Usai Sebelum Dimulai
“Hai, namaku Aisyah Halwatuzahra. Ini kisahku dengan Fazwan Dzuhairi Ji-hyeon. Kisah yang bahkan harus berakhir sebelum Kami sempat memulainya ...”
“... HAHA EGO! EGO memang perusak segalanya! Kami sudah saling mengenal sejak lama, karena Ibu Kami bersahabat dari sebelum sama-sama saling menikah, hingga akhirnya Kami bersahabat ...”
“... Kami sempat berpisah karena Ji-hyeon harus bersekolah di kampung halamannya. Ji-hyeon kembali saat Kita berumur 15 tahun ...”
“Kami mulai sering bertemu pada saat umur Kami yang ke 19 tahun, namun pertemuan itu terasa hambar, tidak seperti dulu lagi, karena Kami hanya bisa saling menatap satu sama lain, tanpa adanya komunikasi di dalamnya ...”
“ Hingga saat umur Kami 24 tahun, Kami kembali harus berpisah, karena Ji-hyeon bekerja di Kalimantan yang jauh dari tempatku saat ini ...”
“... Aku ingin suatu saat Dia tahu, jika aku pernah mencintainya dengan tulus, hingga akhirnya aku memutuskan untuk berhenti mencintainya lagi.” ucap Aisyah tersenyum dengan berlinang airmata.
Aisyah mulai mengabadikan kisahnya menjadi sebuah aksara indah yang hanya bisa ia kenang suatu saat nanti di buku diary miliknya.
“Layaknya matahari dan bulan yang saling bertemu disaat pergantian petang dan malam, namun tidak pernah saling berdampingan indah di langit angkasa, seperti itulah kita, dekat, saling mengenal, tapi tidak pernah ditakdirkan untuk bersama.”
“Aku akan selalu mencintaimu layaknya bulan yang selalu menemani bintang di langit malam. Diantara ribuan bintang di langit malam, mungkin aku tidak akan pernah terlihat olehmu, karena terhalau oleh gemerlapnya cahaya bintang yang indah nan memikat hati itu.”
“Aku memiliki seorang kekasih saat ini, dia sangat baik padaku, dan kita berencana akan menikah, tetapi mengapa hatiku terasa pilu mendengar kabar kepergianmu lagi.”
“Bertahun-tahun lamanya aku menunggu kedatanganmu, namun hubungan kita yang dulu sedekat bulan dan bintang di langit malam, justru menjadi se-asing bulan dan matahari.”
“Kisah kita bahkan harus usai, sebelum sempat dimulai, hanya karena jarak yang memisahkan kita selama ini.”
“Aku mencintai kekasihku, tetapi mengapa memori ingatanku kembali memutar kisah lama kita yang sempat sedekat bulan dan bintang di langit malam itu.”
“Apakah itu pertanda jika sebenarnya aku masih mencintaimu duhai Tuanku? Jika memang benar seperti itu, ku harap takdir menghapusnya, agar aku tidak merasa jika aku sudah menyakiti hati kekasihku lagi.”
“Ingatkah engkau Tuan? Aku adalah Istri semasa kecilmu yang bodohnya berharap menjadi Istrimu ketika Kita dewasa nanti.”
“Janjimu yang tidak ingin mengakhiri kisah Kita masih tersimpan rapih di dalam memori ingatanku.”
“Aku sudah berusaha untuk menghapusnya, tetapi ternyata ingatan itu ternyata punya tempat tersendiri yang aku sendiri pun merasa kesulitan untuk menghapusnya.”
“Aku tidak tahu apa yang takdir inginkan padaku, padamu, dan pada kekasihku saat ini. Aku harap ada titik terang di dalamnya, agar aku tidak perlu lagi berjuang untuk menghapuskan memori ingatan itu.”
“Tuan, mungkin ribuan aksara indah juga tidak mampu untuk membendungnya, karena saking indahnya dirimu bagiku.”
“Kita sudah lama berpisah karena takdir memisahkan Kita, tetapi ingatan tentangmu terlalu kuat untuk aku musnahkan Tuan.”
“Tuan, tenang saja, aku tidak akan mengganggumu, biarkan aku berkelahi dengan diriku sendiri terkait hati dan memori ingatanku yang terkadang menyebut namamu itu Tuan.”
“Jika boleh jujur, selama ini aku mencintaimu Tuan, aku sangat mencintaimu, hingga Kamu pergi meninggalkanku pun aku selalu mendoakanmu agar jarak berbaik hati untuk mengembalikanmu lagi.”
