"Ayah, kenapa Ayah merahasiakan ini semua padaku Yah?" Tanya Alesha yang harus menelan pil pahit saat mengetahui kebenaran tentang dirinya, kebenaran bahwa Ia adalah anak hasil dari pemerkosaan yang di alami oleh ibunya.
"Nak, kamu anak Ayah, apapun yang terjadi, kamu tetap anak Ayah." Ucap Pak Damar dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.
"Tidak Yah, aku benci Ayah. Aku benci pada diriku sendiri yah." Ucap Alesha sembari memukuli tubuhnya sendiri.
"Jangan lakukan itu Nak, kamu Anak Ayah, sampai kapanpun kamu anak Ayah." Ucap Damar sembari memegangi tangan Alesha agar tak memukuli tubuhnya lagi.
Melihat anak yang begitu Ia sayangi seperti ini membuat hati Damar begitu hancur.
"Atau jangan jangan Ibu terkena gangguan jiwa karena aku Yah, karena Ibu hamil anak dari para bajing*n itu Yah." Tebaknya karena semua orang bilang Ibunya gila semenjak melahirkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma Banilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penangkapan
"Damar kamu yakin tidak mau pulang ke rumah saja?" Tanya Pak Adhi saat sudah sampai di depan kontrakan Damar dan memarkirkan mobilnya di teras.
"Yakin Pah, biarkan Damar disini dulu saja, Damar tau Papah memang sudah menerima Ajeng tapi Mamah. Damar takut Mamah belum bisa menerima Ajeng, Papah dengarkan apa kata dokter tadi, Ajeng tidak boleh banyak pikiran takutnya nanti menimbulkan stress dan mengganggu pertumbuhan janinnya, jadi biar kami tetap disini Pah" Ucap Damar
"Iya Nak Papah Paham, nanti Papah akan coba bicara sama Mamah, siapa tau dengan hadirnya seorang cucu bisa meluluhkan hati mamah." Ucap Pak Adhi.
"Tapi besok Papah harap kamu mau kembali bekerja di kantor ya Nak, perusahaan Papah sangat membutuhkan kamu Damar." Sambungnya.
"Baik Pah, tapi Damar juga tidak bisa meninggalkan pekerjaan Damar di Caffe Pah, apa Papah tidak keberatan kalau aku tetap bekerja di Caffe? Damar janji tidak akan mengabaikan pekerjaan di kantor Pah, InshaAllah Damar bisa membagi waktunya Pah." Ucap Damar yang memang tidak bisa meninggalkan pekerjaan di Caffe begitu saja. Terlebih sahabatnya kevin sudah mempercayakan Damar menjadi manager di sana.
Pak Adhi terdiam sejenak, mencerna apa yang di katakan oleh anaknya.
"Terserah kamu saja Nak, kamu bekerja dari rumah pun Papah tidak masalah, yang terpenting kamu mau ikut mengelola perusahaan, karena tanpa kamu perusahaan sangat kacau, Papah ini sudah Tua Damar, Papah tidak bisa berpikir terlalu banyak, yang ada nanti penyakit Papah kambuh kalau terlalu banyak pikiran." Ucap Pak Adhi
"Iya Pah, Maafin Damar ya Pah, Papah tenang saja, Mulai sekarang Damar akan bantu Papah mengelola perusahaan. Meski pun Damar akan jarang ke kantor tapi Damar tidak akan mengecewakan Papah." Ucap Damar mendekat ke arah Pak Adhi yang masih duduk di balik kemudi, sembari menggenggam tangan Papahnya.
" Terimakasih Nak." Ucap Pak Adhi mengusap tangan anaknya.
"Sama sama Pah." Ucap Damar kemudian melepas genggaman tangannya dan beralih menatap sang istri yang tertidur begitu pulasnya.
"Sayang Bangun, kita sudah sampai, kita turun Yuk." Ucap Damar berusaha membangunkan Ajeng, namun Ajeng tetap terlelap dalam tidurnya.
