Zia harus menelan pahit, saat mendengar pembicaraan suami dan juga mertua nya, Zia tak percaya, suami dan mertua nya yang selalu bersikap baik padanya, ternyata hanya memanfaatkannya saja.
Zia tidak bisa diam saja, saat tahu sikap mereka yang sebenarnya.
"Awas kalian, ternyata kalian selama ini hanya ingin memanfaatkan aku!" gumam Zia, mencekal tangannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lukacoretan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Trauma dengan pernikahan
"Kakak kapan pulang ke Jakarta?" tanya Zia.
"Seminggu yang lalu, kenapa kamu baru kesini, sekarang?" tanya Talita.
"Aku baru bertemu dengan kak Arka tadi," jawab Zia.
Talita tersenyum menatap Zia, senyuman Zia mengingatkannya kepada kakaknya Zia.
"Kakakmu, bagaimana kabarnya?" tanya Talita.
"Kedua kakak-ku baik-baik saja, tapi.." ucap Zia terpotong.
"Tapi, apa?" tanya Talita, menatap Zia penasaran.
"Mereka masih jomblo," jawab Zia, tertawa.
"Kakak kira, apa," ujar Talita, menggelengkan kepala.
Zia hanya tertawa melihat ekspresi Talita.
"Sejak kakak menikah, kakak tidak pernah lagi main kerumah," ucap Zia.
"Semenajak aku menikah, kan aku langsung pindah keluar negri, bersama suami aku," jawab Talita.
"Tapi kakak tidak pernah ada kabar, dulu aku sempat sedih, karena merasa dilupakan sama kakak," ucap Zia.
"Tapi sekarang, aku ada didepanmu," jawab Talita tersenyum.
"Aku sudah menganggap kakak sebagai kakak perempuan aku," ujar Zia.
"Aku juga sudah menganggap kamu sebagai adik sendiri, sama seperti kepada Arka," jawab Talita tersenyum.
"Ceritakan dong, selama kakak berada diluar negri," ucap Zia.
"Tidak ada yang harus diceritakan, karena kehidupan aku sama saja, seperti ini," jawab Talita.
"Pasti hidup kakak bahagia, menikah dengan laki-laki yang sangat mencintai kakak, lalu punya anak," ujar Zia.
"Kalo cuman melihat, semua orang pasti menganggap bahagia, tapi kalo tau sebenarnya, semua orang tidak akan mengatakan bahagia," jawab Talita.
Sontak saja membuat Zia bingung, karena selama ini, Talita dengan suaminya tidak pernah terdengar masalah rumahtangganya.
"Jangan bingung seperti itu, kamu tau maksud aku, kan," ujar Talita.
Zia hanya tersenyum.
"Aku sudah mendengar cerita rumahtanggamu, dari Arka, aku turut prihatin, dan juga tidak mengerti, kenapa ada laki-laki yang tidak bersyukur memiliki istri seperti dirimu," ucap Talita.
"Ya, namanya juga kehidupan, kak," jawab Zia.
"Tidak bisa ditebak," timpal Talita.
"Ya, seperti itulah," ucap Zia menghela nafas.
"Tapi aku salut denganmu, kamu langsung membuat keputusan, tidak banyak bicara," ujar Talita.
"Tidak kak, aku tidak langsung memutuskan untuk bercerai, aku sudah tahu perselingkuhan suamiku sebulan yang lalu, tapi aku mencoba untuk memberikan kesempatan kepada suamiku, tapi dia tidak berubah," jawab Zia.
"Aku bangga denganmu," ucap Talita.
"Kapan sidang perceraian akan dilakukan?" tanya Talita.
"Besok kak," jawab Zia.
"Semoga berjalan dengan sangat baik, sesuai dengan keinginanmu," ucap Talita.
"Semoga dia tidak membuat proses perceraian kami sulit, soalnya dia mata duitan," kata Zia.
"Mata duitan bagaimana?" tanya Talita.
"Jadi selama ini, suami dan juga mertuaku pura pura baik didepan aku, tapi dibelakang menjelekan aku," jawab Zia.
"Tapikan, suami kamu bekerja dia perusahaan milik ayahmu?" ucap Talita.
"Memang, tapi pada dasarnya, dia tidak tahu diri," jawab Zia.
"Niat Rangga menikahi aku, cuman buat morotin harta keluarga aku, dan selama pernikahan kami satu tahun, dia berusaha mau menguasai segalanya," lanjut Zia.
"Benar-benar tidak tahu diri," ujar Talita, tak percaya adanya laki-laki seperti Rangga.
Zia hanya tersenyum.
"Aku yakin, kamu akan kuat," ucap Talita.
"Semoga," jawab Zia.
"Bunda.." panggil anak kecil.
"Bunda disini," jawab Talita.
"Itu anak kakak?" tanya Zia.
"Iya, namanya reysha," ucap Talita.
"Reysha.." Zia mengulang ucapannya.
