Almayira seorang gadis yang sangat religius, dia tidak pernah melepaskan niqobnya.
Namun di suatu hari ketika dia mengantar temannya, untuk menemui seorang laki_laki justru dirinya yang malah direnggut kehormatannya secara paksa sehingga
menyebabkan dia hamil saat masih sekolah, demi menutupi kehamilannya dia selalu menggunakan jaket.
Bagaimana nasib mayira? Apakah pria itu akan bertanggung jawab?
Penasaran? makanya baca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ncess Iren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gugurkan
Mai tidak mau mayira mengikuti bara, mayira begitu banyak mendapati tatapan sinis dari pada gadis di dalam kelas.
Teman_teman bara masih menatap kepergian Bara dan cewe bercadar itu, yang mulai menjauh dari kelas sampai punggung mereka. tak terlihat lagi Tentu saja, tumbuh tanda tanya besar pada mereka.
"Kok gue kepo ya sama mereka.. celetuk daniel yang diangguki Raphael.
Evans bersedekap dada "Mungkin gadis bercadar itu cari masalah sama Bara.. Arya pun mengangguk dengan ucapan evans.
"Jadi penasaran gue... ucap daniel, lalu mencomot kuaci yang ada di hadapannya.
"Mungkin ntu dekkel suka kali sama Bara, udah biasa kali.. ucap Raphael.
"Iya juga sih, tapi biasanya bara tidak menganggapi.
"Gue kira cewek alim gak pernah suka sama cowok,..
Evans mengangkat kedua bahunya, lalu menggeleg laki_laki itu kembali pokus pada ponselnya. Tidak memperdulikan teman_temannya, yang bergosip ria.
Mayira terus mengikuti Bara dari belakang, sampai ke rooftop sekolah. Mayira terkesiap dengan pemandangan yang disuguhkan dari sana, Bara menoleh ke arah mayira. Yang masih terpukau dengan pemandangan kota, bangunan yang menjulang tinggi.
"Mau ngomong apa? tanya bara to the point.
Mayira kembali ke kesadaran ia ingat tujuan, kenapa dia kesini bersama laki_laki itu. Mayira menunduk dia sudah menyiapkan mental, tapi tetap saja dia tidak bisa tenang.
"Kak aku hamil.. ucap mayira, ia memejakan matanya rapat. Angin berhembus halus, mengibarkan jilbab panjang serta cadar mayira.
Alis bara terangkat keatas, "Terus?..
Sebenarnya bara sudah tau apa yang akan dikatakan gadis ini, dia sudah menunggu kata itu. Dari tiga hari yang lalu saat dia mendengar, percakapan antara mayira dan astrid di UKS.
Mendengar respon Bara yang biasa aja, mayira membuka matanya.
"Ini anak kakak..
Bara menaikan alisnya, bibirnya terangkat sebelah..
"Yakin?..
"Ma maksud kakak?
Bara memasukan kedua tangannya kedalam saku celana, "Ngga ada yang tau, itu anak gue atau bukan.. ucap bara santai.
Tes
Perkataan Bara menohok hati mayira, secara tidak langsung dia mengatakan bahwa mayira adalah perempuan bebas. Yang sudah disentuh banyak laki_laki, tangan mayira terkepal kuat disisi tubuhnya.
"Ini anak kakak, mayira tidak pernah melakukan.. Ah sudahlah tidak perlu di perjelas, itu hanya akan menambah luka dengan mengingatnya. Seharusnya dia sudah siap dengan penolakan Bara, Apa yang bisa diharapkan?
Bara menoleh ke arah mayira, sepertinya gadis bercadar itu kehabisan kata_kata untuk di katakannya.
"Kalau memang itu anak gue, ya lo mau apa? Dengan santainya bara mengatakan itu. Matanya mengarah ke pemandangan kota dari ketinggian, dan tangannya masih setia pada saku celananya.
Mayira tercekat dengan penuturan Bara beberapa saat lalu, ia juga tidak apa yang harus ia lakukan sekarang. Menggugurkan atau tidak? Mayira juga tidak tau apa gunanya ia mengatakan semua ini pada bara, yang jelas tidak menginginkan bayi dirahimnya.
"Gugurkan!.. Bara tersenyum miring, entah pertanyaan atau pernyataan bara pada kata itu.
Dengan susah payah mayira menelan air liurnya, yang terasa kesat ditenggorokan. Mayira mengusap perut datarnya, tak terasa air matanya membasahi kain hitam di wajahnya. Ia menyayangi janin ini, walaupun kehadirannya di saat yang tidak tepat.
"Ta tapi aku... Terbata\_bata mayira mengucapkan kata yang tidak jelas itu.
Bara menghebuskan nafasnya dengan berat, tanpa sepengetahuan mayira.
"Pendidikan, masa depan atau anak itu? ucap Bara dengan nada yang begitu tegas dan tajam.
Mayira lagi_lagi terdiam, tida adakah plihan lain. Kenapa begitu sulit memilih kenyataan didepan mata, Mayira tidak bisa memilih, karena semua itu adalah hal yang penting dalam hidupnya.