Puk puk puk
Damar menepuk pelan pipi Ajeng, namun Ajeng tetap memejamkan matanya.
"Sepertinya istri kamu kecapean Damar, kamu angkat saja lalu tidurkan di kamar." Ucap Pak Adhi.
"Baik Pah." Damar pun membopong tubuh Ajeng, Pak Adhi segera turun dari mobil lalu bersiap di depan pintu mobil untuk membantu Damar keluar dari mobil.
"Nak Papah langsung pulang ya, sudah hampir malam, Mamah pasti nyariin." Pamit Pak Adhi.
"Iya Pah, sekali lagi terimakasih ya Pah." Ucap Damar.
"Sama sama sayang, kamu tidak perlu sungkan sama Papah, kalau butuh apa apa langsung bilang sama Papah, selagi Papah bisa pasti akan Papah berikan." Ucap Pak Adhi menepuk bahu Damar.
"Baik Pah." Sahut Damar
Pak Adhi pun masuk kembali ke dalam mobil dan segera tancap gas untuk pulang ke rumahnya. Damar terus memperhatikan mobil Papahnya yang sudah semakin jauh. Setelahnya dia langsung masuk kerumah dan segera merebahkan Ajeng ke atas tempat tidur.
***
Sementara di kediaman Kayla, Dua mobil polisi parkir di depan rumahnya, Turun dari salah satu mobil itu, Riko segera berjalan ke teras rumah di ikuti oleh dua Polwan yang siap meringkus Kayla, sementara anggota lainnya mengamati keadaan sekitar, untuk berjaga jika tersangka berusaha melarikan diri. Berdiri di depan pintu lalu Riko mengetuk pintu tersebut.
Tok... Tok... Tok
Terdengar ketukan pintu dari luar rumah, Kayla yang tengah makan malam bersama dengan keluarganya segera bangun untuk membuka pintu.
Dan betapa terkejutnya Kayla saat membuka pintu menampilkan Riko dengan seragam polisi beserta Dua Polwan berdiri di belakangnya. Kayla panik dan hampir saja melarikan diri.
"Eitsss Mau kemana kamu Kayla, rumah kamu sudah di kepung." Ucap Riko menahan pintu yang hendak di tutup kembali oleh Kayla.
"Ri..riko, tapi ke..kenapa ka..kamu kesini? A..ada Apa Ya?" Tanya Kayla panik dan gugup.
"Aku dulu berencana kesini untuk melamar kamu Kayla, tapi sayangnya kamu membuat aku kecewa, hingga aku diharuskan datang kesini dengan membawa surat penangkapan untuk kamu." Ucap Riko sembari memberikan map berisi surat penangkapan untuk Kayla.
"A.. apa? Ta..tapi ke..kenapa ka..kamu menangkap A..aku? A..pa salahku" Tanya Kayla semakin gugup
"Kamu terbukti menyuruh orang untuk melakukan pelecehan seksual pada Ajeng. Aku tidak pernah menyangka Kayla, kamu bisa berbuat sejauh itu hanya untuk mendapatkan seorang Damar, Apa yang kamu pikirkan Kayla, hingga kamu berbuat jahat seperti itu, apa kamu tidak kasihan pada orang tua mu." Ucap Riko yang meluapkan kekecewaan nya di depan Kayla.
"Tidak, itu tidak benar, itu fitnah Riko." Elak Kayla.
"Fitnah kamu bilang, Bahkan aku sudah memiliki begitu banyak bukti Kayla, dan kamu masih bilang ini cuma fitnah, kamu sudah tidak bisa mengelak lagi Kayla." Tegas Riko.
"Tangkap dia." Titah Riko pada dua polwan yang salah satunya membawa borgol.
"Siap." Sahut polisi itu segera menangkap Kayla lalu memborgol tangannya.
"Hei, aku tidak bersalah Riko, aku benar benar tidak bersalah, kenapa kamu tega tangkap aku Riko." Teriak Kayla.
