Shen Long yang tidak memiliki basis kultivasi dipaksa menikah dengan Yun Mei dan menjadi cucu menantu keluarga Yun.
Ibu Yun Mei tidak menyetujuinya dan membenci Shen Long yang dianggap sampah dan tidak berguna.
Dengan alasan obat, Ibu Yun Mei meminta Shen Long untuk mencari bahan obat ke tempat terlarang yang berbahaya.
Bukannya menemukan kematian, Shen Long justru mendapatkan keberuntungan memperoleh kekuatan dalam menemukan bahan obat tersebut, sehingga mengubah takdirnya.
Ketika Shen Long hendak kembali dengan bahan obat yang telah diperolehnya untuk bertemu Yun Mei, dia justru menambah pengalaman dalam berpetualang meningkatkan basis kultivasinya hingga tahap Raja Dewa Iblis
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHALINKA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3 | Meramal nasib
Tak berselang lama, Yun Ji pun datang beserta Shen Long menemui Yun Chao di ruang tamunya. Yun Li memperhatikan kedatangan kedua orang itu dengan pandangannya yang meremehkan.
“Duduklah anak muda” kata Yun Chao. “Anak ini tidak memiliki basis kultivasi” pikirnya
“Terima kasih tuan” sahut Shen Long.
“Kudengar kamu membantu anakku dengan menggunakan rumput hati dalam makanan kuda perampok itu” kata Yun Chao.
“Siapa kamu? Apa hubunganmu dengan perampok itu? Apakah kamu orang mereka?” tanya Yun Li dengan menyelidiki.
“Maaf tuan, aku hanya kebetulan lewat di jalan, nyaris dilindas oleh kuda mereka. Aku seorang yang mengembara hidup dari membantu orang lain demi sesuap nasi. Aku tidak tahu mereka itu perampok, mereka memintaku untuk memberi makan kuda-kuda mereka dan akupun menyetujuinya” sahut Shen Long dengan jujur.
“Darimana kamu tahu tentang rumput hati?” tanya Yun Chao penasaran
“Maaf, kebetulan aku pernah hidup dipungut oleh seorang tabib di kota Yujiang. Dan tabib ini mengajariku untuk mencari bahan-bahan obatnya” kata Shen Long.
“Tabib kota Yunjiang? Apakah itu tabib Su Cheng?” tanya Yun Li penasaran
“Benar tuan” sahut Shen Long sambil membungkukkan badannya.
“Ku dengar tabib Su Cheng telah lama menghilang sekitar dua tahun lalu. Apa yang terjadi?” lanjut Yun Chao
“Aku tidak tahu pastinya tuan. Saat itu aku kembali dari mencari obat ke hutan, aku menemukan rumah tabib telah berantakan dan para pelayan dan pekerja telah dibunuh dan tabib menghilang” sahut Shen Long dengan polos
Yun Chao tertegun mendengar jawaban dari Shen Long, dia pernah mendengar cerita menghilangnya tabib Su Cheng dua tahun lalu. Hingga saat ini belum menerima kabar berita keberadaan tabib tersebut.
Su Cheng dan ayahnya Yun Guo adalah teman satu perguruan sebelumnya, jadi Yun Chao memanggilnya paman guru. Dia melihat Shen Long tidak memiliki tingkat kultivasi apapun dalam tubuhnya, jadi dia merasa Shen Long ini tentunya bukan penerus dari paman gurunya.
Namun dia cukup mengetahui bahan-bahan obat yang sering diajarkan oleh paman gurunya karena itu dia selalu menyuruhnya untuk mencari bahan obat tersebut.
“Baiklah, Su Cheng adalah paman guruku. Jadi untuk menghormatinya, aku menerimamu untuk tinggal di kediamanku ini.” kata Yun Chao.
“Terima kasih tuan” sahut Shen Long sambil membungkukkan badannya.
“Paman, kudengar paman Ji mengajak seseorang kemari” tiba-tiba terdengar suara seseorang datang ke ruang tamu itu.
“Iya ayah, siapa dia?” tanya seorang anak lainnya
“Jiang, Yun Yong kenapa kalian kemari?” tanya Yun Chao.
Kedua pemuda itu Yun Jiang berusia sekitar 15 tahun anak kedua dari Yun Chao dan Yun Yong 17 tahun anak pertama dari Yun Li datang dengan tergesa-gesa.
“Maaf ayah, setelah aku bercerita pada mereka. Mereka semua mengajakku untuk datang kemari” sahut Yun Mei dengan menundukkan kepalanya.
Yun Mei yang berusia 17 tahun kemudian datang bersama sepupunya Yun Yueyin 16 tahun putri kedua dari Yun Li.
“Inikah orang itu ayah?” tanya Yun Jiang kembali sambil mendekati Shen Long.
“Iya, namanya Shen Long. Usia kalian tidak jauh berbeda dengannya. Dia pernah tinggal bersama paman guru ayah di kota Yujiang. Dia selanjutnya akan tinggal disini bersama kita” sahut Yun Chao.
“Kalian pergilah dari sini, kami mau membicarakan masalah penting lainnya dengan ayahmu” kata Yun Li mengusir anak-anak mereka
“Shen Long, ayo kita pergi” ajak Yun Yong.