“Jarak memang mendekatkan Kita Tuan, tapi nyatanya jarak itu juga berhasil membuat hubungan Kita menjadi se-asing ini.”
“Lagi dan lagi aku mendoakanmu, agar takdir membuat asing Kita ini menjadi dekat, namun ternyata asing Kita terlalu kuat untuk bisa menjadi dekat, hingga akhirnya jarak memisahkan Kita lagi.”
“Saat ini, aku sudah tidak berharap apapun lagi Tuan, berbahagialah dengan duniamu sendiri, dan lupakanlah aku, biarkan aku sendiri di sini.”
“Aku tidak akan meninggalkan kekasihku untuk alasan apapun itu Tuan, walaupun sesekali hati dan memoriku terasa pilu mengingat semua tentang Kita.”
“Katanya “cinta yang paling tulus adalah doa”, sekarang bagaimana Tuan? Aku mendoakan pasanganku saat ini, agar modal nikah Kami cepat terkumpul, dan juga mendoakanmu, tetapi kali ini bukan untuk bersama lagi Tuan, melainkan untuk dihapuskan segala tentangmu itu Tuan.”
“Maaf Tuan, jika aku lancang mencintai dan mendoakanmu selama ini, berbahagialah Tuan, aku sudah mengikhlaskan segala tentangmu.”
“Semoga di manapun Kamu berada, Kamu tidak pernah melupakanku, jika bukan sebagai seseorang yang paling dekat denganmu, ingatlah aku sebagai seseorang yang pernah mengenalmu, dan temanmu, teman yang hanya kenal nama saja, tanpa adanya rasa sedikitpun diantara Kita.”
“Selamat tinggal Tuan, jika suatu saat nanti Kita bertemu kembali dengan pasangan Kita masing-masing, aku harap Kamu masih mengingat siapa namaku.”
“Aku ikhlas Tuan, Tuan berhak bahagia, begitupun denganku. Aku bahagia bersama dengan pasanganku saat ini, jangan lagi hadir di dalam kehidupanku ya Tuan.”
“Aku harap kali ini takdir berpihak padaku. Aku harap kali ini takdir benar-benar mau membantuku untuk menghapuskan segala macam tentangmu.”
“Maaf jika gadis penuh dengan luka ini pernah merepotkan hari-harimu, aku pamit, sampai jumpa di titik terbaik menurut takdir yaitu perpisahan.”
“Saat ini aku hanya ingin fokus dengan kekasihku saja, aku akan berusaha lebih keras lagi untuk menghapuskan segala macam tentangmu itu Tuan.”
“Aku tahu, kalau aku itu banyak kurangnya, semoga pasanganku nantinya bisa menerima segala macam kekurangan yang ada di dalam diriku.”
“Congrats atas dunia barunya tanpaku ya Tuan, satu lagi boleh? Aku cuma mau bilang “aku pernah mencintaimu setulus itu, hingga aku selalu mendoakan hubungan Kita kembali seperti semula” hanya itu saja Tuan.”
“Selamat tinggal untuk kisah Kita yang usai bahkan sebelum sempat untuk dimulai.”
“Hm.. Manis sekali, tapi pahit! Ji-hyeon, semoga suatu saat Kamu bisa menemukan, dan membaca ceritaku ini. Hanya ini yang dapat aku berikan untukmu, karena aku tak mampu mengutarakan rasaku ini secara langsung padamu ...”
“... jadi aku memilih untuk mengabadikan namamu di dalam aksara, walaupun akan dibaca semua orang, tapi ku rasa itu jauh lebih baik, setidaknya aku sudah mengutarakan perasaanku padamu, dan untuk kekasihku saat ini, maafkan aku ...”
“... Semoga kisah indah Kita akan abadi, sama seperti aksara indah yang aku tuliskan untukmu ini. Tetaplah bersamaku, aku mencintaimu ...”
“... walaupun terkadang aku masih mengingat beberapa momen masa laluku dengan Ji-hyeon, tetapi itu tidak akan merubah apapun pada kisah indah Kita, karena pada akhirnya aku akan tetap memilihmu sebagai Pria yang akan menemaniku seumur hidupku.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Feyza
aku heran covernya org indo tp tokohnya namanya ke koreaan
2024-11-17
1
Vinaaa 👸
sejak kapan Nini jadi puitis sekali 🙄😂
2024-11-17
1
Setia R
wauuu indah!
2024-11-20
1