"Sudah Kayla, kamu sudah melakukan kejahatan itu artinya kamu harus siap dengan konsekuensinya." Ucap Riko
Mendengar keributan dari luar, orang tua Kayla pun segera keluar untuk melihat ada keributan apa di luar. Namun kedua orang tua Kayla justru di buat terkejut saat melihat Kayla sudah di ringkus oleh dua polwan.
"Loh, apa apaan ini, kenapa anak saya di tangkap? Apa salah anak saya?" Tanya Pak Heri yang merupakan Ayah Kayla.
"Nak Riko, kenapa Kayla di tangkap Nak?" Tanya Bu Reva yang merupakan ibu dari Kayla dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.
"Maaf Bu, Pak, Kayla sudah melakukan tindak kejahatan, dia menyuruh orang untuk melakukan pelecehan seksual pada seorang wanita." Ucap Riko yang nampak begitu sopan, pasalnya dia memang sudah dekat dengan keluarga Kayla ini.
"Kayla, apa itu benar Nak?" Bentak Pak Heri.
Kayla menundukan kepalanya sembari terus terisak, membuat Pak Heri geram.
"Jawab Kayla." Bentaknya lagi lebih keras, hingga membuat kayla terlonjak.
"Maafin Kayla Pah." Ucap Kayla.
"Astagfirullah Kayla, Apa yang kamu pikirkan sampai berbuat seperti itu, kamu selalu saja membuat Papah malu." Ucap Pak Heri.
Kayla hanya terdiam, sementara airmata mamahnya sudah membanjiri pipinya.
"Kayla apa yang sudah kamu lakukan, kamu seorang wanita Kayla, kenapa kamu tega menyakiti wanita Kay, kalau semua itu terjadi pada kamu bagaimana Kayla, kamu bukan hanya menyakiti wanita itu, tapi kamu juga menghancurkan hidupnya. Mamah sangat kecewa sama kamu Kay." Ucap Bu Reva yang segera berlari masuk ke dalam rumah.
"Mamah tunggu." Ucap Kayla hendak mengajar Mamahnya namun tangannya masih di pegang oleh dua polwan.
"Pah, tolong Kayla Pah, Kayla ngga mau di penjara Pah, tolong bebaskan Kayla Pah." Mohon Kayla namun Pak Heri tetap terdiam.
"Maaf Pak, kami harus segera membawa Kayla ke kantor. Permisi." Ucap Riko yang berjalan terlebih dahulu meninggalkan Pak Heri yang masih diam terpaku.
"Pah.. Pah,. Tolong Kayla Pah, Pah..Papah." Teriak Kayla saat dua polwan itu mendorongnya untuk berjalan di belakang Riko.
Suara sirine dari mobil polisi pun terdengar begitu nyaring, hingga mengundang para tetangga keluar rumah dan saling berkerumun untuk melihat apa yang terjadi.
Pak Heri menatap kecewa ke arah Kayla yang kini sudah di bawa masuk ke mobil polisi. Kayla pun menatap ke arah Papahnya seakan memohon agar papahnya mau membebaskannya.
"Maafin Kayla Pah." Batin Kayla dengan airmata yang terus luruh di pipinya.
Bisik bisik tetangga pun mulai terdengar, Pak Heri begitu malu, anak yang selalu di manjanya benar benar sudah mencoreng nama baiknya.
Dua mobil polisi pun melaju beriringan dengan suara sirine yang terus terdengar sepanjang jalan.
Kayla menatap lurus ke arah jendela, menatap semua tetangga yang terus memperhatikannya yang mungkin di sertai ucapan ucapan yang merendahkan dirinya.
"Awas kamu Ajeng, aku akan membalas semuanya, tunggu saja pembalasan dariku Ajeng." Batin Kayla yang bukannya mengintropeksi diri, malah menyimpan dendam yang cukup dalam di hatinya untuk Ajeng.