Hari-hari Kimeera di kampus yang bertemu Juan si tengil yang selalu punya seribu macam cara untuk membuat Kimeera merasa kesal dan marah padanya.
Apa akan berunjung cinta atau malah sebaliknya.
ikuti kisah Kimeera disini yah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gibran Atharrazka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
Kim menatap rumah yang sesuai alamat yang di berikan oleh orang-orang yang Vihaan minta untuk mencari tahu tentang Karim Mahesta itu dengan seksama.
"Kamu siap Meera?"tanya Vihaan menatap Kim dibelakang.
Dengan gerakan ragu Kim mengangguk,Vihaan lantas segera turun dari mobil disusul Kim yang masih menatap nanar kearah rumah tersebut.
Lumayan lah untuk ukuran rumah di pinggiran kota.Tapi tidak sebagus tempat ia tinggal bersama sang mama.
"Ayo Meera,kita kesana"ajak Vihaan membuat Kim tersadar lantas segera mengamit lengan Vihaan seolah meminta sebuah ketenangan.
Vihaan menepuk telapak tangan Kim pelan,berharap agar gadis itu merasa tenang.
Ben mengetuk pintu yang terlihat kokoh dengan ukiran rumit itu,bisa di bilang sejenis ukiran Jepara yang terkenal dengan keindahannya.
Tapi Kim bukan memikirkan tentang ukiran namun orang yang ada di balik pintu itu.
Suara pintu dibuka membuat Kim menarik napas panjang.Ben mundur sedikit kebelakang.Dari dalam tampak seorang perempuan muda dengan wajah judes keluar menatap Ben yang memang ada berada paling depan dengan tatapan jutek namun seketika berubah terlihat ramah dan tersenyum.
"Maaf,siapa ya?"tanyanya membuat Vihaan dan Kim saling tatap.Aneh sekali perempuan itu.
"Oh,saya Ben.Kami ingin bertemu dengan pak Karim Mahesta"kata Ben sopan.
"Kami?"beo gadis itu pelan belum menyadari kehadiran Vihaan dan Kim disana.
"Benar,kami bertiga"jawab Ben menoleh kearah Vihaan dan Kim berada.
Detik berikutnya gadis itu tampak ternganga dengan mulut terbuka melihat sosok rupawan Vihaan disana.Tadi melihat Ben saja ia sudah terpesona namun ketika melihat Vihaan ia merasa langsung jatuh cinta.Namun ketika melihat ada Kim yang cantik di samping Vihaan dengan tangan yang saling bergandengan membuat wajahnya berubah kecut.
"Kalian siapa?mau apa bertemu dengan ayah saya?"tanya gadis itu dengan nada sedikit ketus entah kenapa.
"Kami ada urusan dengan beliau.Apa beliau ada di rumah?"tanya Ben lagi.
Gadis itu mendengus pelan,penampilan Ben yang rapi dan tampan cukup membuat ia sedikit terobati karena patah hati mendadak.
"Ada,silakan masuk"katanya seraya mempersilakan ketiga tamu yang entah darimana itu untuk masuk.
Setelah Ben,Vihaan dan Kim duduk di sofa ruang tamu gadis itu pergi kedalam.Tak lama kemudian ia datang bersama pria yang terlihat lebih tua dari umurnya yang sebenarnya.Karim Mahesta menatap ketiga orang tersebut dengan tatapan penasaran.Kim yang melihat pria itu tampak tegang namun Vihaan secara berlahan mengusap punggung Kim dengan lembut.
"Saya Karim,kalian darimana asalnya?"tanyanya sembari duduk di salah satu sofa yang berhadapan langsung dengan Vihaan dan Kim berada.
"Vihaan melirik kearah gadis muda dengan wajah judes itu yang masih setia berdiri disamping sofa yang di tempati Karim.
"Oh ini putri saya,Aurora"kata Karim membuat tatapan Kim beralih pada gadis itu.
"Maaf pak,kami datang memang berniat untuk bertemu bapak.Ada sesuatu hal yang ingin kami ketahui dan ini sedikit privasi apa kita bisa bicara tanpa ada orang lain disini?"ucap Vihaan dengan suara bariton yang terdengar seksi ditelinga Aurora.
"Aurora boleh tinggalkan ayah sebentar sayang?"ucap Karim lembut pada gadis itu membuat Kim merasa sakit di hatinya.
"Oke,kebetulan ayah,saya mau keluar juga malam ini bersama teman-teman.Bolehkan ayah?"ucap Aurora dengan nada manja yang semakin membakar hati Kim dalam diamnya.
"Iya boleh,tapi jangan pulang terlalu malam sayang"jawab Karim sambil tersenyum lembut pada sang putri.Aurora ikut tersenyum lantas berlalu pergi begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih pada ayahnya atau pamit permisi pada tamunya.
"Ada perlu apa dengan saya?"tanya Karim ketika Aurora sudah menghilang di balik pintu ruangan lain.
