa menebaknya." Romeo lagi lagi terkekeh. "Aku mencium bau sesuatu yang terbakar."
"Apa, apa yang terbakar?" Rere seketika panik. Mengedarkan pandangan sambil menajamkan indra penciuman. Mobil ini belum lunas cicilannya, jangan sampai ada yang konslet, apalagi sampai terbakar.
"Hati kamu yang terbakar, hahaha."
Rere reflek memukul lengan Romeo. Kesal sekali karena pria itu berhasil mengerjainya.