NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikahi Pewaris Playboy

Terpaksa Menikahi Pewaris Playboy

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Identitas Tersembunyi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Tina Mehna 2

Sebuah pernikahan dari kedua konglomerat terpengaruh di negara Willow. Keluarga Edvane yang menjadi keluarga terkaya kedua di negara itu, mempunyai seorang putri pertama yang bernama Rachel Edvane. Dia gadis sederhana, suka menyembunyikan identitasnya agar bisa berbaur dengan masyarakat kalangan bawah, Cantik, Mandiri, dan seorang atlet beladiri professional namun karena masa lalu yang buruk, dia tidak pernah mempercayai pria lain lagi samapi dia dipaksa oleh ayah nya (Rommy Edvane) untuk menikah dengan Putra pertama keluarga Asher yang dimana keluarga paling kaya dan paling terpengaruh di negara Willow. Namanya Ayres Asher, di depan keluarganya Ayres seorang anak yang sangat berbakti, baik hati serta sangat tampan. Namun nyatanya, diluar itu dia adalah pria nakal, playboy dan suka foya-foya dan gila perempuan, Rachel yang mengetahui sifat Ayres tidak tinggal diam. Rachel memutuskan untuk tetap menikah namun diam-diam memberi syarat-syarat tertentu pada pernikahan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 13. POV Ayres. TMPP

“Eh, mark. Jangan begini. Tenang lah! Tenang..” Sorot mata Mark membuatku juga tersulut emosi.

Aku melepaskan tanganku pada pinggang Zoe lalu ku melangkah dekati Mark dengan menarik krah bajunya.

“Apa urusan mu hah!” Ku tatap dia penuh dengan amarah.

“Kalau kau seperti ini terus, sebaiknya kamu batalkan saja pernikahan ini. Rachel butuh pasangan yang tepat untuknya.” Jawab nya melepaskan cengkraman tanganku di krah lehernya.

“Apa maksudmu aku tidak tepat hah!”

Bugg!

Ku pukul pelipisnya dengan keras hingga dia terpental duduk ke sofa.

“Sudahlah, Ayres sudah..” Sandy menghalangi ku dengan tubuhnya.

“Mark, sudah. Kau jangan bicara lagi” ucap Arion menghalangi Mark dan menasehatinya.

“Haha, haha. Kau bisa memukulku seperti ini maka besok kau akan dipukul oleh Rachel. Haha.. Rachel gadis yang sangat baik kenapa bisa dia dinikahkan denganmu. Haha” dia tersenyum dengan aneh padaku.

“Apa kau mengenal putri keluarga Edvane?” tanya Arion di depan wajah Mark persis.

“Hehh tentu saja. Kalian sangat tidak cocok, dia sangat benci dengan pria seperti mu Ayres! Kalian tidak akan pernah bahagia. Lebih baik kalian jangan Bersatu.”

“Dasar Gila! Apa masalahmu hah! Kau sama sekali tidak berhak mengatur hidupku. Kau! Jangan pernah merusak semua rencana keluarga ku!”

Bughh!

Bughh!

Buggh!

Kami saling memukul dan dipisahkan oleh Arion dan Sandy. Arion membawa Mark keluar dari ruangan ini.

“Tuan, biarkan aku obati luka anda.” Ku dengar Zoe berkata seperti itu.

“Ayres! Tenanglah. Aduh, kenapa Mark melakukan itu saat pertama kali kita berkumpul kembali.”

Aku bisa menyimpulkan kenapa Mark tiba-tiba begitu. Dia menyukai wanita itu. Ya tidak salah lagi. Kalau tidak, Kenapa dia bersikeras dan menggebu-gebu seperti itu?

“Tuan? tenanglah. Mungkin tuan Mark memang tidak sedang mood hari ini. Percayalah tuan, Pastinya tuan Mark tidak akan memarahi anda begitu saja tuan mengingat anda sekalian adalah 4 sekawan. Jadi, tenang lah tuan.”

Mood bagus ku telah dirusak oleh teman ku sendiri, ku putuskan untuk pergi dari sini. Ku tepis tangan Zoe dariku lalu aku berdiri dan pergi dari ruangan itu.

“Tuan, anda mau kemana? Tuan…” Zoe terus melarang ku pergi.

“Lepas!”

“Ayres!” ku dengar Sandy memanggilku juga.

Aku keluar dari Bar itu, Ku kendarai mobilku menuju rumahku. Sesampainya ku di rumah, Semua pelayan menatap ku bingung namun beberapa detik kemudian mereka berisik dan mulai khawatir mengikuti ku.

“Tuan Muda. Ada ada, apa dengan tuan muda.” Ucap panik Samantha, pelayan rumah tangga.

Dia menghampiriku dan yang lainnya pun juga ikut di belakangnya.

“Tak apa..” Jawabku singkat.

“Tapi kenapa wajah tuan muda babak belur begini, Tuan mari saya obati.” Ajak Samantha lagi.

“Tuan muda, bisa saya yang obati.” Tiba-tiba Sony, kepala semua pelayan menghampiriku juga.