"Maafkan kami belum memperkenalkan diri,Aku Vihaan Ibrahim dan ini Kimeera Shadila,dan dia adalah Ben.Kami berasal dari kota lain.Tujuan kami kemari adalah ingin menanyakan sesuatu hal pada anda pak"ujar Vihaan menatap wajah Karim dengan seksama.
"Ya,tentang apa?"tanya Karim.
"Apa anda mengenal nama Khumaira?"tanya Vihaan membuat wajah Karim tampak terkejut.
"Mungkin anda bisa menyangkal pak,tapi kami tahu anda mengenal nama itu"timpal Vihaan membuat Karim menarik napas panjang.
"Dia hanya masa laluku,disini aku sudah punya keluarga jadi jangan pernah menyebut namanya lagi karena mereka tidak tahu soal masa laluku itu"jawab Karim pelan.
"Kenapa?"kali ini Kim yang bertanya.
"Karena saya tidak mau menyakiti hati istri saya juga anak-anak saya"jawab Karim.
"Benarkah?dengan menyakiti hati istri pertama anda?"sindir Kim menohok.
Karim menatap wajah Kim dengan seksama,entah kenapa ia merasa aura kemarahan sangat kuat pada gadis itu.
"Jadi untuk apa kalian menemui saya disini?"tanya Karim sedikit gusar.
"Menemuimu untuk bertanya apa salah istri pertama anda juga putri anda hingga anda tega meninggalkan mereka tanpa penjelasan apapun juga.Apa sebegitu tak berharganya mereka dimata anda hingga anda meninggalkan mereka begitu saja dengan segala macam penderitaan tanpa ada sedikitpun belas kasih anda pada mereka?!"kecam Kim emosi.
Karim terdiam,menatap wajah Kim yang memerah saking emosinya.
"Jawab aku Karim Mahesta,apa salah mereka padamu.Sementara kamu melenggang pergi dan hidup bahagia disini?!"teriak Kim menggelegar cukup membuat Karim terkejut.
Suara Kim membuat seorang perempuan seusia mamanya keluar dengan wajah bingung.
"Loh ayah ada tamu?"tanyanya sambil menatap Vihaan,Kim dan Ben dengan wajah bingung.
"Apa ada masalah ayah?"tanyanya lagi.
Belum juga ada satupun jawaban dari Karim muncul lagi seorang perempuan lain dari dalam ikut bergabung di ruang tamu yang terasa semakin sesak dan panas.
"Ada apa ini?"tanyanya dengan wajah bingung.
"Bunda tidak tahu Aluna,tapi tadi ada suara yang cukup keras"kata perempuan yang lebih tua itu menatap gadis yang baru saja muncul.
"Kalian masuklah kedalam.Ini pembicaraan penting dan jangan di ganggu"kata Karim.
"Tapi ayah..."ucap wanita yang menyebut dirinya tadi bunda.
"Jangan membantah bunda,Aluna ikut bundamu kebelakang"perintah Karim dengan suara tegas.
"Tidak perlu pergi nyonya.Anda berhak tahu soal ini!"cegah Kim membuat wajah kedua wanita itu semakin bingung saja dengan situasi disana.
"Tolong jangan libatkan keluargaku,cukup saya saja"pinta Karim.
"Mereka harus tahu jika kebahagian mereka hari ini adalah hasil dari menghancurkan hati wanita lain"ucap Kim berhasil memantik rasa pada wanita yang lebih tua disana.
"Apa maksudmu bicara seperti itu pada suami saya?"tanyanya dengan tatapan marah.
"Nyonya Anisa,suami anda ini punya istri lain sebelum menikahi anda.Dan demi memilih anda dia tega meninggalkan keluarga kecilnya untuk hidup bersama anda dengan nyaman dan bahagia disini"kata Kim lugas.
"Ayah apa maksudnya ini,istri?ayah punya istri lain selain bunda?!"teriak Aluna histeris.
"Hei,tidak perlu merasa terluka seperti itu,santai saja bukannya hidup kalian sangat bahagia?!"sarkas Kim seolah ingin membalas mereka sesakit-sakitnya.
"Dengar!ayahku bukan pria brengsek yang seperti kamu tuduhkan.Kami tidak akan percaya begitu saja!"elak Aluna.
Kim malah tertawa,mengeluarkan beberapa lembar dokumen serta foto-foto jadul yang sengaja ia curi dari ruang kerja sang mama dan melemparkan di atas meja.
Anisa segera mengambilnya dengan wajah terkejut begitu juga Aluna yang tampak syok.
"Masih mau mengelak lagi?bukti itu sudah cukup bukan untuk menjelaskan siapa lelaki yang kalian banggakan ini?hanya seorang lelaki brengsek yang tega meninggalkan istri dan anaknya hanya demi hidup dengan nyaman disini,benar begitu bukan?"ujar Kim sambil tersenyum miring.