"Gue beri waktu buat lo berpikir, temuin gue ditaman belakang sekolah buat ngasih tau keputusan lo.. kata Bara.
Kaki jenjang bara bersiap hendak melangkah pergi, tapi pergerakannya terhenti setelah dua langkah. Lalu ia menoleh kebelakang.
"Jangan jadi munafik.. Ucap Bara lugas, lalu dia benar_benar melangkah pergi.
Setelah dirasa bara sudah tidak ada disekitarnya, mayira berteriak pilu melampiaskan semua sesak di dadanya. Tubuhnya merosot ke lantai, dengan kaki yang gemetar dan lemas. Airmatanya mengalir, dengan derasnya. pikirannya memuncak hampir membludak, Memikirkan nasib yang telah digariskan untuknya.
"Aku ngga munafik, aku memang gak mau anak ini ada. Aku lebih memilih pendidikan dan masa depan, Anak ini bahkan tidak jauh lebih dari sampah" Mayira meremas kuat seragam putih dibagian perutnya.
"Astagfirullah ya Allah jauhkan aku dari godaan syetan..
Seumur hidup mayira ia selalu diajarkan untuk menjaga lisan, termasuk jangan bicara kasar. Namun kali ini yang sangat tidak pantas di ucapkan, itu keluar dari bibirnya di balik cadar.
Mayira menutup wajahnya dengan tangan. "Tapi kenapa aku gak bisa lepasin anak ini? Lalu memukul_mukul dadanya yang sesak, dan juga pukulan itu ia turunkan ke perut kediaman janin tak berdosa itu.
Dua mata pelajaran mayira lewati, karena masih betah berada ditempat dirinya sekarang berpijak. Mayira masih dengan posisi yang sama, bersimpuh di lantai mayira berpikir jeras. Jalan apa yang harus dia ambil, agar semua masalah terselsaikan.
Mayira memejamkan matanya, sekelebat bayangan orang tuanya tersenyum bangga padanya. Uminya selalu mewanti_wanti agar mayira, untuk berhati_hati agar tidak terjun ke dunia bebas. Agar tak terjadi hal yang tidak diinginkan terjadi sebelum waktunya, Abinya sama saja rendra sangat posesif jika sudah menyangkut mayira.
Lalu bagaimana orang tuannya saat tau, mayira tidak bisa menjalankan amanah mereka. Dan justru mengecewakan mereka, dengan kabar buruk ini. Tidak, mayira tidak ingin ini. Dalam sekejap keputusan yang tepat, terlintas dipikiran mayira.
"Gugurkan..
Mayira sudah menginjakan kakinya ditaman belakang, tempat perjanjiannya dengan bara. Namun ia tidak menemukan batang hidung pria itu, bahkan mayira sudah mengelilingi seluruh penjuru taman itu.
Mayira mulai menduga_duga, jangan_jangan bara membohonginya tadi. Sekolah sudah sepi hanya tinggal beberapa murid saja yang berlalu lalang, yang mungkin saja memiliki urusan penting. Ini sudah satu jam setelah bel pulang di bunyikan, dengan langkah gontai mayira berjalan meninggalkan taman. Ia berjalan di koridor sendirian, matanya mulai berkaca_kaca memikirkan apa yang akan terjadi esok. Orang tuanya mengetahui, bahwa ia sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal ini.
"Bukan aku yang yang menginginkan bayi ini"
"Ya Allah hamba sudah melakukan kesalahan besar, terjebak dalam dosa zina.
Tidak terasa mayira sekarang sudah berada di lahan parkiran, dia sebenarnya tidak membawa kendaraan dia hanya lewat.
Mayira mendengar keriuhan suara, mungkin suara orang mengobrol. Mayira mengedarkan pandangannya, dan terhenti di sudut parkiran. Ditempat itu mungkin sekitar sepuluh cowok, sedang bersenda gurau dengan posisi duduk diatas motor masing_masing. Namun mayira terpokus pada satu cowok, yang hanya diam saja. Tidak seperti temannya yang heboh, itu orang yang mayira cari: Bara.
Mayira mengumpulkan keberanian, ia mencoba mendekat segerombolan laki_laki itu. Tentu saja ia terus menunduk didera rasa gugup, setelah sampai didepan para cowok itu, mayira masih tetap menunduk ia menghela nafas.
"Assalamualaikum.. ucap mayira.
Sontak saja seluruh laki_laki itu menoleh ke sumber suara, mereka tergagap_gagap menjawab salam mayira. Ini sangat jarang terjadi pada mereka, karena biasanya orang yang ingin menyapa mereka jarang mengucapkan salam.
"Wa\_laikumsa\_lam...
"Eh ukthy ngapain kesini? tanya salah satu dari mereka. Mayira diam beberapa saat untuk mengumpulkan keberaniannya, ia bingung cara mengatakan maksudnya saat dihadapannya. Ada teman\_temannya bara, ia tidak mungkin mengatakan hal itu dihadapan mereka.
"Kak Bara.. hanya kata itu yang keluar dari bibir mayira.
_____Tbc____