“Tidak usah, mana Ryan?”

“Ryan sekarang ada di paviliun timur tuan. Tuan, sebaiknya luka anda harus segera di obati.”

“Bawakan obatnya saja ke kamar ku. Biar ku oles sendiri obatnya.” Jawabku serius.

Seketika semua pelayan diam dan menunduk. “Baik tuan muda.”

Aku pun berjalan menuju kamarku, Ku lepaskan kemeja ku dan ku hempaskan tubuhku di kursi sofa.

Ku masih terbayang wajah Mark tadi. Ini adalah pertama kalinya dia marah. Dia juga pertama kalinya marah padaku. Tapi apakah benar kalau Mark menyukai wanita itu? Kalau dia memang menyukainya kenapa dia tidak coba mengatakannya dari dulu? Jika dia menyukai nya seharusnya dia segera mengatakannya. Lalu apa yang dia bilang tadi? Wanita itu tidak akan suka dengan ku? Bagaimana mungkin? Wanita mana yang tak menyukai ku? aku tak bisa mengubah apapun. Jika akhirnya wanita itu jatuh cinta dengan ku, aku juga tak bisa melakukan apapun.

Sedang ku berfikir, tiba-tiba saja pintu kamar ku terbuka.

“Ayres… Sayang. Nak..”

Ku menoleh kearah pintu dan ternyata itu mama. “Ma?”

“Kamu ini kenapa? Kenapa wajah tampan putra mama jadi babak belur seperti ini? Kemari biar mama yang obati.”

Aku menghadap kedepannya. Mama pun mulai mengobati ku hingga selesai,

“Kamu habis berkelahi?”

“Tidak ma, tadi hanya salah paham saja.”

“Ayres, memangnya malam begini kamu kemana sih?”

“Ketemu temen aja ma,” Jawab ku kalem.

“Hmm, kamu ini. Cepat selesaikan salah paham kamu sama teman kamu itu, tak baik kalau teman bermusuhan. Jangan coba-coba cari musuh Ayres. Ingat apa yang selalu kakek kamu katakan. Sudah selesai. 2 hari juga ilang bekasnya. Istirahat jangan berkeliaran lagi loh.”

“Iya ma, makasih ya ma.”

“iya sayang,”

**

Keesokan harinya,

Tuttt tuutt tutt..

Ku meraba-raba meja kecil samping ranjang ku, setelah ku yakin itu jam weker, aku tekan tombol itu. namun bukannya alarm itu mati, ku masih mendengar suara alarm itu. Di saat yang sama, pintu kamar ku di ketuk oleh seseorang.

“Oh, bukan jam. Emmghh, merepotkan saja.”

Aku membuka sedikit mataku dan mulai meraba lebih jauh lagi meja samping ranjang ku.

“Hem, halo..”

“Tuan, tuan muda? Anda sudah bangun? Tuan, buka lah pintu nya tuan.”

Ku lihat nama yang menelpon ku rupanya Ryan lah yang menelpon ku, disaat yang sama, gagang pintu kamarku di gerakan seseorang dari luar. Karena itu, aku pun membuang ponselku lalu dengan malas ku berdiri dan membukakan pintunya.

“Tuan, ada berita.. Tuan muda, wajah anda kenapa?”

“Hmm, jangan bertanya apapun. Ada apa? Hari ini kan bukan jadwalku, katakan? Ada apa?” Ku berbalik dan berjalan ke sofa.

Dia mengikuti dan tak lupa menutup pintu nya lagi. “Tuan muda, maaf menggangu tuan. Tapi karena ini bagian dari tugas yang anda berikan pada saya. Jadi saya terpaksa menggangu tuan. Ada hal yang terjadi tuan di rumah keluarga Edvane. Kata pelayan rumah sana, Tuan besar Edvane tiba-tiba sakit dan tak sadarkan diri tuan.” Jelasnya.

“Hmm? Benarkah? Lalu? Ada apa lagi?”

“Laporan nya seperti itu saja tuan, katanya mereka juga sedang memanggil dokter ke kediaman nya.”

“Hmm bagus lah. Awasi saja terus. Sudah kan? Keluar lah, ku ingin melanjutkan mimpi ku menjadi raja langit.”

“Tuan, maafkan saya. Sepertinya tuan tidak bisa melanjutkan mimpi indah anda sekarang. Anda juga sudah di tunggu oleh tuan dan nyonya besar di ruang tamu. Selain itu, anda juga kedatangan tamu tuan. Sahabat anda, Tuan muda Harrison kemari bersama kedua orang tua nya.”

“Hah? Maksud mu Mark?”

“Benar tuan, Lebih baik anda membersihkan diri lalu anda segera turun menemui mereka.”

“Aahhh, huhh. Oke oke. Kamu keluar saja dulu. Oke, aku akan mandi lebih dulu saja.”

“Baik tuan muda,”

Aku pun berdiri dan lekas masuk kedalam kamar mandi.