"Maaf bukannya berniat menyakiti anda nyonya,tapi bahkan suami anda ini lupa jika dia sudah punya anak yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya tapi malah seolah merasa tidak punya beban sama sekali"ucap Kim lagi.
Sementara Vihaan dan Ben hanya bisa diam,biar bagaimanapun juga Kim berhak marah untuk hal itu.
"Jadi ini karena masalah uang?"tanya Karim menatap tajam Kim,merasa jika Kim datang kesini hanya demi mendapatkan uang darinya sebagai bentuk tanggung jawab untuk anaknya.
"Sebenarnya kamu itu siapa?"tanya Aluna menatap Kim dengan wajah berurai airmata.
"Aku Kimeera Shadila,anak dari Khumaira wanita yang dia campakan demi mengejar ibumu agar bisa hidup nyaman tanpa perlu bekerja keras"jawab Kim sarkas.
"Itu tidak benar,saya tidak pernah meninggalkan Khumaira.Dia yang memilih pergi karena tidak tahan hidup miskin bersamaku dulu"jawab Karim membantah semua tuduhan Kim.
"Benarkah?tapi faktanya bukan seperti itu.Anda pasti kenal dengan tuan Ibrahim dan nyonya Kania bukan,mereka masih hidup dan menjadi saksi atas kelakuan buruk anda pada mama ku"ucap Kim membuat Karim terkejut.Menatap wajah gadis dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kamu?!"ucap Karim tertahan.
"Kenapa?heran aku bisa tahu anda kabur sejauh ini meninggalkan mama demi hidup bahagia dengan anak bos anda dulu,harta membutakan mata hatimu ya"kata Kim sambil tertawa sumbang.Vihaan bahkan cukup terkejut dengan hal ini,entah darimana Kim tahu.Apa gadis itu sudah bertanya pada Mamanya atau orang lain yang tahu tentang hal ini.
Karim gelagapan,menatap Aluna dan Anisa sang istri dengan tatapan bersalah.
"Jadi kamu saudara aku?"tanya Aluna menatap Kim.
"Bukan"sahut Kim datar.
"Tapi kita seayah"kata Aluna.
"Jadi apa maumu datang kemari?mau menuntut hakmu sebagai anak?apa Khumaira yang memintamu datang kesini untuk itu?"tanya Karim dengan nada sombong.
"Berapa sih aset yang anda punya sehingga bersikap sombong padaku?aku tidak butuh hartamu.Aku datang kesini hanya ingin melihat seperti apa orang yang sudah membuatku ada di dunia ini tapi tidak pernah peduli padaku dan bahkan menyakiti dan meninggalkan mamaku hanya demi harta dan hidup nyaman,dan aku sudah melihatnya hari ini"sarkas Kim membuat hati Karim terasa tertohok dengan sangat keras.
"Hai Aluna,coba tolong buka internetmu dan cari tahu tentang Khumaira Shadila,pasti kamu akan tahu perkataanku ini jujur atau tidak"ucap Kim tetap menatap kearah Karim yang tampak gelagapan disana.
Aluna mematuhi ucapan Kim,membuka situs internet mengetik nama Khumaira Shadila di kolom pencarian dan menemukan ulasan tentang wanita itu berikut dengan deretan usaha serta jumlah kira-kira kekayaannya.
"Bunda,dia benar"cicit Aluna menyodorkan ponselnya pada Anisa.
"So,ini bukan soal uang pak Karim.Mamaku bahkan bisa membeli apapun yang aku mau dalam sekali klik,maaf aku sombong tapi itu kenyataannya"kata Kim malah memasang wajah tersenyum mengejek.
Vihaan dan Ben saling berpandangan.Hari ini mereka seolah melihat Kim dalam versi lain.Dan itu cukup membuat mereka terkejut.
"Aku hanya ingin bertemu denganmu,awalnya aku memang ingin mengemis padamu,mengemis kasih sayang yang tidak pernah aku dapatkan darimu.Hanya saja melihat sikap angkuhmu itu aku menyesal kenapa aku harus lahir sebagai anakmu dan kenapa mamaku harus bertemu dan disakiti olehmu.Tapi,aku tidak menyesal menjadi anak dari wanita hebat itu,yang tidak pantang menyerah demi menghidupi anaknya,dia berjuang terlalu keras hingga melampui mimpinya sendiri.Terima kasih sudah membuatku ada di dunia ini,dan terima kasih sudah menorehkan luka di hati kami karena dengan luka itu kami jadi kuat seperti sekarang ini.Aku hanya ingin anda tahu,bahwa aku masih hidup dan baik-baik saja tanpamu"ucap Kim lantas berdiri.
"Ayo kita pergi,urusan kita sudah selesai disini"kata Kim seraya melangkah keluar di ikuti Ben dan Vihaan.Aluna ikut keluar dan matanya berkedut demi melihat mobil Rubicon terparkir manis di depan pagar rumahnya.
"Dia sekaya itu?"ucap Aluna pelan menatap nanar kepergian kendaraan itu dari sana.