Ana, istri yang ditinggal merantau oleh suaminya. Namun, baru beberapa bulan ditinggal, Ana mendapatkan kabar jika suaminya hilang tanpa jejak.
Hingga hampir delapan belas tahun, Ana tidak sengaja bertemu kembali suaminya.
Bagaimana reaksi suaminya dan juga Ana?
Yuk, ikuti kisahnya dalam novel berjudul AKU YANG DITINGGALKAN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesal Terhadap Kinan
Kinan geram, karena hampir siang hari Sahil tak kunjung kembali. Mau menelpon pun, percuma. Karena ponsel Sahil sudah tidak bisa digunakan, karena tidak sengaja jatuh oleh Nara, dan menyebabkan lcd-nya rusak.
Dia memang curiga jika Sahil pasti akan ketempat Ana. Namun, dia sangat geram saat Sahil melupakan kesehatan Nara. Karena bagaimanapun keselamatan dan kesehatan Nara adalah yang utama.
Hingga sore hari Sahil baru pulang, dan tentu saja dengan binar dimatanya. Bahkan dia melupakan janjinya hari ini.
"Dari mana?" tanya Kinan.
"Dari kantor polisi, membuat laporan untuk abangnya Ana." sahut Sahil.
Kinan tersenyum sinis. "Kenapa tidak mengantarku terlebih dahulu untuk membawa Nara kerumah sakit?"
"Maaf Kinan, aku lupa. Karena aku terlalu senang berkumpul dengan mereka." balas Sahil. Tanpa diketahui perkataannya membuat Kinan menelan saliva pahit.
"Ingatan mu baru pulih bang. Jadi kamu bisa melupakan aku dengan Nara. Sebegitu tidak berartinya kami di matamu." sinis Kinan.
"Bukan begitu ..."
"Apa? Buktinya, kamu tidak menjemput ku dan Nara. Kamu melupakan kami saat bersama anak dan istri pertama mu itu." bentak Kinan.
"Kamu tahu? Aku menunggumu Bang ... Aku tahu, aku ini yang datang ke dua di kehidupanmu. Tapi, aku tidak rela kami di lupakan begitu saja." lanjut Kinan.
"Kamu ini terlalu berlebihan Kinan. Aku baru kali ini loh, bersama mereka dengan waktu sedikit lama. Tapi bagaimana dengan mereka? Mereka aku lupakan hampir delapan belas tahun loh. Tapi mereka tidak mengeluh sepertimu." ujar Sahil.
"Itu karena mereka udah terbiasa. Sedangkan aku dan Nara?"
"Udah Kinan udah ... Aku pusing mendengar keluhan mu yang tidak berguna." bentak Sahil membuat Kinan membeku.
Karena selama menikah, baru pertama kalinya Sahil membentaknya dengan suara yang besar.
"Aku gak mau kehilangan mu bang ..." lirih Kinan saat Sahil kembali keluar dengan sepeda motornya.
"Maafkan aku Ana ... Aku akan membuat bang Sahil hanya menjadi milikku seorang. Maafkan aku karena ternyata aku tidak bisa, aku tidak bisa berbagi denganmu ..." isak Kinan.
Sahil sendiri memilih datang ke warung. Dia gak habis pikir dengan sifat Kinan. Padahal, dia sendiri yang bilang jika ia akan mengalah dengan Ana. Mengingat, dia yang kedua.
Tapi sekarang apa? Bahkan baru satu kali ditinggal dia langsung mengamuk. Tidak seperti Ana yang bisa dikatakan pengertian.
Ana, wanita yang selalu memahaminya, mengerti keadaannya dan bahkan tidak pernah sekali pun, menaruh curiga padanya. Makanya, dia selalu menjaga kepercayaan Ana.
...🍁🍁🍁...
Rima memilih datang ke rumah Sahil. Karena tadi saat di kantor polisi tadi, dia enggan mengganggu Sahil. Karena Rima membiarkan Sahil menghabiskan waktunya bersama Ana dan anak-anaknya.
Firman dan Jefri terlibat dalam pasal pencobaan pembunuhan serta pemerkosaan terhadap Armina.
Dan mereka juga terlibat dalam pembunuhan Armina. Apalagi, beberapa warga datang sebagai saksi. Mereka ada yang menduga jika Firman dan Jefri merupakan orang yang memberi racun pada Armina. Mengingat, jika ibunya tidak mungkin meracuni anaknya. Namun, saat itu mereka menemukan bekas plastik makanan di kamar Armina. Namun, sayang sudah tidak ada sisa sama sekali.