Setelah beberapa lama, Ku siap dan turun ke bawah. Dari atas, ku sudah melihat orang-orang yang tadi di sebutkan oleh Ryan. Ketika ku turun, mereka pun melihat ke arahku.

Dalam sekejap, Mata ku dan Mark saling menatap. Kali ini, dia menatap dengan datar. Sepertinya, dia kesini karena dipaksa oleh kedua orang tuanya. Aku alihkan pandangan ku kepada orang tua nya yaitu tuan dan nyonya Harrison. Aku tersenyum tampan walaupun wajahku masih belum pulih. Aku hendak menyalami mereka, namun mereka tampak khawatir dan malah meminta maaf padaku.

“Tuan muda, Saya sangat sedih kalau wajah tampan anda di lukai oleh Mark. Tuan, tuan muda atas nama Mark, saya mohon maaf pada tuan. Tuan, saya berharap kejadian ini tidak akan membuat persahabatan anda dan Mark menjadi renggang. Kami akan berganti rugi.”

“Tuan muda, kami mohon kerendahan hati tuan muda agar menerima maaf kami. Mark, minta maaf ke tuan muda. Kamu ini.." Lanjut nyonya Harrison juga memegang tanganku dan melirik anaknya itu.

“Tidak tuan dan nyonya Harrison, kenapa anda berkata seperti itu. Jangan buat aku jadi tidak enak hati. Aku tau kejadian antara aku dan Mark hanya lah salah paham belaka tuan, nyonya. Aku paham dengan apa yang dirasakan Mark. Aku sudah memaafkan nya dan ku harap Mark juga memaafkan ku sekaligus menerima semua hal yang sudah terjadi sekaligus yang akan terjadi.”

“Terima kasih tuan muda, tentu saja Mark akan menerima semua itu tuan. Mark, kamu sedang apa? Minta maaf juga.” desak nyonya Harrison lagi pada anaknya itu.

Ku lirik Mark yang sepertinya enggan meminta melakukannya. Sebagai teman, ku jadi kasihan melihat wajah yang nampak polos itu. Karena ada papa dan mama, aku terpaksa bersalaman dengannya sekaligus memeluknya.

“Nah, sudah selesai masalah nya.Tuan dan nyonya, Kalian jangan khawatir lagi,” Ucap papa menanggapi.

“Ya tuan. Saya cukup tenang kalau tuan muda sudah memaafkan Mark.”

“Ya tentu saja. Kalau begitu sudah beres bukan? Nah, mari sekarang kita sekalian saja makan siang.” ajak papa pada mereka lalu kami pun makan siang bersama.

Mark masih melihat ku dengan datar. Aku beberapa kali meliriknya, dia pun juga membalas lirikan ku. Kami saling melirik hingga selesai makan. Pada hidangan penutup, tiba-tiba saja ada bunyi telpon. Sony pun langsung mengangkat nya.

“Permisi tuan, ada telpon dari tuan Edvane.” Ucap Sony yang membisikkan hal penting di telinga papa, aku yang berada di sebelah nya pun otomatis mendengarnya.

“Baiklah,” Papa langsung berdiri dan mendekati telpon itu.

Aku agak penasaran dengan hal itu, ku coba condongkan telingaku kearah telpon itu namun malah dianggap aneh oleh mama.

“Ayres, makan dulu selesaikan.”

“Oke ma,”

“APA? Diterima?” tiba-tiba papa berteriak hingga aku yang sedang memakan pudding pun meleset ke hidung.

“Ada apa pa?” tanya mama.

“Ini tissue nya tuan muda.” Ku diambilkan tissue oleh nyonya Harrison.

“Terima kasih nyonya,” Aku pun langsung mengelap pudding yang mengenai hidung ku.

“Ayres! Selamat nak!” tiba-tiba saja papa mendekati ku dan memelukku.

“Apa pa?” tanya ku.

“Papa ucapkan selamat untuk kamu. Lamaran keluarga kita untuk Nona Edvane diterima oleh nya.”

Aku terkejut dengan hal itu. Apa itu berarti wanita itu telah jatuh cinta dengan ku? Ku lirik sedikit Mark yang nampak lebih terkejut dan panik.

"Tidak mungkin," ku mendengar suara Mark yang lirih.

Aku jadi sedikit penasaran, kenapa Mark sampai sebegitu nya dengan wanita itu.

“Astaga, selamat tuan, selamat nyonya… Selamat juga Tuan muda.” Ucapan selamat diucapkan oleh kedua orang tua Mark.

“Terima kasih tuan nyonya.”

Setelah hal itu, katanya orang tua wanita itu akan kemari. Maka dari itu, aku langsung tak di perbolehkan keluar oleh papa dan mama. Di saat yang sama, Mark dan orang tua nya pamit untuk pulang.

“Terima kasih atas jamuan nya tuan, nyonya, tuan muda. Kami sekali lagi berterimakasih, kami pamit dulu.”

“Ya sama-sama tuan Harrison. Hati-hati dan sampai jumpa lagi.”

Bersambung … 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!