Elora percaya bahwa cinta adalah segalanya, dan ia telah memberikan hatinya sepenuhnya kepada Nolan, pria penuh pesona yang telah memenangkan hatinya dengan kehangatan dan perhatian. Hidup mereka terasa sempurna, hingga suatu hari, Nolan memperkenalkan seorang teman lamanya, kepada Elora. Dari pertemuan itu, segalanya mulai berubah.
Ada sesuatu yang berbeda dalam cara mereka bersikap. Perhatian yang terlalu berlebihan, dan senyuman yang terasa ganjil. Perlahan, Elora mulai mempertanyakan kebenaran hubungan mereka.
Apakah cinta Nolan kepadanya tulus, atau ada rahasia yang ia sembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose Skyler, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Mantan
Akhir pekan, Nolan mengajak kekasihnya untuk bersantai sejenak dari semua rutinitas yang melelahkan. Dia membawa El pergi ke pantai.
Elora berlarian menyusuri sepanjang pantai dengan bertelanjang kaki. Suasana pantai yang masih sepi terasa asri dan damai. Dia merentangkan tangannya, merasakan angin yang menerpa wajahnya dengan lembut.
Nolan berjalan mendekat lalu memeluknya dari belakang. Dia membenamkan wajahnya di ceruk leher Elora, menghirup aroma wangi yang membuatnya nyaman.
"Geli tau.." Elora lantas melonggarkan pelukan kekasihnya dan berbalik.
Nolan hanya tertawa pelan, "benarkah?" Nolan kembali menggodanya, dengan menciumi leher jenjangnya. Yang membuat El tertawa karena merasa geli.
"Kak udah," pekik nya, namun Nolan masih terus menggodanya.
Nolan menahan tangan El yang berusaha mendorongnya menjauh. Dia menghentikan candanya dan menatapnya dalam. Nolan semakin mendekat, perlahan dia menempelkan bibirnya, mengecupnya perlahan dengan lembut.
Elora meremas kemeja Nolan, saat dia menciumnya semakin dalam.
"Hai.." suara teriakan dari kejauhan, membuat adegan itu sontak terhenti.
Elora perlahan mundur dan mencari keberadaan orang yang baru saja berteriak. Dia terkejut melihat dua insan yang berlari ke arahnya. Mereka adalah Alden dan Celine
"Hai El.. liburan gak ngajak-ngajak," gerutunya, sambil berjalan mendekat
El hanya tersenyum miring, dia tengah berkencan dengan kekasihnya, bagaimana mungkin mengajak orang lain.
"Kalian sedang main apa, sepertinya seru banget,?" lanjut Celine yang terlihat penasaran
"Nggak ada kok,"
"Bagaimana kalau kita gabung sama mereka?" Celine menunjuk ada beberapa orang yang tengah bermain voli pantai di kejauhan.
Sejenak Elora tertegun, dia nggak suka olahraga. Apalagi bermain voli, tentu saja sangat payah. "Emm, kayaknya nggak deh, aku nggak bisa main voli,"
"Apa yang nggak bisa, mudah banget, ayo coba dulu kamu pasti bisa!" ajak Celine, dia lantas menarik lengan Elora memaksanya ke tempat Voli
Mereka bermain berpasangan, Alden dan Celine sementara Elora dengan Nolan.
Ternyata pasangan Alden dan Celine sangat unggul, keduanya bisa bermain. Sementara El, dia sama sekali tidak bisa memukul bola. Bahkan berkali-kali dia terjatuh saat ingin memukul bola.
Bugh..
Elora terjatuh, kepalanya terkena hantaman bola yang dipukul Celine dengan begitu keras.
"El.." teriak Nolan, langsung merangkul kekasihnya. "Kamu nggak apa-apa kan?"
"Kepalaku sakit kak,"
Celine juga tergopoh-gopoh dan langsung mendekat, "maaf ya El, aku nggak sengaja. Kamu nggak apa-apa kan,?" Elora hanya menggeleng singkat, lalu meminta Nolan untuk membawanya kembali ke penginapan
"Keterlaluan.!" ucap Alden
"Apa maksudmu?"
"Jangan pura-pura! Kamu tahu dia tidak akan bisa menghindar, dengan sengaja kau mengarahkan bola itu padanya,"
"Jangan sembarangan bicara Al!" Alden tidak menghiraukannya, ia beranjak pergi meninggalkan Celine sendiri.
Setelah kejadian siang itu, El sudah tidak bersemangat lagi untuk bersenang-senang. Dia memilih berdiam diri di kamar.
Saat malam tiba, akhirnya Elora bangkit dari ranjangnya, karena Nolan tidak kunjung kembali. Dia langsung menuju ke kamarnya, namun setelah mengetuk beberapa kali tetap tidak ada jawaban.
"Kak Nolan kemana ya.?" gumamnya pelan, melanjutkan mencarinya ke sekeliling penginapan.
"Astaga!" El memekik, ia terkejut saat seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya, Dia menoleh, dan tidak lain yang mengagetkannya, Alden.
"Pak Al kebiasaan banget ngagetin orang," ujar El menggerutu
"Kenapa keluar malam-malam?"
"Nyari kak Nolan, dari tadi dia belum balik. Kemana ya, Pak Al lihat nggak?" Alden hanya menggeleng. Jadi, El lanjut mencari di luar penginapan, bersama Alden yang mengikutinya
Sementara itu, di atas bukit yang sepi, dengan pemandangan laut malam yang luas. Nolan menatap Celine dengan kesal.
