MOHON MAAF, MASIH BANYAK TYPO BERTEBARAN, DAN TANDA BACA YANG MASIH AMBURADUL 🙏
Dulu. demi bisa mendekati lelaki yang ia cintai, Emira nekat mengubah identitas nya, jati dirinya, bahkan penampilannya, yang sungguh jauh berbeda dengan dirinya yang asli, namun lelaki yang ia suka tiba tiba menghilang, tanpa kabar, dan tanpa jejak, seperti di telan bumi.
Mereka kembali bertemu, perdebatan tak penting mewarnai hari hari mereka sebagai dokter residen.
Tapi malam reuni itu merubah segalanya, di pagi hari mereka terbangun didalam sebuah kamar hotel, tanpa apapun selain selimut yang menutupi tubuh keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
BAB 18
Pagi yang rusuh, Emira sengaja pulang ke rumah utama, karena harus memulai masa residennya, ransel besar sudah bertengger di atas tempat tidur, sesekali ia melihat jurnalnya, memastikan semua yang ia perlukan tak ada yang tertinggal.
Tok
Tok
Tok
Wajah mommy Stella menyembul dari balik pintu.
"Sudah siap sayang…"
Emira tersenyum menyambut kedatangan wanita kesayangannya tersebut.
"Sudah mom… tenang aja," Jawab Emira tanpa menghentikan aktivitasnya, sejak SMU ia sudah mandiri, tinggal di Sjngapura, tentu jika hanya magang di rumah sakit bukan lah hal yang sulit.
Mommy Stella mendekat, gadis kecilnya kini sudah mekar layaknya bunga indah yang siap dipetik, bukan tidak mungkin kini kumbang kumbang mulai berdatangan entah untuk menyapa atau menghisap sari bunga, ada resah gelisah sebagai seorang ibu pada anak gadisnya, "sayang… jaga diri baik baik yah?"
"Siyap mom…" Jawab Emira dengan telapak tangan di dahi.
Mommy Stella mengusap sayang kepala Emira.
"Kenapa mom… aku udah gede, bisa menjaga diri, mommy jangan khawatir."
Entah kenapa mommy Stella mulai mencemaskan sang putri, padahal ia dulu pun berkeliaran kemana mana seorang diri, pernah merasakan jadi siswi bandel bahkan melompati pagar sekolah bersama sang suami, entah kenapa kini ia merasa lebih khawatir jika sang putri bertingkah sama seperti dirinya kala masih muda.
"Baiklah maafkan mommy yang bersikap berlebihan."
Mommy Stella pun membantu memastikan tak ada barang barang Emira yang tertinggal.
Setelah mandi, Emira mulai bersiap, ia hanya memakai jeans, dengan atasan kaos casual yang dilapisi kemeja non formal, Emira mengikat rambutnya jadi satu, agar nanti tak mengganggu ketika ia harus sibuk dengan pasien pasiennya.
Usai bersiap Emira memakai sneaker favoritnya, tak ada perhiasan mewah, tak ada aksesori mahal yang hari sebelumnya ia kenakan ketika menyambangi rumah sakit, ia hanya memakai jam tangan sebagai peralatan wajib ketika harus memeriksa nadi pasien, semalam ia sudah bersepakat dengan abang dan kakak iparnya, bahwa ia tak ingin orang mengetahui bahwa Emira adalah Adik dari dokter Kevin, sekaligus cucu dari pemilik rumah sakit, pun juga dengan paman Steven yang kini memegang kendali penuh di William Medical Center, ia ingin orang orang mengira bahwa dirinya hanya sekedar kenal baik dengan dokter Kevin, dokter Gadisya, dan dokter Steven.
Mommy Stella dan daddy Alex sudah menunggu di meja makan, Emira cukup terkejut, tapi sekaligus senang, ia meletakkan ransel besarnya, kemudian mengambil tempat diantara kedua orang tuanya.
Setengaj Gelas air putih langsungbmembasahi tenggorokannya, "mom, dad, bolehkan aku bawa saja sarapanku?"
"No."
"No."
Jawab mommy dan daddy nya bersamaan, "habiskan sarapanmu, daddy ingin lihat kamu sarapan dengan benar." Ujar daddy Alex dengan sifat over perhatiannya.
"Mommy pernah berada dalam kondisi ini beberapa puluh tahun yang lalu, dan mommy yakin hari ini akan jadi hari terberatmu, jadi jangan buat mommy daddy khawatir, haniskan dulu sarapanmu dengan benar, baru kami izinkan kamu pergi."
Emira menatap kedua orang tuanya bergantian, di masa muda, kedua orangtua nya sama sama seorang pekerja keras di bidang mereka masing masing, tapi keduanya sepakat pensiun sesegera mungkin karena ingin menikmati hari hari mereka bersama anak anak dan cucu, dan Emira sangat menghargai keputusan tersebut.
Emira tak pernah merasakan berada diantara kedua orang tuanya kala mereka berpisah dahulu, tapi seakan bisa ikut merasakan rasa sakit nya, akibat berpisah dan memilih jalan hidup masing masing walau masih saling cinta.
Emira mengangguk kemudian melahap sepiring buah buahan segar yang ada di hadapannya, isi piringnya sama persis dengan isi piring daddy Alex, benar benar turunan Alexander Geraldy.
"Tumben daddy di sini, gak di cariin sama Daniel?"
"Daddy bilang hari ini ada janji sama klien penting, jadi dia ga bisa ngambek."
"Pasti bakal uring uringan kalau klien pentingnya aku, hahaha…"
Mau tak mau daddy Alex ikut tertawa keras, cucu dan putri bungsunya benar benar menggemaskan.
"Kalau bertemu paman Steven, sampaikan salam mommy, mommy belum sempat berkunjung ke rumahnya."
"Iya mom…"
"Ini habiskan susu nya juga." Mommy Stella mengingatkan, ketika isi piring Emira sudah kosong.
Pelukan erat serta ciuman manja selalu ia berikan pada kedua orang tuanya, ketika Emira berpisah, sebuah kebiasaan yang termasuk baru, akibat konsekuensi perbuatannya di masa lalu, ia menerima hukuman daddy Alex yang mengharuskannya memilih menyelesaikan pendidikannya di Singapura.
Emira melambaikan tangan ketika sudah berada di kursi kemudi, berniat meninggalkan atribut mewah nya, malah tanpa sadar ia memakai mobil mewah hadiah sang daddy ketika ia lulus dengan predikat terbaik.
Tapi biarlah, toh mobilnya hanya akan berakhir di tempat parkir.
Emira melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang ketika memasuki area parkir rumah sakit, ia sengaja memakai parkir umum, bukannya parkir khusus yang di sediakan untuk anggota keluarga, ketika melihat tempat parkir kosong ia bergegas memutar kemudinya, dan tanpa kesulitan ia memarkir dengan gaya yang cantik, tak dinyana dari kejauhan ada sepasang mata yang menyorot tajam, merasa lahan parkir favoritnya telah diambil alih, dengan terpaksa ia parkir dengan jarak beberapa meter dari tempat Emira memarkirkan mobilnya.
Keduanya sama sama sling menatap, dengan pandangan yang entah seperti apa, Arjuna menarik nafas sepenuh dada, entah gadis seperti apa yang beberapa bulan kedepan akan jadi salah satu anggota tim nya.
Emira pun jadi kesal karena tatapan dingin Arjuna terhadapnya, dia melengos begitu saja meninggalkan Arjuna yang masih terdiam dengan pikirannya sendiri.
.
.
.
Baru hari pertama, sudah main jutek jutek an aja, jadi sebenernya cinta atau gak sih 😅😅