Dan ibu Armina pun, menolak untuk optosi. Bukan apa, dia tidak punya banyak uang untuk melakukan itu. Dia sendiri memilih untuk menutupi diri setelah anaknya meninggal. Dan beberapa bulan kemudian, dia juga menyusul Armina.
"Sahil memangnya kemana?" tanya Rima meletakkan cangkir teh yang dihidangkan oleh Kinan.
"Baru keluar mbak ..." balas Kinan.
"Kamu menangis?" tanya Rima melihat wajah Kinan.
"A-aku ... Aku hanya kesal, karena bang Sahil tidak menjemput ku membawa Nara berobat." sahut Kinan.
Seharusnya itu menjadi aib untuk keluarganya. Namun, karena Kinan mau Rima tahu kenapa dia bisa seperti ini. Makanya, dia membukanya.
"Maafkan Sahil ... Tapi tadi kami banyak menghabiskan waktu di kantor polisi." ujar Rima.
"Mbak, ada disana juga?" tanya Kinan.
"Iya, aku mau melihat sejauh mana kasus ini berjalan. Tapi yang pasti mereka akan dihukum seumur hidup." kata Rima.
"Mbak, boleh gak aku minta sesuatu?" tanya Kinan diluar pembicaraan.
"Memangnya apa? Sepertinya serius." Rima kembali menyesap tehnya.
Kebetulan, Rima datang sendiri. Karena suaminya diharuskan kembali ke sekolah sebab sedang adanya rapat.
"Tentang bang Sahil, apakah bang Sahil berencana balikan lagi sama Ana?" tanya Kinan hati-hati.
"Ya, jika Ana setuju. Mungkin aja iya." balas Rima.
"Tapi, bukannya itu gak baik ya? Bukan apa. Aku takut bang Sahil kenapa-napa. Mungkin aja ada keluarga keluarga Ana yang masih dendam pada bang Sahil. Ataupun anak-anak dari tersangka?" ujar Kinan.
Dia mencoba untuk mempengaruhi Rima.
"Begini, aku bisa menjamin tidak ada yang akan dendam ke Sahil. Dan aku sendiri masih berharap jika mereka kembali bersama. Karena aku juga mau Kayla dan Arkan kembali merasakan sosok ayahnya." ujar Rima.
Kinan pun memilih diam. Karena dia sadar percuma saja membicarakan hal ini dengan Rima. Sebab, terlihat sekali jika Rima mengharap Ana dan Sahil kembali bersama.
"Apakah, ada sesuatu yang mengganjal?" tanya Rima melihat perubahan di wajah Kinan.
Kinan menggeleng.
"Maaf, jika perkataanku menyingung kamu Kinan. Tapi kamu sendiri yang bilang, jika kamu ikhlas dalam hubungan ini. Memang ini semua berat, tapi disini kamu yang salah. Kamu yang memanfaatkan Sahil." ungkap Rima.
"Tapi kalian tidak boleh lupa, kalo aku juga yang menyelamatkan bang Sahil. Coba aja aku gak menolongnya." sanggah Kinan.
"Dan aku tidak melupakan hal itu Kinan. Maka dari itu aku tidak mengecam mu. Aku tidak menyalahkan mu." bela Rima.
"Tapi kalian semua seolah-olah mendukung bang Sahil untuk beristri dua. Padahal sudah jelas, Ana mundur dari pernikahan ini." lirih Kinan.
"Kinan, keputusan itu ada di tangan mereka berdua. Aku hanya berharap, tapi tidak memaksa sama sekali." peringat Rima dengan menahan emosi agar tidak meledak.
Kemudian sepeda motor Sahil terdengar. Dan Kinan langsung keluar menyambut suaminya dan mengatakan jika Rima ada disana.
Raut wajah Sahil yang masih terlihat kesal langsung berubah kala mendengar nama kakaknya. Kakak yang selalu sayang terhadapnya, semenjak dulu.
Rima memeluk Sahil, dia sangat bahagia kala mendengar ingatan Sahil kembali.
"Kamu masih hidup, tentang warisan yang ibu tinggalkan. Apa harus dibagi ulang, atau seperti wasiat ibu?" tanya Rima setelah sebelumnya mereka basa-basi.
"Apa? Bang Sahil dapat warisan? Jangan sampai Ana ikut merasakannya." batin Kinan yang ikut mendengarkan obrolan kakak adik itu.
"Seperti wasiat ibu saja. Karena jika membagi ulang, rasanya aku malu. Karena selama ini, aku pun tidak ikut andil sama sekali dalam merawatnya." lirih Sahil membuat Kinan mengumpat Sahil di hatinya.
ana yg tersakiti,Kinan yg menikmati
dan si Jefri dan firman perlu di ruqyah 😁😁