"Kau sangat keterlaluan! Kenapa kau tega melakukan itu pada Elora, dia tidak pernah mengusikmu atau menyakitimu,"
"Apa maksudmu Nolan?" katanya merasa tidak bersalah
"Kau sengaja kan, memukul bola itu kearah El?"
"Jangan menuduhku, dalam permainan semua bisa terjadi. Dan aku juga tidak sengaja melakukannya,"
"Jangan mengelak! Aku sangat mengenalmu,"
"Iya, kau sangat mengenalku. Jadi, seharusnya kau tahu apa yang ku inginkan. Aku hanya ingin kita kembali seperti dulu. Aku masih sangat menyukaimu Nolan," ucapnya dengan tatapan sendu
Nolan langsung terdiam, hatinya mulai goyah melihat mantan kekasihnya memohon seperti itu. Celine berjalan mendekat, dan perlahan tangannya melingkari tubuh Nolan dengan erat.
"Aku sangat merindukanmu, dan aku tahu, sebenarnya kau juga merasakan hal yang sama bukan?"
Nolan melepaskan pelukan Celine, "aku sudah memiliki seseorang yang ku sayang, jadi sebaiknya kau berhenti." ucapnya tegas, berharap dia akan menyerah
Celine tersenyum miring, "bukankah kalian sudah setahun berpacaran, tapi apa kau ingat, enam bulan lalu saat kau ke US, kau menemaniku malam itu. Jadi bisa dibilang, kau sudah mengkhianatinya bukan.." Nolan langsung terdiam tidak bisa berkata-kata
"Nolan, kenapa kau tidak mengaku kalau kau masih menyukaiku, kita bisa kembali bersama, seperti dulu" rayunya sambil memeluk Nolan dari belakang
"Tidak, aku sangat menyukainya, aku tidak bisa meninggalkannya!" Nolan tidak ingin semakin terjebak rayuan Celine, dia pun lekas beranjak.
"Nolan..! apa kau sungguh tidak menginginkanku lagi?"
"Cukup Cel..." Nolan tidak sempat melanjutkan perkataannya saat berbalik dan melihat Celine sudah berdiri di ujung tebing. "Kau sedang apa? Jangan gila Cel!"
"Kalau kau tidak menginginkanku, lebih baik aku m*ti!"
"Tunggu! Jangan lakukan itu..!" perlahan Nolan berjalan mendekati Celine. Dengan lembut dia menarik tangannya dan memeluknya erat. Nolan mengusap kepalanya dengan penuh perhatian.
"Jangan lakukan hal bodoh seperti ini lagi, kau sangat berharga,"
Celine mendongak, menatapnya haru, "benarkah?" Nolan hanya mengangguk pelan, membuat Celine merasa sangat bahagia. Tanpa ragu, dia menciumnya dengan penuh gairah
Sementara Elora dan Alden masih terus berjalan menyusuri pantai. El bahkan baru tersadar, dirinya hanya memakai kaos dan celana pendek, saat merasakan betapa dinginnya angin malam itu.
Alden melepas kemeja luarnya lalu memakaikannya pada El. Tanpa banyak tanya, dia hanya menerimanya.
"Mau sampai kapan kau mencarinya? udara malam sangat dingin, kita sudah berjalan cukup lama. Bisa-bisa kau sakit," tutur Al
"Pak Al jangan cerewet, dan jangan mendoakan ku yang buruk-buruk dong!"
Alden menggeleng tidak percaya, "kenapa kau begitu bodoh!" gerutunya lalu berjalan cepat dan pergi meninggalkannya
"Tuh kan, ngatain bodoh lagi. Pak Al, tunggu.." pekik Elora berlari mengejar Alden
Akhirnya mereka sampai di dekat bukit, "pak kita cari kesana yuk!" tanpa menunggu jawaban Alden, dia berjalan naik ke bukit
Suasananya sedikit menakutkan, Elora langsung mundur, mensejajarkan langkahnya dengan Alden. Dia bahkan memegangi ujung kaosnya.
"Kalau kau takut, kita turun saja." ujar Alden.
"Nggak, kita naik," kukuhnya
Mereka berjalan perlahan karena jalanan yang gelap, namun Alden masih bisa melihat dengan cukup jelas. Di kejauhan, ada dua orang yang tengah bercumbu, dan dia sangat mengenalinya.
Alden langsung menghentikan langkahnya, begitu pula Elora. "Kenapa pak?"
"Apa kau tidak merasa?"
"Apa?" tanya El yang sangat penasaran juga ketakutan
"Seperti ada yang sedang mengawasi," bohongnya
Elora sontak memeluk lengan Alden sambil menunduk, "Pak Al jangan bercanda! Pak Al bohong kan.?"
"Kalau tidak percaya lihat saja,"
"Nggak mau.! kita turun saja," Elora berjalan cepat masih dengan memeluk lengan Alden. Dia begitu ketakutan hingga tidak mempedulikan apapun.
"Mau sampai kapan kau memelukku?" tanya Al, mereka kini sudah sampai di penginapan
Elora tersadar dan langsung melepaskannya, dia merasa sedikit canggung, lantas pamit kembali ke kamar lebih dulu.
Alden berdecak kesal mengingat kejadian diatas bukit. "Mereka keterlaluan, bisa-bisanya melakukan hal itu,"
*
*