"Sini sayang.." panggil Talita.
"Kenalkan ini tante Zia.." ucap Talita.
"Halo tante, aku Reysha," ucap anak kecil yang berumur lima tahun itu.
"Halo sayang, kamu sangat tampan sekali," puji Zia, mencolek hidung Reysha.
"Terima kasih tante, tante juga sangat cantik," ujar Reysha.
"Mas kenalkan, ini Zia Kanaya," ucap Talita, mengenalkan Zia kepada suaminya.
"Saya Arthur," ucap laki-laki berwajah tampan dan tinggi itu.
"Saya Zia," Zia tersenyum.
"Ini adiknya temanku," ucap Talita.
"Kalo gitu, saya pamit dulu, ya, silahkan kalian lanjutkan," ucap Arthur, lalu meninggalkan mereka berdua.
"Kak, suami kakak seram," ucap Zia.
"Seram apanya?" tanya Talita.
"Tatapannya seram, kayak jahat gitu," ujar Zia.
Talita hanya tertawa mendengar ucapan Zia.
"Sebenarnya dia baik kok, cuman memang wajahnya seperti itu, dan juga irit bicara," jawab Talita.
"Pantas," ujar Zia.
"Wajahnya memang seram, tapi dia sangat baik, kalo pulang dari kantor, dia suka mengurus Reysha," ucap Talita.
Zia mendengarnya tak percaya, karena kalo dilihat-lihat, suami Talita sangat seram.
"Tidak akan ada yang percaya, karena suami aku terkenal dengan wajah dinginnya," ucap Talita.
"Aku juga tidak percaya," ujar Zia.
"Seperti itulah," jawab Talita.
"Zia, sudah malam, ayo kita pulang," ajak Arka.
"Padahal kakak masih kangen sama Zia," ucap Talita.
"Lain kali, aku main kesini lagi ya, kak," ucap Zia.
"Aku tidak sadar, hari sudah malam," lanjut Zia.
"Saking senangnya," sahut Talita.
"Kalo begitu aku pergi dulu ya, kak," pamit Zia.
"Hati-hati dijalan, aku doakan, semoga besok sidangnya lancar, sesuai keinginanmu," ucap Talita, memeluk Zia.
"Terima kasih, kak," kata Zia.
Talita tersenyum.
Lalu keduanya keluar dari rumah tersebut, Arka akan mengantarkan Zia, sesuai dengan perkataanya kepada kedua kakak Zia.
"Padahal aku bisa pulang sendiri," ucap Zia.
"Aku sudah berjanji dengan kakakmu, lagian masa iya membiarkan perempuan pulang sendirian, saat malam begini," ujar Arka.
"Yasudah," jawab Zia.
"Semangat ya buat besok, apapun keputusan sidang, semoga kamu bisa menerima dengan ikhlas," ucap Arka.
"Semoga, aku sudah tidak sabar menunggu resmi bercerai dengan dia," jawab Zia.
"Kamu sudah tidak mencintai dia lagi?" tanya Arka.
"Dulu aku memang sangat mencintai dia, makanya aku gampang dibodohi, tapi setelah mendengar dia tidak pernah mencintai aku, cintaku sudah hilang," jawab Zia.
"Ngapain juga, mencintai orang yang tidak mencintai kita, buang-buang waktukan," lanjut Zia lagi.
"Benar, kamu harus melupakan dia, dan memulai hidup baru," ujar Arka.
"Ya benar, aku akan memulai kehidupan baruku, aku akan melakukan hal yang sudah aku tinggalkan selama satu tahun," ucap Zia.
"Semoga kebahagiaan selalu bersamamu," ucap Arka.
Zia tersenyum.
"Apa nanti setelah kamu bercerai, akan menikah lagi?" tanya Arka.
"Sepertinya tidak, karena aku trauma, takut mendapatkan laki-laki seperti dia lagi," jawab Zia.
"Lalu, setelah resmi bercerai, kamu akan melakukan apa?" tanya Arka penasaran.
"Mungkin akan melanjutkan S2," jawab Zia.
"Di Jakarta?" tanya Arka.
"Tidak, keluar negri," jawab Zia.
"Gak kejauhan? S2 kan disini juga ada," ucap Arka.
"Memang ada, tapi aku mau mencoba pengalaman baru, sekalian mau melupakan kejadian-kejadian menyakitkan selama disini," ujar Zia.
Arka hanya mengangguk pelan.
"Sudah sampai, terima kasih kak," ucap Zia.
"Ayo kerumah dulu," ajak Zia
"Tidak, ini sudah malam, aku pulang duluan, salam buat semuanya," ucap Arka.
"Yasudah, aku masuk dulu ya, kak," ucap Zia.
Arka mengangguk, lalu Zia masuk kedalam rumahnya.
"Sepertinya akan sangat sulit sekali, mendapatkan dia," gumam Arka.
***
bakal berusaha trs mengganggu hdp zia trs
cepat sembuh zia