Shen Long pun berpamitan dan pergi meninggalkan ruang tamu mengikuti keempat tuan muda keluarga Yun tersebut.
“Kakak, apakah kejadian paman Guru Su juga berkaitan dengan penyerangan kita ini?” tanya Yun Li selanjutnya
“Entahlah Li, sejak tiga tahun lalu, satu persatu tabib-tabib terkenal menghilang dari wilayah kerajaan Raja Liu. Mungkin benar ini berhubungan dengan penyerangan kita. Jadi menurutku sebaiknya kita menunggu informasi dari ayah yang sedang berada di ibukota” jawab Yun Chao
Kemudian mereka bertiga melanjutkan diskusinya untuk memperkuat pertahanan keluarga Yun agar tidak diserang kembali oleh musuh-musuh mereka.
Sementara itu keempat tuan muda keluarga Yun mengajak Shen Long keliling kota Weiyang. Lalu mereka berhenti melihat di depannya ada orang tua yang dengan spanduk ramalan dewa.
“Mampirlah tuan dan nona muda, mari berikan sedekah untuk meramal peruntungan kalian” kata lelaki tua tersebut.
“Ayo kita coba-coba meramal” pinta Yun Jiang mendekati orang tua itu.
“Anak muda, terima kasih. Untuk meramal cukup memberikan 2 tael perak saja” kata lelaki tua itu.
“Baik kek” kata Yun Jiang sambil memberikan 2 tael perak kepadanya.
“Peruntunganmu sangat bagus nak, kamu akan menjadi seorang tabib yang hebat nantinya” kata lelaki tua itu membuat Yun Jiang bangga akan dirinya.
Lalu Yun Yong juga ikut memulai ramalannya” Kamu juga sangat beruntung suatu saat akan menjadi pendekar kuat yang terkenal”
“Hebat. Kakak Yong memang hebat” kata Yun Jiang mengagumi sepupunya.
“Nona akan menjadi istri seorang jendral nantinya” kata lelaki tua itu pada Yun Yueyin yang membuat hatinya berbunga-bunga.
“Nona, jodoh anda sangat sulit, tapi anda sudah menemukannya. Aku tidak boleh mengungkapkan hal lain selain itu” kata lelaki tua itu sambil tersenyum pada Yun Mei namun membuat wajah Yun Mei memerah.
“Mengapa kek?” tanya Yun Jiang penasaran.
“Ada rahasia alam yang boleh diungkapkan dan ada pula yang tidak boleh, aku yang sudah tua ini harus mengikuti aturan alam jika ingin bertahan hidup” kata lelaki itu lalu melirik ke arah Shen Long.
“Berikutnya giliran anda tuan muda” kata lelaki tua itu tersenyum.
“Maaf kek, aku tidak memiliki uang” jawab Shen Long polos
“Tidak apa. Aku akan membayarkanmu” kata Yun Mei sambil menyerahkan uang pada lelaki tua itu.
“Anak muda, dalam hidupmu penuh dengan kesialan. Suatu saat kamu akan menemukan yang kamu cari” kata lelaki itu dengan tersenyum.
“Terima kasih kakek atas nasehatmu” sahut Shen Long dengan menundukkan badannya.
Lelaki itu tersenyum, dalam hatinya berkata “Aku tidak boleh mengatakan lebih banyak tentang dirimu. Ada banyak darah dalam perjalanan hidupmu. Sebentar lagi semuanya akan terbuka”
Lalu lelaki itu memandang ke arah langit “Sudah akan tiba saatnya”
“Kamu sedang mencari apa Shen?” bisik Yun Mei kepadanya
“Entahlah, aku sendiri juga tidak tahu nona” jawab Shen Long
Kemudian mereka berlima meninggalkan peramal itu menuju sebuah kerumunan yang menampilkan ketrampilan seni bela diri. Tampak seorang gadis yang cantik tengah mempertunjukkan ketampilan bela dirinya ditengah panggung tersebut.
“Ketua, apakah aku bisa menikahi nona ini jika bisa mengalahkannya dalam pertandingan?” tiba-tiba sebuah suara terdengar dari kerumunan
Tampak semua mata memandang ke arah suara tersebut, terlihat seorang pemuda dengan wajahnya yang angkuh menatap ke arah gadis cantik yang sedang melakukan pertunjukan di atas panggung.
“Maaf tuan, kami hanya menampilkan ketrampilan kecil untuk mencari sesuap nasi. Kami tidak sedang mencari jodoh” sahut lelaki setengah baya sambil menundukkan kepalanya menjawab pertanyaan tersebut.
“Tuan muda Chan Ming” bisik Yun Yong kepada adik-adiknya.
“Aku hari ini sedang mencari gadis untuk menemaniku malam ini” kata Chan Ming itu
“Jika kamu bersedia, aku akan membayar lebih untuk itu” lanjutnya
Lelaki setengah baya itu menggertakkan giginya lalu menjawab “Maaf, kami tidak menjual gadis disini. Silahkan tuan mencarinya diujung jalan ini” sambil menunjuk ke sebuah rumah bordil disana.
Terdengar riuh ledak tawa penonton mendengar jawaban lelaki setengah baya itu.